Sesampainya di lobby hotel, lampunya sudah redup dan sepertinya akan segera ditutup. Kamu masih tetap saja disambut oleh pelayan yang tadi sore menyapa kamu, kesannya memang terasa horor tapi kami tetap tenang menyapanya balik. Kami masuk kedalam lift dan menekan tombol lantai kamar kami.
Pukul setengah sebelas malam, sesampainya di kamar aku langsung melepas sepatuku dan meloncat ke arah kasur. Saat hendak tidur, Kailo ikut meloncat ke kasur dan kami saling berhadapan, lalu dia memainkan rambutku dan dia berkata sambil tersenyum aneh.
“Lucu banget ya, pacar siapa sih ini?” dia bertanya sambil memainkan rambutku yang halus, aku memegang kedua pipinya yang lembut menggunakan kedua telapak tanganku.
“Pacarnya siapa lagi kalau bukan pacarnya Kailo.” Aku menjawabnya, dia tiba-tiba mendekatkan mukanya di depan mukaku dan senyum lebar.
“Eh tadi beli es krim kan?!” aku kaget meloncat ke arah meja depan.
“Eh iya, sini makan es krim.” dia duduk di kursi roda, seperti pegawai kantoran dan membuka kantong plastik itu, lalu dia membuka bir yang dibelinya tadi. Selain itu, dia juga membuka bungkus es krim cokelatnya. Aku yang melihat es krim ku sudah leleh, dan menukarnya dengan miliknya meskipun itu sudah bekas jilatannya.
“Ih gamau, es krimku leleh. Mau tuker boleh gak?” aku merayunya sambil bertingkah sok imut dengan mendekatkan kedua telunjuk menjadi satu. Kemudian, dia menyerahkan es krimnya ke tanganku dan dia menuntun tanganku agar es krimnya sampai ke mulutku. Lalu, kita berdua saling berbagi es krim dan makan camilan bersama.
Paperbag yang ada di pinggir meja seketika jatuh dan baju yang ada didalamnya, teringat di benakku bahwa kami berdua tadinya membeli sepasang outfit couple, lalu aku memiliki pikiran untuk mencobanya, kira-kira cukup atau tidak di badanku yang mungil ini. Saat aku memgulurkan tangan dan hendak mengambilnya, Kailo juga spontan mengulurkan tangannya dan mengambil baju yang berantakan itu. Aku kalah cepat dengan kekuatannya yang sekuat tenaga. Lalu, dia berdiri dari kursi mewah itu dan mengibaskan pakaian tadi dan menggelarnya layaknya sebuah tirai dan saat aku berdiri dia mencoba mengeker ukuran baju itu terhadap ukuran badanku. Dia melangkahkan kakinya mendekatiku dan memberikan baju itu kepadaku.
“Mau pakai ini gak, kalau kamu pakai ini pasti cocok banget. Cepetan pakai, aku maksa.” dia memberitahuku dengan perasaan agak sedikit aneh, dan aku merasa merinding. Tanpa pikir panjang aku langsung membalikkan badanku dan menuju kamar mandi. Di kamar mandi aku mendengar dia berteriak memberikan arahan kepadaku.
“Kalau misal aku bilang keluar, baru keluar ya.” dengan nada halus dan agak kencang.
“Oh oke.” aku menjawabnya terpatah-patah, karena aku takut hal aneh apalagi yang akan dia lakukan kepadaku kali ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Lantai Dansa dan Surabaya
RomansAku mempunyai pasangan bernama Kailo. Dia datang dari Bandung menuju Surabaya untuk mengajakku berkencan. Namun, selama kencan timbulah konflik, dan mereka akhirnya salah faham satu sama lain, akankah dengan berdansa mereka bisa damai kembali?