Tak terasa hari sudah mulai siang, jam sudah menunjukkan pukul dua belas serta teriknya sinar matahari mencoba menembus kulit tanganku. Kemudian Kailo bicara kepadaku kalau dia sangat bosan, lalu dia memutuskan untuk mengajakku berenang di kolam belakang.
“Sayang gabut ah, renang yuk mumpung panas-panas gini, biar seger. Sekalian nunggu jam empat kita mandi terus katanya mau jalan-jalan ke Tunjungan kan?” Kailo bertanya kepadaku sambil mengibaskan kaosnya berulang-ulang.
“Aku sih ayo-ayo aja, lagian juga gerah banget nih badan.” aku menyetujui ajakannya dan akhirnya kita segera menuju kolam renang, dan waktu sebelum berangkat kesana aku berharap agar kolam renangnya sepi, karena aku sangat malu kalau harus telanjang dada akibat tidak membawa pakaian renang.
Sampailah kita di kolam renang, puji Tuhan karena telah mengabulkan do’aku kolam renang itu ternyata memang sangat sepi, tanpa ada penghuni, kecuali aku dan Kailo.
“Byuurr, sayang ayo loncat ih katanya ngajak renang, gak dalem kok ini. Ayok” dia mengajakku untuk bergabung meloncat ke kolam renang itu.
“Iya bentar dong lagi ancang-ancang nih. Aku duduk sini dulu aja lah ya?” ucapku kepadanya dengan pede, meskipun dibaliknya memang ketakutan.
“Ah bohing, pasti kamu takut kan, ayo sini.” dia menarik tubuhku dan akhirnya kita berenang bersama.
“Sayang ey, maaf ya, lagian sih kalau misal gak aku tarik pasti kamu gamau nyebur”
“Gapapa kok, OK!” jawabku sambil mengusap air yang ada di seluruh muka ku.
“Huuh, enak ya berenang waktu panas-panas gini sepi lagi kolamnya, apakah ini sudah tandanya kalau kita ditakdirkan untuk melakukan itu.” Kailo bicara sambil menggumam.
“Gilak ya nih orang lama-lama, ini tempat umum tau, kalau ada orang liat gimana? tapi gapapa sih.” ujarku kepadanya.
“Parah sih pacarnya sendiri dibilang gila.” jawabnya sedih, dan akhirnya kami bermain air dengan asik serasa dunia hanya milik kita berdua, sampai lupa akan waktu. Kamipun segera bergegas keluar dari kolam dan kembali ke kamar lalu segera mandi. Aku memutuskan agar Kailo mandi terlebih dahulu, karena aku mau keramas dan memungkinkan memakan waktu yang lama. Aku menunggunya sambil membuat secangkir teh hangat, karena aku menggigil setelah berenang. Setelah dia keluar dari kamar mandi, alangkah anehnya dia malah hanya menggunakan handuk untuk menutupi badannya, lalu aku berteriak sekuat tenaga, kemudian dia langsung minta maaf dan kembali ke kamar mandi. Setelah dia selesai memakai pakaiannya dia meminta tolong kepadaku untuk membantu mengeringkan rambutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lantai Dansa dan Surabaya
RomanceAku mempunyai pasangan bernama Kailo. Dia datang dari Bandung menuju Surabaya untuk mengajakku berkencan. Namun, selama kencan timbulah konflik, dan mereka akhirnya salah faham satu sama lain, akankah dengan berdansa mereka bisa damai kembali?