“Sayang ey, gabisa napas, huh hah huh hah.” karena sesak nafas aku langsung mendorongnya.
“Ih kan jadi gak mendalami peran lagi, barusan aku mau tukeran rasa bibir denganmu loh padalan.” sebenarnya aku tidak kaget dia mengucapkan hal itu, aku langsung merangkul lehernya dan mendekatkan kepalaku ke kepalanya.
“Gaboleh ya itu dosa, kalau mau sini deketin kepalamu.” saat dia mendekatkan kepalanya ke kepalaku seperti anak kembar, aku langsung mencium pipinya dan mendorongnya sampai terjatuh. Seperti biasanya dia langsung mengeluarkan senyuman manisnya dan mencium pipiku kembali. Kami langsung terbaring di lantai karpet kamar tersebut, berbicara sambil menunjuk ke atas langit-langit seperti melihat bintang jatuh, dan sedikit demi sedikit mata kami terlelap.
Lantunan musik yang terus menyala membuat aku dan Kailo nyaman dan membuat kami tertidur nyenyak, kejadian hari ini merupakan kejadian yang sangat berharga dan berarti bagiku. Walaupun, kami suatu saat akan terpisah dan tidak mengenal lagi satu sama lain. Kami berjanji akan selalu ingat pada momen yang terukir manis pada sejarah Surabaya menurut versi kami sendiri. Jagalah pasangan kalian, temukan pasangan sejati kalian sendiri. Cinta tidak hanya diperjuangkan oleh satu orang saja, tetapi cinta merupakan elemen dua orang kekasih yang saling mencintai. Meskipun esok hari kami masih dapat melakukan hal lain yang lebih seru. Tetapi aku tidak punya waktu banyak untuk melanjutkan series cerpenku pada kali ini, mungkin kita dapat bertemu lagi pada series selanjutnya, catatan cerita ini telah tertulis rapi di diarybook milikku, aku memberikan judul pada series ini, Lantai dansa dan Surabaya. Akankah perjuangan kami berakhir sampai sini saja? Apa yang terjadi setelah Kailo tidak menginjakkan kakinya di tanah Surabaya lagi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Lantai Dansa dan Surabaya
RomanceAku mempunyai pasangan bernama Kailo. Dia datang dari Bandung menuju Surabaya untuk mengajakku berkencan. Namun, selama kencan timbulah konflik, dan mereka akhirnya salah faham satu sama lain, akankah dengan berdansa mereka bisa damai kembali?