CHAPTER 3 || Pindah

44 15 29
                                    

Metta tak menunggu dua sampai tiga hari lagi. Pagi-pagi sekali, wanita itu sudah membangunkan putrinya, memaksa anak gadisnya mandi walau Nathalia meresponsnya dengan nge-reog. Gadis itu mencak-mencak kesal disusul dengan segala umpatan tertahan yang keluar dari bibirnya.

“Harus sekarang emang, Bun? Al belum pamit ke sekolah loh ini.” Ia masih mencoba bernegosiasi. Mukanya ditekuk masam.

“Nggak usah. Bunda udah urus semuanya. Jadi, kamu tinggal nurut dan duduk yang manis ya, Sayang.” Metta memandang putrinya dengan senyum menawan, sangat kontras dengan Nathalia yang semakin mengerucutkan bibir.

Nathalia masih tak mengerti kenapa Metta tiba-tiba menyuruhnya pindah, padahal bundanya itu tahu jika ia telah menolaknya sejak awal. Ia dan Nathaniel berbeda. Nathalia yang keras kepala dan Nathaniel yang penurut, kepribadian mereka jelas sangat kontras.

Sepanjang perjalanan, Nathalia hanya diam saja. Tak ada sepatah katapun yang keluar dari bibirnya. Ia sudah lelah. Menolakpun tak ada gunanya jika sang bunda sudah kekeh dengan pendiriannya.

Hingga mobil mereka berhenti tepat di depan sebuah gerbang tinggi bertuliskan ‘Andara School’ Nathalia masih betah membungkam. Gadis itu baru mengeluarkan suara begitu Metta telah turun dan berkata pada seorang pria.

“Ini Putriku yang kuceritakan dulu.” Metta tersenyum pada Pria di depannya, mengabaikan Nathalia yang menatapnya dengan tak suka. Entahlah, ia memang begitu sensitif jika melihat sang bunda berinteraksi dengan pria lain meskipun statusnya sekarang telah menjadi janda dua anak.

“Nathalia Reffa ... sudah sebesar ini ya sekarang,” kata Pria itu, yang membuat Nathalia mendelik sinis tak ada sopan-sopannya. Metta bahkan sampai memberikan isyarat mata pada putrinya yang memang kerap bersikap begitu pada teman-teman prianya.

Sagara, pria yang tidak lain adalah Pemilik Andara School hanya mengulas senyum tipis. “Dia seperti Ayahnya.”

Metta mengangguk membenarkan. Lantas mengusap puncak kepala Nathalia sayang sebelum menyerahkan putrinya pada Sagara. “Aku titip Nathalia di sini, Gar,” ucapnya, “Al akan banyak terluka jika ia tetap berada di rumah,” lanjutnya dalam hati.

Nathalia ditinggal begitu saja oleh Metta setelah wanita itu memeluknya sebentar.

“Ayo, Al!” Sagara mengambil alih koper Nathalia, mengisyaratkan pada pengurus asrama untuk meninggalkan mereka berdua.

Nathalia hanya melengos, kemudian berlalu begitu saja meninggalkan Sagara di belakang. Gadis itu bahkan  terang-terangan mengabaikan status Sagara sebagai pemilik sah sekolah ternama tersebut.

***

Pukul 10:00 pagi, Nathalia yang notabene menjadi murid baru di Andara terpaksa keluar begitu perutnya nge-reog minta diisi. Mengenakan kaos putih oversize serta jeans se-paha andalannya, Nathalia keluar dari Asrama begitu saja. Tujuannya yaitu kantin sekolah.

Rambut layer haircut berwarna ash grey milik Nathalia membuatnya tampak menonjol. Apalagi dengan style-nya yang tidak berseragam membuat ia menjadi pusat perhatian seketika.

Akan tetapi, tentu saja Nathalia tidak memedulikan hal tersebut. Karena sekarang iris abu-abunya sibuk memindai, mencari-cari sosok Nathaniel yang ia yakin pasti ada di kantin, mengingat jika ini adalah jam istirahat. Cukup lama ia menatap keseluruhan kantin, namun batang hidung kembarannya tak kunjung terlihat.

Gadis itu mencebikkan bibir, kemudian mulai memesan makanannya sendiri, mengabaikan berbagai tatapan yang terus tertuju padanya.

“Gak pernah lihat orang cantik apa ya,” gumamnya, sembari melihat ke arah lapangan.

ALLEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang