Setelah kita berdua selesai mandi dan mengganti baju, kami lalu pergi ke lantai bawah menggunakan lift untuk sarapan bersama. Waktu kita sampai di bawah dan melihat makanan yang sangat enak, serta alunan lagu yang tenang, membuat kami berdua nyaman layaknya honeymoon kata orang-orang. Kemudian, aku mengambil sebuah piring kecil dan mengambil dessert brownies, yang dari jauh kelezatannya terlihat sangat menggoda. Lalu, aku juga mengambil piring besar untuk meletakkan makanan berat, aku mengambil nasi goreng dengan sosis sepuluh buah, soalnya aku doyan banget sama sosis hotel. Tetapi pacarku, si Kailo, hanya memandangku mengambil semua jamuan itu sambil tersenyum seperti orang terpukau.
“Kenapa kamu lihatin doang sih yang? Kamu gak ngambil makanan kah, kamu gak laper?” tanyaku terheran-heran kepadanya.
Dia malah bengong dan terus menatapku, sedikit demi sedikit Kailo melebarkan senyumannya, iya memang benar senyumannya membuatku terpanah, tetapi tidak ditempat umum juga.
“Heyy! Malah bengong ih” ucapku sambil menggunakan nada sedikit tinggi.
“Anu yang, makan satu piring buat berdua gapapa kah? Tapi sendoknya dua ya? Boleh ya? Kita saling suap-suapan, udah lama banget aku pengen gitu.” Kailo tetap menjawabku meskipun dia menurutku mengucapkannya sedikit malu.
“Gwenchanaa sayangku cintaku, tuh kamu mau nambah apa lagi? Omelette, buah, atau kamu mau pecel semanggi? Katanya penasaran banget sama pecel semanggi.”
“Udah kok, segitu udah cukup. Yuk cari duduk.” dia langsung merangkul pundakku dan membantuku membawakan piring-piring yang ada di tanganku.
“Sini aja lah ya, deket sama jendela, biar aku sekalian juga bisa lihat kondisi jalanan Surabaya, mau aku bandingin juga sama Bandung, apa sih yang spesial dari tempat ini.”
“Dih norak wuu, hahaha, tapi yaa.. menurutku sih jalanan Surabaya gitu gitu aja se, banyak sih yang spesial, banyak polusinya, aku malah pengen banget ke Bandung, kayaknya sih seruan di bandung.” ujarku kepadanya.
“Iya sih, tapi disini agak riuh ya, kalau di Bandung mah tenang kalau rame cuman malem terus disini emang sepanas ini kah, sampai-sampai aku rasanya pengen mandi air es. Terus katanya sih Surabaya terkenal banyak copet, ih ngeri kali.” dia ngomong banyak sekali, sampai aku malas untuk meresponya.
“Udah ah bacot, aaakk, makan dulu ah orang makan itu jangan banyak omong nanti keseretan siapa juga yang susah? Aku juga.” aku menjawabnya dengan sedikit kesal.
“Bodoamat, aku akan tetep ngomong meskipun pacarku yang lucu ini gak ngerespon.” dia menjawab sambil mencubit kedua pipiku.
“Sayang tau gak?”
“STOP! DIEM ATAU TERLUKA.” aku menjawabnya sedikit membentak, tetapi dia malah yang minta maaf kepadaku, itulah lucunya mantanku yang satu ini. Lalu kita berdua menghabiskan waktu bersama untuk mengobrol dan menghabiskan makanan yang telah kami ambil.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lantai Dansa dan Surabaya
RomanceAku mempunyai pasangan bernama Kailo. Dia datang dari Bandung menuju Surabaya untuk mengajakku berkencan. Namun, selama kencan timbulah konflik, dan mereka akhirnya salah faham satu sama lain, akankah dengan berdansa mereka bisa damai kembali?