-5-

447 47 1
                                    

Liur kering menempel di sudut kanan pipi, dengan mata yang masih terpejam erat. Haechan memeluk boneka beruangnya, mengusap-usapkan pipi kiri ke Belbel yang selalu menemani tiap malamnya itu.

Mark yang sudah mandi dan berganti pakaian memperhatikan Haechan dari samping ranjang. Dia tidak berisik, karena Mama Irene melarang. Mama Irene membiarkan Haechan tidur lebih lama, tapi Mark dipaksa untuk bangun dan segera mandi. Tidak adil, tapi Mark tidak akan mengeluarkan keluhan apa pun.

Mata sipit Mark berkedip dua kali, memperhatikan Haechan masih dari posisi yang sama. Haechan itu berisi, gendut, bulat, dan tentunya sangat menggemaskan. Saking gemasnya, Mark tidak pernah bosan memeluk tubuh Haechan. Rasanya seperti sedang memeluk boneka besar, tapi bedanya Haechan itu hidup dan bisa marah. Mark akan mengatakan dengan jujur, melihat Haechan merajuk itu menyenangkan, tapi dia tidak akan sesering itu menjahili teman kesayangannya. Kalau sudah merajuk, Haechan akan mendiamkan Mark dan lebih banyak memberi perhatian pada Jisung, Lucas, Karina, Winter, Ningning, dan siapa pun itu asal bukan Mark.

Menyebalkan. Haechan bisa menjadi sangat egois. Tidak mau meminta maaf lebih dulu, tapi itu hanya terjadi jika bertengkar dengan Mark. Selain dengan Mark, Haechan akan bertingkah sangat manis dan membiarkan dirinya menjadi orang pertama yang menyesali pertengkaran. Namun, Mark tidak bisa membencinya. Haechan teman yang berharga, dan dia tidak akan membuat alasan untuk menjauhinya.

Mereka berteman sejak masih bayi—ah, bahkan sekarang saja mereka masih di usia bayi di bawah lima tahun. Mereka berbagi ide untuk berbuat jahil, menjadi teman dekat, dan seperti sebuah perjanjian tak tertulis, mereka memiliki satu sama lain. Bukan perjanjian dalam kertas dan terlihat sangat nyata di mata orang lain, mereka hanya melakukannya dengan natural. Sangat alami sampai terkadang mampu membuat orang-orang dewasa terkecoh.

Haechan melenguh pelan, membuat Mark sedikit terkejut. Mata sipit itu kembali memperhatikan tubuh yang ada di atas ranjang dengan tenang. Tidak berniat beranjak barang seinci pun.

"ECHAN!" Sampai suara pekikan Jisung membuyarkan semuanya. "ECHAN BANGUN! BANGUN! BANGUN! AYO BANGUN! "

Mark mendengkus kesal, menatap Jisung yang baru masuk dengan garang. Mama Irene bilang, biarkan saja Haechan untuk tidur, dan Jisung dengan seenaknya mengeluarkan suara jelek untuk mengganggu tidur berharga Haechan. Mark sangat kesal, terlebih saat Haechan mulai mengerjap dan menguap, membuka mata lebar-lebar. "Hawooo," sapaan Haechan sedikit berhasil menguapkan segala kekesalan Mark.

"Halo Echan! Echan bangun! Bangun! Bangun! Kita cekolah, Echan! Echan dak cekolah? Icung belangkat hali ini!" Jisung berujar ceria, menatap temannya itu dengan mata berbinar.

"Eungh ...." Haechan melenguh pelan, menguap tanpa menutupi mulutnya yang terbuka dengan lebar. Kelopaknya mengerjap tiga kali, lalu menatap ke samping kiri, tempat Mark berdiri dengan wajah datar. "Hayo Maki," sapa Haechan ceria. "Moniingg," kekehnya.

"Pagi," balas Mark. Dia tidak mau terlihat terlalu antusias di depan Jisung, karena itu akan mengurangi kadar kekerenannya. Di depan Haechan, itu bukan masalah besar, tapi Mark tidak akan pernah mau menjadi begitu heboh jika ada Jisung, apalagi Lucas.

Haechan sendiri seperti sudah memahami temannya tersebut, membiarkan Mark bertahan dengan sikap keren menurutnya. Padahal, menurut Haechan, yang paling keren di antara mereka itu dia. Tidak ada yang lebih keren darinya, pikir Haechan.

"Echan! Ayo didi! Echan didi, mamam, pelgi cekoyah!" Jisung menarik-narik tangan Haechan dengan antusias, tapi tidak membuat temannya itu sampai terjatuh dari ranjang.

Haechan menguap lagi, dia masih mengantuk dan ingin tidur sebentaarrr saja. Hanya sebentar sampai kantuknya hilang.

"Icung, no talik-talik tangan Echan. Echan sakit nanti," peringat Mark. Jisung hanya menyengir lebar, tanpa melepaskan tangan Haechan. Mark berdecak pelan, menatap Haechan yang terlihat kepayahan dan menguap sekali lagi.

Echan and Friends [discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang