4➬𝘚𝘶𝘢𝘳𝘢 𝘬𝘦𝘳𝘢𝘴

183 126 9
                                    


✄𝐶𝑎𝑟𝑎 𝑏𝑖𝑐𝑎𝑟𝑎 𝑚𝑒𝑟𝑒𝑘𝑎 𝑘𝑒𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑘𝑢 𝑚𝑒𝑚𝑏𝑢𝑎𝑡 𝑎𝑘𝑢 𝑠𝑒𝑚𝑎𝑘𝑖𝑛 𝑠𝑎𝑑𝑎𝑟, 𝑘𝑎𝑙𝑎𝑢 𝑎𝑘𝑢 ℎ𝑎𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑖𝑗𝑖𝑘𝑘𝑎𝑛.

_𝑅𝑎𝑔𝑛𝑎𝑙𝑎 𝐴𝑟𝑘𝑎𝑛. 𝑁_

❀❀❀

Ragnala menghentikan mobilnya di halaman rumah mewah nuansa putih emas itu dengan wajah cemas.

Setelah dari rumah sakit melepas gips di kakinya, Ragnala memutuskan untuk pulang. Sudah satu Minggu dia tidak pulang, dan selama itu juga tidak ada satu orang yang ada di rumah itu menanyakan keberadaan nya. Ragnala merasa dirinya benar-benar tidak di butuhkan di keluarga ini.

Lalu kenapa dia tidak boleh ikut ibunya? Pertanyaan itu selalu ingin Ragnala tanyakan pada sang ayah. Namun dia terlalu takut.

Ragnala turun dari mobil. Kakinya sudah lebih baik. Rumah besar itu hening.Ragnala melangkah menaiki tangga. Dia membuka pintu kamarnya dan langsung merebahkan diri.

"Bodoh." Ucap Ragnala mengumpati dirinya sendiri.

"Pulang? Rumah? Bukan .Ini neraka dunia yang paling sepi dan menyiksa." Lanjut nya terkekeh hambar.

Ragnala bangkit. Dia berjalan menuju balkon kamarnya. Menggeser pintu kaca itu dan berdiri menikmati semilir angin sore yang menyejukkan.

Dari atas itu Ragnala bisa melihat Riska, sang kakak pulang bersama laki-laki yang dia kenal. Bukan laki-laki baik dari penilaian yang Ragnala berikan.

"Shit!" Umpat Ragnala mengarah pada laki-laki yang bersama saudaranya itu.

Setelah laki-laki itu pergi. Ragnala langsung keluar dari kamarnya untuk menemui saudara nya itu.

"Kak Riska!" Panggil Ragnala kala Riska sedang duduk di ruang tengah sambil menyandarkan tubuhnya.

Riska mengalihkan pandangan nya. Dia terlihat malas dan tidak suka akan kehadiran Ragnala. Rasa tidak suka yang sangat jelas membuat Ragnala semakin rapuh.

"Kakak ngapain pulang bareng laki-laki itu?" Tanya Ragnala berdiri di hadapan Riska. "Kakak tau kan kalau dia itu-"

"Jangan ikut campur urusan gue!" Bentak Riska memotong ucapan Ragnala." Lo nggak ada kerjaan lain selain gangguin gue?" Tanya Riska menatap tak suka pada Ragnala.

"Kak..."

"CUKUP ARKAN!" Bentak Riska membuat Ragnala tersentak." Jauh dari hadapan gue! Gue muak denger suara Lo! Gue muak dengan kehadiran Lo!" Bentak Riska dengan tatapan kemarahan.

Raut wajah yang merah padam serta urat leher yang terlihat sangat menegang membuat Ragnala seperti di hujam beribu belati.

'Kenapa semua orang selalu berekspresi seperti itu saat aku bicara?. Sehina apa aku?'

Ragnala memundurkan langkahnya lalu pergi dengan mata yang memerah menahan tangis.

Sedangkan Riska mengatur nafasnya karena terlalu sesak rasanya. Riska melirik Ragnala yang pergi dari sudut matanya.

"Gue nggak suka kehadiran,Lo." Geram Riska mengepalkan tangannya kuat.

Dari arah lain. Nandra berdiri menyaksikan perdebatan adik kakak itu dengan senyum licik. Dia menyukai hal-hal yang menegangkan.

"Kurang baku hantam aja sih. Cukup menghibur." Ucap Nandra melihat dua insan itu bergantian.

Riska menyadari ada yang memandangi nya dari tadi langsung menoleh pada Nandra yang berdiri di atas sana dengan senyuman. Riska tidak suka respon pemuda itu.

𝐑𝐚𝐩𝐮𝐡 (𝘋𝘪 𝘗𝘦𝘳𝘣𝘢𝘳𝘶𝘪) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang