Setelah menjalani latihan yang sulit untuk kuterima, esok pagi aku dan kelompok dramaku akan tampil.
Malam ini, dikamar, aku merenungkan drama yang tinggal hitungan jam akan dipertontonkan.
"Kenapa harus dia sih? Jangan-jangan ini pertanda gue bakalan sial! Kalo ada dia kan gue sial terus!" pekikku pusing meratapi nasib.
"Kenapa juga harus gue Cinderella-nya? Udah harus pake heels lagi closingnya! Ribet parah!" aku ngedumel sendiri. "Lebih baik gue tidur sekarang, menanti besok pagi yang pasti..............................nyebelin!"
-TP-
Beberapa menit sebelum bel masuk, aku pun bersiap-siap. Walaupun cuma empat orang, aku optimis dramaku akan menjadi yang terbaik.
Bu Vinna masuk ke kelas. Saat inilah aku akan menampilkan bakatku sebagai calon aktris internasional!
Setelah memberi salam, Bu Vinna membuka pembicaraan.
"Gimana nih? Udah siap semua kan?" tanya Bu Vinna meyakinkan.
"Udah, Buuuuuu," balas anak-anak serentak dengan wajah yang ceria. Sedangkan aku membalasnya dengan wajah yang sangat-tidak-ceria-apalagi-bahagia.
"Baiklah kalau begitu, mari kita mulai dramanya. Dan kelompok 1 akan menjadi pembukanya!" ucap Bu Vinna disertai sahutan-sahutan gembira, seakan kelompok 1 yang dipimpinku akan menggebrak seluruh kelas dengan acting yang memukau.
Inilah saatnya!, ujarku dalam hati. Berharap semuanya akan baik-baik saja.
Saat berjalan kedepan kelas, aku membisikkan sedikit kata pada Zio, yang mungkin akan merubah jalan pikirnya selama ini....................................
"Jangan bikin gue sial lagi!"
Dan apa jawabannya?
Dia hanya melirikku!
-TP-
Dan diakhir drama.....................
"Cinderella, jangan pergi!" teriak sang pangeran ketika melihat Cinderella berlari menjauh setelah dentingan jam besar menunjukkan pukul 12 malam.
Cinderella hanya menoleh. Tapi karena ia membuang waktunya untuk menoleh, sepatu yang dipakainya pun terlepas.
Tanpa basa-basi, Cinderella melanjutkan perjalanannya sebelum ia berubah menjadi gadis desa kembali.
Esok harinya, Pangeran pergi ke desa untuk mencari sang Cinderella. Berbekal sepatu kaca yang ditinggalkan Cinderella, Pangeran berniat memasangkan sepatu tersebut kepada semua gadis di desa. Dan hanya akan ada satu gadis yang bisa memakai sepatu tersebut yang kelak akan dijadikan pasangan hidup sang Pangeran.
Dirumah Cinderella, Pangeran hanya bertemu dengan saudara tiri Cinderella.
"Pasti pas denganku," seru saudara tiri Cinderella sebelum mencoba.
Ternyata kenyataan terbalik dengan ucapan sang saudara tiri. Kakinya terlalu besar untuk memakai sepatu sang Cinderella.
"Apa ada gadis lain dirumah ini?" tanya sang Pangeran sebelum meninggalkan rumah Cinderella.
"Tidak, hanya aku dan anakku ini yang tinggal disini," jawab ibu tiri Cinderella.
"Apa kau yakin? Semua gadis di desa ini telah aku izinkan untuk mencoba sepatu ini, namun tidak ada seorang pun yang cocok!" balas Pangeran merasa ganjil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tulip Putih [ON HOLD]
Teen Fiction"Lo nyebelin!" aku memukul Zio dengan bantal saat aku tahu bahwa dia telah menaruhkan garam dalam sirupku. "Ahahaha!" tawa Zio nyaring sambil terus menghindar dari seranganku. Sekejap, ia berhenti tertawa dan memegang tanganku. "Gue beneran nyebelin...