Taeyong hanya mampu memasang wajah terkejut dengan tubuh membeku saat mendapati Jaehyun berada di depan pintu apartemen-nya. Jika saja ia punya kesempatan, Taeyong akan membawa lari Mark detik itu juga. Namun hal tersebut gagal karena Jaehyun terlanjur menyadari kedatangan mereka lebih dulu.
Maka, dengan sisa keberanian yang ia miliki, Taeyong pun mendekati Jaehyun sambil menggendong Mark yang mengeratkan pelukannya pada leher Taeyong setelah melihat keberadaan Jaehyun. Sepertinya balita itu ketakutan saat mendapati orang asing berada di kediamannya bersama sang Bubu.
"Aku harus membicarakan beberapa hal padamu." Jaehyun berkata sesaat setelah Taeyong berdiri di depannya.
Taeyong menghela nafasnya. Ia menatap pria dominan itu dengan sinis. "Tidak ada hal apapun lagi yang perlu kita bicarakan. Sebaiknya kau segera pergi dari sini sebelum aku memanggil pihak keamanan untuk mengusirmu secara paksa." Sahut Taeyong dengan nada dingin.
Namun Jaehyun tetaplah Jaehyun. Pria itu tak akan menurut begitu saja pada submissive dihadapannya tersebut. Ia mencengkram pergelangan tangan Taeyong; mencoba menyela gerakan si manis yang hendak membuka pintu.
"Hanya 10- menit. Tolong berikan aku waktumu dan setelah itu aku akan pergi." Pinta Jaehyun dengan ekspresi serius.
Lagi- Taeyong menghela nafasnya. Ia menurunkan Mark dari gendongannya lalu menatap si anak sambil tersenyum kecil. "Mark, Bubu harus bicara dengan paman ini. Mark jadi anak baik dan tunggu Bubu didalam dulu, mengerti?"
Dan bocah kecil itu mengangguk, maka Taeyong pun membuka pintu dan Mark langsung berlari memasuki kediamannya.
Setelah memastikan putranya aman, Taeyong menutup pintu itu kembali sebelum berbicara dengan Jaehyun. "Omong kosong macam apa lagi yang kau ingin aku dengar." Tanya-nya; jengah.
Jaehyun menatap Taeyong sebelum suaranya berubah lirih. "Entah kau akan mempercayai aku atau tidak, tapi aku sungguh menyesal dan ingin meminta maaf padamu tentang hal buruk di masa lalu kita." Tutur-nya kemudian.
Taeyong berdecak. "Aku melewati masa sulit karena mu. Sendirian, tanpa bantuan siapapun dan setelah semua itu, kau hanya bisa meminta maaf? Semudah itu?"
"Aku kehilangan pekerjaanku karena kau menolak janin yang kau tumbuhkan didalam rahimku. Malahan kau juga menyuruhku untuk membunuhnya. Bahkan disaat kondisi jahitan lahiran-ku yang belum kering, aku sudah memaksa tubuhku untuk bekerja keras demi bertanggung jawab atas ulahmu."
Taeyong menarik nafas dalam-dalam dan melanjutkan kalimatnya. "Aku berjuang sendirian, tanpa bantuan siapapun saat hamil, melahirkan dan membesarkan Mark sementara kau hidup damai bersama istrimu. Mark lahir juga karena kau memperkosa aku, tapi kenapa hanya aku yang mengalami bagian menyakitkan dari cerita ini? Kenapa... Jaehyun?" Tanya Taeyong dengan suara bergetar.
Runtuh sudah pertahanan Taeyong. Tembok kokoh yang ia bangun selama bertahun-tahun sebelumnya kini luluh lantak; menyatu dengan tanah,─ saat berhadapan dengan Jaehyun. Pada akhirnya, sekeras apapun Taeyong membencinya, pria dominan itu akan selalu berakhir menjadi titik lemahnya.
Jaehyun terdiam. Pria itu tak menjawab namun ia merengkuh erat tubuh kecil Taeyong yang bergetar hebat. "Maafkan aku, Yongie." Gumamnya kemudian.
"Kau bajingan! Aku membencimu! Hiks~ aku sangat membencimu! Hiks~ Kau bedebah berengsek!" Taeyong memaki sembari memukul-mukul dada Jaehyun.
Jaehyun tak melawan pukulan demi pukulan yang Taeyong layangkan pada dadanya. Pria itu malah mendekap Taeyong semakin erat hingga membuat wajah manis bak boneka tersebut tenggelam didalam pelukannya.
Cup!
Jaehyun mengecup singkat kening Taeyong yang masih terisak pelan setelah lebih dulu menarik lembut dagu si cantik untuk membuatnya mendongak; menatapnya. "Maafkan aku, Yongie."
Kalimat permintaan maaf tersebut meluncur bebas begitu saja bersamaan dengan pelukan Jaehyun yang semakin kuat; merengkuh tubuh ringkih Taeyong.
Perlahan-lahan, tubuh Taeyong yang masih berada didalam pelukan Jaehyun terasa melemas. Matanya ikut terasa berat dan sebelum sisa kesadarannya benar-benar habis, ia akhirnya menyadari sembari memeluknya, Jaehyun juga menyuntikkan obat bius padanya.
"K-kau,─" Taeyong masih sempat menatap mata Jaehyun dan bersuara lirih; lemah,─ beberapa detik sebelum pandangannya menggelap dan matanya terlelap.
Cup!
Lagi- Jaehyun mengecup kening Taeyong dan bergumam. "Ayo pulang, Yongie. Aku akan membawa anak kita juga."
─ to be continued
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.