Dancing and a rose

1 0 0
                                    

Saat dia bilang keluar sayang, aku langsung keluar menggunakan pakaian seperti anime itu dan dia menggenakan jas layaknya seperti seorang pangeran yang turun dari kuda tumpangannya dan menyusulku untuk mengajak berdansa. Tentu saja, tepat pada pukul dua belas malam lampu kamar dimatikan, hanya lampu tidur, lampu dari kamar, serta cahaya yang berasal dari sinar rembulan yang terlihat dari jendela kamar waktu itu. Dia memutarkan lagu yang berjudul “Beauty and The Beast” suasana nuansa dansa telah kami dapatkan pada malam itu.
Seketika dia langsung membungkukkan badan dan menjulurkan tangan yang berlapis sarung tangan kepadaku, aku memberikan hormat balik kepadanya. Aku berjalan langkah demi langkah menuju ke hadapanya. Lagu itu terus berputar dan berputar, sampailah bagian suara orang itu akhirnya menyanyi dan kami tidak mendengar instrumen lagu saja.
Tale as old as time
True as it can be
Barely even friends
Then somebody bends
Unexpectedly
Lirik itu tidak terdengar asing oleh telingaku, aku semakin mendekat dengannya dan sebelum aku menggenggam tangannya, dia menaikan alis. Kemudian, aku langsung menggandeng tangan kanannya dan meletakkan tangan sebelahku ke pundaknya yang kekar itu.
Kami menari berdua dengan mesra serta tenang tanpa ada gangguan sedikitpun dan menikmati lagu itu dengan khidmat sampai selesai. Aku berputar, memainkan tangan, menghentakkan kaki, dan menggoyangkan pinggul bersamanya, itu semua terlihat sangat romantis dan manis.
Kemudian, dia mencabut sekuntum bunga mawar dari paket bunga yang aku beli di Jalan Tunjungan tadi. Lalu, Kailo duduk dengan posisi kaki kanan membentuk sudut siku-siku dan dia memberikan sekuntum mawar itu kepadaku. Aku yang melihat kejadian itu, langsung ikutan duduk dan memeluknya dengan sangat erat, dan dia juga ikut mengeratkan pelukannya.

Lantai Dansa dan Surabaya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang