4🌠

958 95 0
                                    

---
It's up to you, and it's up to me
No one could say what we get to be
So why don't we rewrite the stars?
And maybe the world could be ours, tonight
---

Anton melemparkan tas selempangnya secara sembarangan, ia membuka pintu kulkas dan meneguk air dingin dari tempatnya, tanpa menggunakan gelas. Itu membuat air minumnya berceceran ke lantai dan mengenai bajunya.

"Chanyoung? Kamu udah pulang?"

Suara lembut Wonbin membuat Anton menyudahi kegiatannya, menyimpan kembali air dingin itu dan berjalan mendekati Wonbin. Tatapan tajam itu membuat Wonbin bergerak mundur seiring kikisnya jarak diantara keduanya.

"C-chanyoung, kamu-!"

Anton menahan tangannya di dinding, mengurung Wonbin dengan kedua lengannya.

"Kenapa? Kenapa kamu harus nikah sama Ayah aku, Park Wonbin?"

Wonbin mendongak menatap mata Anton, "kamu tau aku gak punya pilihan lain, Chanyoung"

Bugh!

Anton memukul tembok dibelakang Wonbin dengan kuat, tak peduli jika tangannya terluka. Bola matanya memerah.

"Sialan" geramnya mengeratkan gigi dan melangkah menjauhi Wonbin.

Anton mulai memukul tembok disampingnya dengan sangat kuat, "Sial! Sial! Sial!"

"Chanyoung, berhenti!" Wonbin mendorong Anton agar anak itu berhenti memukul tembok.

Tangannya sudah terluka. Berdarah.

🌠

Anton memandang lukanya tanpa meringis sama sekali, padahal Wonbin tengah mengobatinya dengan obat merah. Tentu saja itu terasa perih, namun tak lebih perih dari hatinya saat ini.

Wonbin membalut luka Anton dengan plester luka satu persatu, hingga semua lukanya terobati dengan sempurna. Wonbin membereskan kotak obatnya tanpa membuka suara.

"Lukisan itu" ucap Anton membuat Wonbin mengurungkan niatnya untuk pergi, "apa udah selesai?"

"Udah. Kamu mau liat?"

Sebuah anggukan membawa Anton memasuki kamar Wonbin, tempat dimana lukisan itu disimpan.

Sebuah lukisan dengan pemandangan langit malam berbintang, dengan siluet seekor anjing menggonggong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebuah lukisan dengan pemandangan langit malam berbintang, dengan siluet seekor anjing menggonggong. Lukisan itu menyiratkan kesepian, kesendirian, kesunyian, kegelapan, dan kehampaan.

"Kamu juga sedih kan, karena kita gak bisa kaya dulu lagi?" Lirih Anton yang diangguki Wonbin.

Anton mendongakkan kepalanya, menghalau cairan bening yang meronta ingin keluar. Ia lemah soal cinta.

"Kalo aja hari itu aku tetap keras kepala seperti biasanya, apa mungkin semua ini gak akan terjadi?"

Anton menyelipkan rambut Wonbin ke belakang telinganya, membelai pipi tirus itu dengan lembut, "apa mungkin saat ini kamu masih milik aku?"

Setetes cairan bening menuruni wajah Wonbin, tanpa bisa ia tahan lagi. Hingga tangisannya mulai menjadi, ia menggenggam jemari Anton di wajahnya.

"Rasa aku ke kamu, gak pernah sedikitpun berkurang, Wonbin-ah. Masih sama seperti dulu, aku selalu mencintai kamu"

Wonbin ingin berteriak, namun lidahnya kelu. Ia tak mampu mengucap sepatah katapun dari mulutnya, hanya isakan yang keluar.

Wonbin menggelengkan kepalanya, perlahan menetralkan emosinya dan melepaskan tangan Anton dari wajahnya. Ia menarik nafas panjang guna meredakan tangisannya.

"Enggak, Chanyoung. Lupain perasaan kamu ke aku, sekarang kita udah berbeda, coba cintai aku sebagai ibu sambung kamu. Karena walau bagaimanapun, sekarang aku adalah istri dari Ayah kamu"

"Dan apa kamu sendiri mampu ngelakuin itu?"

Wonbin terdiam.

Rewrite The Stars || TONNEN✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang