16. Pertemuan

7 1 0
                                    

HAPPY READING!

Kaki jenjang itu tidak bisa diam saat katanya Drana hendak bertemu dengan orang tuanya. Perempuan dengan kuncir rambut berwarna putih susu tersebut menatap ke jalan. Mereka sudah naik ke dalam mobil dan berjalan dengan kecepatan standar. 

"Rambut ibu udah rapi?" tanya ibunya sudah berulang kali berkaca dengan cermin kecil yang dia bawa di dalam tasnya. Ina menatap ibunya dengan jengah karena tingkah laku ibunya yang sudah berkaca lebih dari lima kali entah sudah berapa puluh ibunya menatap cermin tersebut. 

Ina hanya menjawabnya dengan anggukan kepala. Tidak berminat untuk mengomel lagi karena dirinya juga gugup setengah mati. Rasanya dia akan menikah saja sekarang. Bertemu Drana bersama dengan orang tuanya merupakan hal yang baru pertama kali dia lakukan. 

Beberapa saat mereka semua turun ke sebuah tempat yang tampak megah dan mereka diuntun ke dalam ruangan yang sudah dipesan. Semua karyawan yang ada di sana sangat menghargai privasi sehingga tidak akan ada berita heboh di besok hari. 

Tampak Ardan yang menyambut mereka dengan Drana yang sudah berwajah pucat. Drana menyapa dengan gagap dan tangan bergetar saat menyalami kedua tangan orang tua Ina. Drana yang sedari kecil jarang menyapa orang kini harus bertatap muka dan bersalaman dengan orang tua dari pacarnya tersebut.

"Saya Drana saya minta maaf karena memacari anak bapak dan ibu tapi enggak pamit." Drana bergetar dirinya tidak bisa bohong kalau ini berbeda dengan biasa saat dia akting di layar kaca. Di sini sangat amat menegangkan entah apa perbedaannya Drana juga belum mengerti. 

Ardan menatap Drana yang tampak bergetar tidak menyangka bahwa laki-laki tersebut bisa bersikap aneh dan canggung seperti itu padahal dia bisa segera menguasai area dengan wajahnya yang bisa menyesuaikan ekspresi dan bisa menyelesaikan hanya dengan sekali take. 

Banyak hal yang Ardan tidak tahu tentang Drana. Apalagi saat dia tahu tentang pacar rahasianya. Dia baru tahu kalau Drana adalah laki-laki yang mempunyai cinta yang besar terlepas dari sikapnya di layar kaca. Drana anak yang gugup apalagi saat ada Ina di sekitarnya. Apa memang kalau jatuh cinta memang seperti itu? Drana kurang tahu tapi, yang jelas Ardan tidak tahu harus melapor apa kepada sang kakek yang menugaskannya. 

Ardan takut kalau sang kakek tahu tentang ini dan menghilangkan Ina dari kehidupan Drana. Ardan sangat tahu liciknya sang kakek dan betapa kerasnya sang kakek. Ardan sebenarnya ingin meminta maaf saat Drana dipukuli oleh sang kakek sampai tulang lengannya patah dan harus berada di rumah sampai beberapa waktu. Ardan yang menyebabkan itu semua. Dia yang melaporkan kenakalan Drana sehingga sang kakeknya tahu. 

"Lo enggak mau balik?" tanya Drana dengan nada yang masih ketus. Anak tersebut sudah berdiri dan bahkan orang tua Ina dan Inanya sendiri sudah berdiri sembari tersenyum manis mmelihat ke arah Ardan yang masih terbengong. Sudah berapa lama Ardan melamunkan hal yang ada di masa lalu? 

Ardan berdiri dan mengambil dokumen-dokumen yang dia punya kemudian mereka membayar tagihan serta pergi dari sana. 

"Terima kasih tante dan om sudah bersedia ke sini. Maaf enggak ngelakuin dari dulu dan baru bisa sekarang." Drana menyalami orang tua Ina dan tersenyum. Setelah itu mereka pergi Drana juga tidak bisa mengantarkannya takut kalau ada skandal oleh orang-orang yang ada di sana.

Drana melirik ke arah Ardan sesekali kemudian tidak memandangnya lagi. Dirinya masih tersinggung saat dia mengucapkan nama kakeknya tanpa beban di depan Ina. Drana belum bisa terbuka untuk masalah tersebut. Toh, pikirnya dia akan keluar dari kartu keluarga dan memulai hidupnya sendiri dari nol tanpa ada campur tangan sang kakek. Sehingga nama kakeknya tidak perlu di dengar oleh pacarnya tersebut. 

"Yuk, udah gue bayar." Ardan menghampiri artis papan atas tersebut dan berjalan pergi dari sana. Mereka masuk ke dalam mobil untuk ke lokasi shooting dan keheningan terjadi wajah Drana yang tadi tampak malu-malu dan senang sudah pudar digantikan dengan wajah yang membuat Ardan terdiam karena dia tahu mengapa Drana mendiamkannya. 

Sepanjang perjalanan hanya keheningan dan wajah Drana yang tidak melihat ke arah Ardan sama sekali padahal biasanya laki-laki dengan rambut yang masih tertata rapi dan wangi tersebut selalu berbicara dan mengomel apapun yang dia temukan di internet. 

"Dra." Manager tersebut mulai memanggil dan tidak ada jawaban apapun dari manusia yang ada di sebelahnya. 

"Drana." Nada bicara Ardan sedikit meninggi tidak nampak marah, hanya berusaha untuk menaikkan suaranya agar Drana mendengar panggilannya sembari hendak menyentuh lengan lawan bicaranya. 

"Enggak usah sentuh-sentuh." Drana berbicara dengan kesal ketika dirinya diganggu dengan tepukan di lengannya. 

"Gue enggak bermaksud nyebut kakek lo. Lagi pula Ina enggak masalah, kan? Kenapa galak amat sih." Ardan masih memprotes. Tidak ingin meminta maaf dengan benar membuat Drana meliriknya saja kemudian menarik napasnya pelan. 

"Terserah lo." Drana kemudian memainkan ponselnya kembali tidak mau mengobrol dengan Ardan lagi. 

"Maaf, sebagai gantinya gue bakal rahasiain Ina dari kakek lo. Gimana?" tanya Ardan membuat penawaran yang menarik itu dibuktikan saat kepala Drana berputar ke arah Ardan yang ada di sampingnya. 

"Oke."

***

Lyra berdehem sedikit sesekali melirik seseorang yang ada di sampingnya sedang memainkan ponselnya yang tidak peduli dengan sekitar sama sekali. 

"Drana gelang lo couple sama siapa? Punya pacar ya lo?" tanya perempuan cantik dengan suara rendah takut terdengar orang lain. Drana yang mendengarnya langsung terkejut kemudian menetralnya wajahnya sendiri dan berdehem. 

"Enggak. Gue cuma iseng waktu itu beli." Drana berkomentar kemudian menatap ponselnya kembali dengan hatinya yang berdegup kencang takut kalau backsreet-nya tidak aman karena Lyra. 

"Oh, gue kira couple-an sama pacar rahasia lo." Di akhir Lyra terkikik geli menertawakan pikirannya sendiri sementara Drana meneguk ludahnya kasar mengartikan bahwa tawa dari Lyra menertawakan dirinya yang tidak pandai berbohong. 

Drana memainkan ponselnya lagi tanpa melihat ke arah Lyra dan berjanji pada dirinya harus lebih mengontrol ekspresinya. Dia kan sekarang aktor mengapa dia tidak bisa mengatur eksperesinya sendiri ketika mendengar pembahasan tentang pacarnya Ina? 

Drana menatap kakinya sendiri atau lebih tepatnya sepatunya menunggu take bagiannya sembari meredamkan degupan jantungnya yang masih terus berteriak. Padahal dia sudah tidak pernah merasakan hal ini semenjak dirinya jadi aktor. 

"Lo kenapa?" sang manager menatap aktornya yang tampak tertekan. Dirinya sudah hampir tidak pernah melihat Drana seperti itu semenjak debutnya yang pertama dan saat dia memenangkan juara nominasi yang pertama. 

Drana hanya diam tidak menatap sepatunya yang tampaknya lebih menarik dari semua yang ada di sana. "Dialognya susah?" tanya laki-laki dengan kacamata yang bertengger di hidungnya tersebut. 

"Dan, kayaknya Lyra tahu deh kalau gue punya pacar." Drana tiba-tiba bangun dan mencengkram bahu Ardan secara tiba-tiba membuat Ardan terkejut. 

"Hah?"

***

3 Desember 2023 

My Backstreet Boyfriend Kejebak di TVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang