-2-

712 60 0
                                    

Hawo-hawoo, apa kabaw?
Echan baby balik lagi, hehe

Janlup tinggalin banyak cinta buat bayik kesayanganku di sini, yaawww

Piriding~

Lelah. Rasanya Haechan ingin berubah menjadi superhero yang ada di televisi saja. Keren, bisa terbang, tidak perlu berjalan menggunakan kaki. "Pelhilo bica telbang, enak ya, Maki?" celetuknya, meminta pendapat teman dengan otak yang nyaris tidak memiliki perbedaan.

Mark menoleh pada Hadchan, meminum es buah yang dibelinya dari bibi penjual saat melewati taman bermain tadi. Lucas dijemput saat pulang sekolah tadi, ada acara keluarga yang membuat mereka tidak bisa berjalan bersama, menyisakan Haechan dengan Mark saja.

"Supelhilo masuk angin, Echan."

"Hah? Memangna bica? Kan dia cupel! Kelen!" Haechan nenukikkan alis, menatap Mark sedikit sanksi.

Mark jarang berbohong, tapi kalimatnya tadi sangat sulit untuk Haechan terima. Mana mungkin ada superhero yang masuk angin? Mungkin Mark sedang berniat bercanda dengan Haechan.

"Telbang terus, kena angin. Angin macuk-macuk. Batuk, piyek, macuk angin." Mark masih teguh dengan pendiriannya. Haechan terlihat berpikir keras sekarang, menggaruk belakang kepala yang sedikit gatal karena matahari terlalu terik dan membuatnya banyak berkeringat.

"Iya, 'kan?" tanya Mark.

Haechan tidak setuju dengan Mark sebenarnya, tapi yang dikatakan oleh temannya itu tidak salah juga. Kalau banyak terbang, berarti banyak terkena angin. Kalau terkena angin terus-terusan, nanti bisa sakit. Masuk angin yang membuat tubuh terasa tidak nyaman. Tapi tetap saja, bukankah superhero itu keren? Kalau superhero bisa masuk angin, berarti tidak keren lagi, dong?

Uh, Haechan jadi bingung sendiri sekarang. Dia kan hanya membahas tentang superhero yang bisa terbang dan tidak harus lelah berjalan seperti mereka. Kenapa Mark membawanya pada pertanyaan serius yang sulit sekali ditemukan jawabannya? Haechan jadi pusing.

"Dak tahu, yah! Udah-udah, Echan pucing tahu!" gerutunya, kesal karena tidak juga bisa menemukan titik dari pembahasan yang Mark berikan. Terlalu rumit untuk anak seusia dirinya.

"Icung cuka dak kayo Echan liat?" Haechan mendadak teringat dengan sepupu Mark yang terbaring lemah di atas ranjang. Haechan belum menjenguk Jisung, tapi, biasanya dia hanya boleh berbaring di ranjang saja saat sakit. Dipikirnya, Jisung juga sama seperti itu.

"Pasti cuka. Icung kan cuka main Echan lama-lama." Mark membalas malas.

Jisung itu seperti maniak Haechan. Kalau Haechan meminta tanpa paksaan untuk Jisung menginap, pasti diiyakan dengan cepat. Haechan suka berbagi Papa Johnny dengan Jisung, mengatakan jika papanya Haechan bisa menjadi papa untuk Jisung juga. Begitu juga dengan Mama Yeri, Haechan mau membaginya jika itu dengan Jisung. Menurut Haechan, Jisung itu bayi mungilnya. Dia mau berbagi karena Jisung memang menggemaskan, Haechan suka sekali.

"Ah! Yeyah. Napa dak campe-campe, cih?" keluh Haechan, menghentikan langkahnya.

Mata bulat Haechan menatap kedua kaki mungil yang terbungkus sepatu berwarna biru tua. Haechan ingin berubah menjadi superhero, biar bisa terbang. Kalaupun harus masuk angin, Haechan tidak masalah. Dia hanya terlalu lelah berjalan saja. "Biacanya dak jauh, ini napa yama cekayi?" Bibirnya mengerucut kesal.

"Echan capek?" tanya Mark. Mereka saling berhadapan sekarang, menghentikan langkah. Mark menuju tempat sampah di belakang tubuh Haechan, membuang bungkus es miliknya tadi. "Makii gendong, mau?" tawar Mark. Biasanya, dia kalau lelah berjalan akan digendong Papa Jaehyun.

Echan and Friends [discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang