LUCHT

39 7 2
                                    

DILEMA”

______________________

4 APRIL 1621

Malam itu hujan deras menghampiri bumi, awan gelap dan petir mengintimidasi suasana tersebut. Gandari tengah membantu Rebecca untuk menyiapkan baju bagi Nona muda Leona yang merupakan anak dari penjabat yang akan ikut bersekolah bersama Steve di Batavia kemungkinan besar Steve tidak nyaman dengan hal ini.

“ibu, ini baju dari De Jongedeme Leona akan di taruh di sini? Apakah Missen  akan tinggal di sini? Bukan kah lebih baik membangun sebuah Kediaman?” Tanya Steve yang sedang ada di ambang pintu kamar sambil bersandar dan melipat tangan di depan dada. Rebecca tersenyum lalu memanggil Steve untuk mendekat ke arahnya, “kita di percayakan menjaga De Jongedeme Leona, kalau di kediaman belum terjamin keselamatannya” jawab sang ibu.

Gandari yang baru selesai membantu Rebecca ingin beranjak untuk membantunya memasak namun di tahan oleh Steve, “Kau ingin kemana?” tanya Steve. Gandari hanya menanggapi nya dengan senyuman dan langsung menyingkirkan tangan Steve lalu menuju dapur tujuan awalnya.

Brak!!, Pintu di dobrak sangat keras membuat semua yang ada di sana terkejut bukan main. Seorang prajurit menodongkan senapan ke arah mereka semua lalu prajurit itu menembak Rebecca hingga darah bercucuran, Gandari yang melihat itu seketika ketakutan. Steve yang pemberani mengambil sebuah vas bunga lalu memecahkannya dan menodongnya ke arah para prajurit tersebut.

Gandari langsung menusuk salah satu prajurit dengan pisau dapur yang di pegangnya demi melindungi Steve yang sudah terdesak, ”JANGAN PERNAH KAU MENYENTUH ANAK INI!! ” Sentak Gandari membuat para prajurit itu malahan menodong senjata.

Gemuruh petir menambah suasana mencekam saat itu, ketika Gandari melihat keluar Baas sudah di kubur hidup-hidup di bawah pohon besar oleh beberapa tentara. Gandari yang sangat terdesak itu langsung menerobos para prajurit dan menarik Steve untuk kabur dari sana, Verlammen!!ucap salah seorang prajurit dan sudah menembak kan pelatuk namun Gandari yang gesit menghindar tetapi Steve terkena tembakan sehingga dirinya terjatuh.

“Steve!! Ayo biar aku gendong!” kata Gandari namun Steve menolak dan menyuruhnya pergi menyelamatkan diri, “Pergi... Tidak apa-apa aku hanya di lumpuhkan, pergi Cah ayu .... ” perkataan itu membuat Gandari teringat ayahnya yang di tembak mati namun sempat mengucapkan kata Cah ayu  untuk dirinya yang menangis histeris saat itu.

MASA LALU

Gandari tengah melihat ayahnya tengah mencangkul sebuah ubi dan keringat membaluri pelipisnya, “Bapak Ndak lelah opo yo? Mencangkul dan memanen lalu menanam setiap hari” celetuk nya yang rambutnya tengah di ikat oleh Sanga ibu berbentuk kelabang, “ya Ndak lah Cah ayu... Bapak banting tulang supaya dapat penghasilan, biar kita bisa makan.. ” jelas sang ibu dengan suara lembut.

“Pak sini biar aku bantu... ” ucap kakak laki-laki Gandari yang baru pulang dari sungai sambil membawa beberapa ikan tangkapan, “aduh le bawa ikan lagi toh?” seru sang ibu dengan senyuman.

Tiba-tiba terdengar suara tembakan membuat burung-burung sekita pergi berhamburan kemana-mana, telapak kuda menggema di mana-mana membuat Gandari takut dan sang kakak mengambil sebuah bambu runcing lalu berjaga-jaga.

[✓]Oud verhaal [Lee Heeseung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang