-7-

533 52 3
                                    

"Makii jauh-jauh, dong! Ini kan tempatnya Icung!"

Mark menatap sekilas pada Jisung yang memberikan tatapan kesal, mendorong tubuhnya ke kiri agar mereka berjauhan. Mark mendesis pelan, mengambil jarak agar Jisung tidak semakin menyebalkan.

"Makii jangan ambil mamnya Icung dong! Icung kan suka sama beli, no diambil!"

Tangan Mark yang memegang sebuah stroberi dan hendak menyuapkannya ke mulut terhenti di udara. Mark menatap kesal pada Jisung, mengembalikan buah yang belum sempat dimakannya itu ke tempat semula. Baiklah, dia akan mengalah lagi, karena Jisung memang sangat menyukai stroberi.

"Makii! Napa ambil mainan Icung, sih? Icung kan mau main mobil-mobil!"

Mark menatap sengit pada Jisung. Ini sudah di luar batas. Jisung membuat Mark sangat kesal. Tangan kecilnya menarik rambut Jisung yang mulai panjang, menjambaknya dengan sangat bersemangat.

"Aahhh! Mama! Makii nakal, Mama!"

Mark tidak memberikan ekspresi berlebihan, bahkan di saat Jisung membalas jambakannya. Dia menggigit lengan kanan Jisung, semakin bersemangat dengan aksi brutalnya.

Mama Irene tidak ada di rumah, begitu juga dengan Papa yang sedang pergi bekerja. Lucas sudah pulang, dibawa Mama Seulgi tadi. Hanya tinggal Mark, Jisung, dan si kembar.

"Makiii! Lepas Icung!"

Bukannya mendengarkan, Mark malah semakin gencar memberi serangan. Menggigit, memukul, menjambak. Tidak ada Haechan sekarang, jadi Mark merasa tingkat kekerenan yang harus dijaganya bisa diturunkan sedikit.

Mark kesal dengan Jisung yang suka seenaknya. Dibiarkan, tapi tambah menyebalkan. Padahal, Jisung kan menginap di rumahnya. Jisung juga bersikap manja pada mama dan papanya. Mark mau berbagi, tapi Jisung seolah menunjukkan keinginan untuk merebut semua yang Mark miliki. Mark kesal sekali dengan Jisung yang suka bersikap egois dan semaunya sendiri.

Seperti pahlawan kesiangan, Doyoung datang untuk melerai mereka. Jungwoo yang kehilangan momen pertengkaran keduanya mengangkat tubuh Mark untuk menjauhi Jisung.

Mark itu memiliki sifat yang tenang, tapi menghanyutkan. Bisa sangat jahil, menyeramkan kalau sudah beraksi, apalagi saat digabung dengan Haechan. Jungwoo mengusap-usap ujung kepala Mark, takut jika adiknya akan mengeluarkan suara tangis, meskipun Mark sangat jarang menangis.

"Kalian kenapa bertengkar?" Doyoung bertanya pada Jisung, setelah sepupunya berhasil ditenangkan. Jisung menggeleng, tidak mau menjawab. Memeluk tubuh Doyoung dengan erat, seolah mengatakan jika dia baru saja dianiaya dan membutuhkan pelukan hangat.

Mark sendiri masih setia memberikan sikap tak acuh. Dia tidak merasa bersalah. Jisung yang bersikap menyebalkan lebih dulu, dan Mark hanya memberi sedikit pembalasan. Jisung saja yang lemah, baru dijambak, digigit, dan dipukul sedikit pada punggungnya saja sudah menangis.

"Woo, kau urus Mark. Aku akan membawa Jisung kelur dulu," ujar Doyoung, saat tidak menemukan titik yang menunjukkan kedua bayi tersebut akan berbaikan. Jungwoo setuju saja. Bisa repot jika mereka bertengkar lagi, Mark akan semakin ganas nanti.

Doyoung menggendong tubuh Jisung, membawanya keluar rumah. Mungkin mereka akan berbelanja ke minimarket atau sekadar bermain di taman. Doyoung tidak terlalu peduli sebenarnya.

"Kakak."

"Apa?"

"Icung nakal Makii. Duduk, dolong-dolong. Ambil beli dimalahi, mau main mobil dak boleh. Makii talik lambut Icung, gigit Icung. Makii nakal?"

Jungwoo menggaruk belakang telinganya, tidak berpikir jika Mark akan peduli dengan pendapat orang lain seperti sekarang. Biasanya, Mark akan bersikap semau dia. Tidak mau disalahkan, atau mungkin Jungwoo yang tidak terlalu dekat dengan adiknya. Mark lebih banyak menghabiskan waktu dengan Doyoung, dan Jungwoo jarang sekali mendekat padanya.

Echan and Friends [discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang