19. Ancaman

2 1 0
                                    

HAPPY READING! 

"Maksud lo?" Drana berjalan mendekat dirinya tidak suka dengan kata-kata Ardan yang baru saja meluncur dari bibirnya. Ardan yang dihampiri oleh Drana jadi takut sendiri tidak pernah ada kasus Drana tampak semarah ini. 

"Jangan marah. Gue bisa jelasin baik-baik." Ardan panik membuat Drana akhirnya tidak lagi melangkahkan kaki menghampiri manager dan menatapnya dengan kedua tangan di depan dada meminta penjelasan.

Ardan menghela napas panjang dengan lega saat Drana tidak mendekatinya lagi. Rasanya jiwanya ikut terangkat saat laki-laki itu mendekatinya. Ardan kemudian menjelaskan semuanya walaupun tiap nama kakeknya disebut alis Drana ikut naik dengan wajahnya yang tidak suka. 

"Gue enggak suka sama Ina. Oke?" Ardan mengkonfirmasi terlebih dahulu di depan agar kesalahpahaman ini tidak semakin panjang. Drana diam saja setelah mendengarkan cerita Ardan. 

"Kalau gitu gampang. Kita go publik aja. Jadiin berita resmi kalau gue pacaran sama Ina." Artis papan atas itu akhirnya bicara walaupun kata-katanya sangat membuat manager menepuk jidatnya. 

"Lo tau, kan kakek lo gimana? Apa iya dia bakal biarin lo go publik gitu aja? Mungkin aja malah Ina yang menghilang dari lo." Ardan berbicara dengan serius. Drana diam meresapi kata-kata dari manager yang sudah mengurusinya sejak pertama kali dia mendaftar menjadi artis. 

Drana menepuk pundak pria dengan tinggi yang hampir sama dengannya kemudian tersenyum. "Gue enggak pernah main-main kalau soal Ina. Apapun gue bakal hadapin termasuk berhadapan langsung sama kakek gue." 

"Inget, kakek lo lebih jahat daripada yang lo tau. Gue khawatir sama kalian tau gak?" Ardan marah nadanya sudah naik satu oktaf saking kesalnya. 

"Gue tau. Tapi, enggak ada yang boleh nyakitin Ina." Drana menjawab lagi membuat kepala Ardan benar-benar pening. 

"Iya. Jagain Ina. Gue enggak tahu apa yang bakal kakek lo lakuin kalau dia tahu Ina itu pacar lo bukan pacar gue." Ardan berbicara apa adanya. Pembicaraan yang tidak ada ujungnya. Drana juga tidak tahu apa yang akan terjadi kedepannya tapi, yang pasti Drana tidak akan membuat Ina disakiti oleh sang kakek. 

***

Selebaran berwarna biru membuat perempuan yang sedang duduk di kursi kamarnya menghela napas. Dia sangat ingin pergi ke sana bersama dengan Drana. Apakah dia bisa pergi bersama dengan pacarnya itu? 

"Hiu, lumba-lumba, kura-kura, ikan-ikanan." Ina mulai ngelantur kemudian mendumel sendiri karenanya. Selebaran aquarium itu diletakkan di atas meja dan dirinya melemparkan tubuhnya ke atas kasur yang empuk. 

Ponselnya sedaritadi di diamkan di atas meja bersama dengan selembaran biru laut tersebut. Ina menatap ke langit-langit kamarnya kemudian bergumam tidak jelas dan memejamkan matanya sendiri berusaha untuk tidur. 

Di dalam mimpi. Ina berhasil mengajak Drana untuk pergi ke aquarium raksasa tersebut tanpa ketahuan oleh fans-fans Drana yang bejibun. Ina jadi senyum-senyum di sana dan memeluk gulingnya. Tampaknya dia akan bangun dengan semangat besok. 

***

Seseorang dengan jas hitam memberikan sebuah berkas dengan amplop cokelat yang tampak sangat rahasia. Pria paruh baya menerima dan membukanya dengan santai. Bergumam tidak jelas kemudian tertawa, tawa yang tampak meremehkan. 

"Ternyata dia berbohong, ya. Bagus Ardan kamu sudah mulai membangkang." Gumaman yang awalnya tidak jelas berubah menjadi umpatan dan tawa meremehkannya tetap dia keluarkan di akhir kalimatnya. 

"Lakukan sesuai rencana." Pria paruh baya tersebut meletakkan amplop yang dia baca tadi di atas meja dan membalikkan kursinya membelakangi orang yang tadi memberikan dia amplop bewarna cokelat tersebut. 

Orang yang dibelakangi oleh pria paruh baya itu menganguk dan pamit dengan sopan kemudian berjalan keluar dari ruangan. Dengan kepergian laki-laki itu artinya besok akan ada berita besar yang akan membuat Drana bisa jadi kehilangan sesuatu atau bahkan semuanya. 

Besok paginya Drana yang sedang menatap wajahnya di cermin sembari menggosok giginya dengan santai. Kata Ardan jadwalnya hari ini berada di siang hari sehingga dirinya bisa bangun agak siang dan bersantai di rumah. Baru saja dia keluar dari kamar mandi dia dikagetkan dengan suara pintu depan yang terbuka. Ardan masuk ke dalam dengan napasnya yang tidak beraturan tampaknya dia sangat khawatir dengan sesuatu yang dia genggam sekarang. 

"Loh, ini masih pagi. Kenapa lo malah ada di sini?" tanya Drana yang kaget dengan keberadaan Ardan yang tiba-tiba. 

"Dia beneran tahu Drana dan sekarang iklan produk lo dicabut sama dia." Ardan berbicara dengan panik meski begitu Drana tahu siapa yang  dimaksud oleh Ardan tanpa menyebutkan namanya. Sang kakek memang sangat tahu saat dia dibohongi atau tidak. Itu terbukti dari perusahaannya yang tidak pernah mengalami kasus sama sekali. 

Kalau boleh jujur Drana tidak masalah kalau iklan yang dia bintangi dibatalkan oleh sang kakek walaupun managernya yang kebingungan tentang masalah ini.  Drana menanggapi dengan santai mengatakan bahwa itu adalah hal yang bagus karena dirinya bisa tidur seharian seperti pengangguran dan bahkan meminta Ardan untuk pulang sampai jadwal terbarunya ada. 

Setelah Ardan pulang laki-laki yang tadinya mempunyai perasaan dan mood yang baik hancur seketika. Dirinya mengambil ponselnya dan menelepon nomor yang sudah lama tidak pernah dia lihat bahkan rasanya ingin memblokirnya. 

Nada telepon itu terhubung dan suara yang membuat tangan Drana bergetar menyapa pendengarannya. "Bagaimana dengan ancaman kakek, Drana?" bahkan dari suaranya Drana tahu kalau sang kakek sedang tersenyum meremehkan dan merasa bangga karena dirinya berhasil membuat Drana yang tidak pernah meneleponnya menjadi orang yang menelepon pertama kali. 

"Apa syaratnya agar kakek tidak menganggu kehidupan Drana lagi?" tanya laki-laki dengan rambut yang masih setengah basah karena belum sempat di keringkan sepenuhnya berbicara tanpa basa-basi sedikitpun. 

"Menikah dengan calon pilihan kakek. Maka kakek akan memberikan perusahaan ini untukmu." Suara di seberang sana membuat artis yang hampir diambang kehancuran tersebut mengepalkan tangannya dengan emosi. 

Drana berusaha menahan emosi dan merendahkan nada bicaranya. "Saya tidak butuh perusahaan kakek. Drana cuma mau kehidupan normal tanpa adanya tekanan dari kakek. Mungkin dulu Drana mengalah karena kakek lebih tua. Sekarang, Drana rasa sudah cukup rasa sakit yang kakek berikan untuk Drana selama ini. Jangan membuat Ardan jadi mata-mata Drana lagi dan jangan ganggu kehidupan cucu satu-satunya kakek." Artis papan atas itu berbicara tanpa memberikan lawannya untuk berbicara bahkan nadanya sudah naik saking emosinya. Dia sudah meledak. 

"Jadi, kamu mau dikeluarkan dari ahli waris dan keluarga ini?" tanya sang kakek dengan helaan napas di akhir. 

"Iya. Urus saja perusahaan kakek itu sampai kakek mati. Drana akan tetap mengubur kakek beserta dengan harta-harta kakek. Drana tidak akan mengambil sedikitpun." Cucu laki-laki itu tampak mengumpati sang kakek dengan kematian. 

Helaan napas terdengar dari seberang sana. "Kalau begitu pulang. Kamu harus menandatangani bahwa kamu akan dikeluarkan dari ahli waris dan keluarga ini." Mendengar itu Drana tersenyum. 

"Oke." 

***

15 Desember 2023 

My Backstreet Boyfriend Kejebak di TVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang