We both spend time together

4 0 0
                                    

“Sayang, keringin rambutmu sendiri dulu ya aku mau mandi, biar cepet jalan ini mah kita, biar kita juga punya waktu banyak.” aku melemparkan handuk ke mukanya dan memainkan hidungku dengan hidungnya seperti karakter Romeo dan Juliet, lalu aku langsung pergi menuju kamar mandi dan segera mandi. Kemudian, setelah itu kami memilih outfit untuk dipakai saat jalan-jalan. Dia memilihkanku agar aku memakai kemeja putih dan vest abu, karena menurut dia itu adalah best outfit dan terlihat cocok apabila kupakai. Lalu Kailo ingin membagikan wangi dirinya kepadaku. Saat Kailo membuka botol parfumnya, bau parfum itu langsung semerbak memenuhi ruangan kamar itu, dan aroma parfum itu tidak dapat dihilangkan dan dilupakan begitu saja oleh benakku.
Kemudian, kami langsung menuju lift dan menekan tombol lantai satu. Sesampainya di lobby hotel, kami disapa oleh pelayan ramah layaknya kita dianggap sebagai yang mulia. Suasana riuhnya kota, klakson kendaraan, senja yang akan menghilang, dan lampu kota yang saling menyorot mata, membuat diriku tidak dapat melupakan kenangan manis yang terjadi pada diriku pada kala itu. Sebelum kami berangkat berkeliling kota, Kailo menyuruhku agar aku mematikan daya ponselku, lalu dia juga mematikan daya ponselnya, dia tidak ingin ada seorangpun yang dapat menggangu kencan kami. Lalu, dia mengulurkan tangannya yang hangat dan mempersilahkan tanganku untuk menjadi pasangan tangannya, kami lalu berjalan melewati jembatan penyebrangan dan menuju Tunjungan Plaza, tempat pertama yang kami kunjungi adalah bioskop, kami menonton film Marvel karena itu adalah genre favoritnya. Saat kami menonton, dia yang menggunakan hoodie dan memiliki tali di lehernya, menjadi korban kegabutanku, aku menggigiti tali hoodie Kailo sampai basah, tetapi dia tidak marah hanya terlihat sedikit kesal, karena aku juga gabut aku menonton film tapi bukan genre horor.
Setelah menonton, kami tertarik untuk photobox. Pada saat mengantri, ada kakak-kakak yang marah karena hasilnya tidak jadi cepat karena memang itu salah kakaknya sendiri tidak langsung submit pada saat selesai foto. Lalu, kita berdua berbisik-bisik membicarakan kakak tersebut, tapi Kailo lebih jago membicarakannya daripada aku.
“Dasar kampung.” dia membisik di kupingku dengan nada seperti orang ikut kesal.
“Husss. Gaboleh ah.” aku menegur dan menepuk lengannya.
Hasil foto kami telah jadi, dan hasilnya seperti dua bocah yang masih makan sosis dan tidak tahu apa-apa, kami berjalan kembali menyusuri seisi mall. Kemudian, aku tertarik untuk mengajaknya bermain di Timezone. Lalu, dia mengajakku duel basket dan apabila dia menang, dia ingin fotonya diposting di akun sosial mediaku.
“Sayang ayo duel basket, kalau misal aku menang, kamu harus posting foto aku sebanyak-banyaknya.” ujarnya sambil meloncat-loncat di trampolin.
“Oke, siapa takut? palingan juga satu bola gak bisa masuk.” aku ngomong dengan bahasa sedikit sarkas.
“Dih ngejek, lihat nih si Kailo pemain basket terkenal sedunia, wuh, semangat demi di post ayang.” ucapnya dengan penuh semangat, akhirnya dia berhasil dan seluruh bola masuk, aku yang melihat itu turut bangga, dan aku langsung berjanji setelah sampai kamar aku akan memposting fotonya yang tampan sebanyak-banyaknya. Setelah kami bermain basket, kami juga bermain capit boneka, karena itu merupakan hal wajib yang harus kulakukan apabila berkunjung ke Timezone. Meskipun aku tidak pernah mendapatkannya, tapi setidaknya permainan ini menyenangkan, aku sudah gagal tiga kali dan hanya tersisa satu poin saja. Lalu, Kailo mengambil alih kursornya dan mengambilkan boneka kucing yang aku incar sejak tadi. Sebelum dia menekan Go, dia menyuruhku untuk berdoa.
“Ayo berdoa sayang, biar dapet kelinci jelek itu.” suara yang sangat khas dari dia membuatku tidak bisa berhenti untuk mencintai orang ini. Lalu, aku berdoa dan, eureka! Kailo mendapatkan boneka itu, aku sangat senang dan mengucapkan terima kasih dengan suara yang keras, sampai-sampai bocil sebelah menutup telinganya. Mindsetku sih bodoamat, tidak apa malu asalkan kita mendapatkan apa yang membuat orang lain menjadi iri. Aku meminta tolong kepadanya untuk membawakan boneka itu untukku.
Setelah kami keluar dari Timezone, karena si Kailo ini wibu, wibu itu seperti orang yang menyukai karakter anime. Ada event cosplay jejepangan di mall itu, lalu dia ingin mampir, karena aku tidak mau dan ingin mengajaknya pergi, dia langsung menarikku kedalam kumpulan orang-orang wibu itu. Saat kamu selesai melihat event itu, ada orang yang menawarkan pakaian, bukan bermaksud ikut menjadi wibu atau terkena virusnya. Tetapi, ada satu pakaian couple yang membuatku tertarik untuk membelinya, karena kurasa baju itu cocok dan pas ukurannya untuk kami berdua. Tanpa pikir panjang, Kailo langsung mengeluarkan kartu kredit dan membeli pakaian yang barusan kulihat.
“Loh kok kamu beli?” tanyaku dengan sedikit heran.
“Kamu pasti mau kan? Jadinya aku beli, aku kan act of service, jadi aku peka terhadap semua apa yang kamu pengen lakuin.” Kailo berbicara sambil menempelkan kepalanya di dekat kepalaku.
Seusai kami pergi dari zona event yang aneh sekali itu, Kailo bilang kepadaku kalau perutnya kerucukan, itu tandanya kami akan segera makan. Lalu, dia memberitahuku kalau dia ingin sekali makan steak. Alhasil, saking capeknya kami tidak menemukan steak dan akhirnya makan di resto orang Cina. Saat aku dan Kailo diberi daftar menunya, tanpa pikir panjang aku langsung membukanya, dan betapa terkejutnya, mulutku terngaga saat melihat harganya .
“Kenapa? Udah pesen aja semuanya yang kamu mau, biar aku yang bayarin.” ujar Kailo, mungkin dia tau kalau misal aku lagi minim uang.
Aku hanya memesan nasi goreng Malaysia, karena tidak ada lagi masakan yang aku kenal selain masakan itu dan harganya juga yang paling murah diantara semua menunya. Saat menunggu makanan yang sangat lama, dan kamipun juga sudah bosan mengobrol dan topiknya juga sudah mati. Akhirnya, pada jam setengah sembilan makanan itu berhasil kami santap dengan lahap. Saat, kami selesai makan aku bertanya kepadanya setelah ini akan pergi kemana lagi.
“Hmm, kenyang kenyang, habis ini mau pergi kemana lagi sayang? Katanya mau pergi ke jalan Tunjungan.” tanyaku kepadanya sambil mengelus perut buncitku akibat kekenyangan.
“Iya sok atuh boleh, mau beli apa lagi nih disini hm?” tanyanya balik kepadaku, sambil membersihkan giginya memakai tusuk gigi.
“Udah sih gak ada lagi, lagian barang disini juga pasti gitu-gitu aja, bosen banget gak ada barang yang update terbaru banget. Udah ayo ah keburu kemaleman.” jawabku dengan nada lucu, tapi aslinya dibuat-buat agar dia makin terpikat kepadaku.

Lantai Dansa dan Surabaya Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang