10. Gelo

628 69 2
                                    

Setelah melihat Arga memuntahkan isi perutnya Aldi segera memesan sebuah taksi online dan pergi ke rumah sakit.

Menurut dokter, Arga terkena flu. Namun maag Arga juga kambuh karena telat makan.

Saat ini mereka berdua sudah berada di apartemen Arga.

"Kenapa sih gamau rawat inap aja tadi Ga" Ucap Aldi sembari membantu Arga merebahkan dirinya.

Arga hanya menggelengkan kepalanya.

"Haish, terus nyokap lu dimana? "

"Lagi ada kerjaan, 3 hari lagi pulang" Sahut Arga dengan suara lemasnya.

Aldi memijat pangkal hidungnya, ia lalu pergi meninggalkan Arga sendirian dikamar.

Arga hanya bisa melihat kepergian Akbar. Ia tak bisa melarangnya pergi.

Namun tak lama kemudian pintu kamar Arga terbuka kembali, Aldi membawa baskom berisi air serta handuk kecil.

"Kamu engga pulang?" Tanya Arga.

"Kalo gua pulang terus siapa yang mau ngerawat lu?" Jawab Aldi sinis.

Ia sebenarnya tidak mau merawat Arga, namun mengetahui Arga tidak punya siapapun untuk diandalkan dan ibunya akan pulang 3 hari lagi mau tak mau ia harus merawatnya.

Aldi membasahi handuk kecil dan memerasnya lalu ia letakkan handuk tersebut di dahi Arga, singkatnya Aldi sedang mengompres Arga.

"Diem bentar, gausah gerak. Gua mau kedapur" Ucap Aldi sebelum akhirnya meninggalkan Arga.

Tak lama setelahnya Aldi kembali lagi dengan membawa sepiring bubur.

"Arga, bangun bentar ya" Aldi mulai melembutkan suaranya, tak tega melihat wajah Arga yang sedang sakit.

"Hnmm" Arga membuka matanya.

"Sini gua bantu" Aldi membantu Arga yang sedang dalam posisi tidur untuk sedikit menyandar.

"Aku gamau makan, pait" Arga melihat bubur di meja sebelah tempat tidurnya.

Etdah nianak kalau lagi sakit manja amat sih, batin Aldi.

"Kalau mau sembuh, makan."

Arga tidak bisa menolak untuk makan setelah mendengar ucapan dingin Akbar, ia lalu mengambil piring dan hendak memakan bubur tersebut.

Namun sendok yang dipegang Arga jatuh begitu saja, ia terlalu pusing untuk bisa melakukan sesuatu.

Ha...

Aldi menghela nafasnya.

"Sini gua bantu" Aldi mengambil piring dari genggaman Arga.

"A" Aldi memberi aba aba Arga untuk membuka mulutnya.

"Urgh-"

"Eits"

Arga hendak memuntahkan buburnya namun Aldi dengan sigap memberi Arga segelas air untuk diminum.

Aldi sudah biasa merawat neneknya yang sakit dikehidupan sebelumnya. Ia tahu harus bagaimana.

Orang sakit harus makan, kalau gamau makan diinfus saja.

Arga sudah menghabiskan 5 sendok bubur, ia tidak kuat lagi.

"Bar.. Udah... Aku kenyang" Ucap Arga memelas.

"Satu sendok lagi ya" Jawab Aldi.

Arga hanya bisa menurutinya.

"Sip, pinter"

"Sekarang minum obatnya terus tidur" Aldi memberi beberapa pil obat kepada Arga.

Glup

Arga menenggak beberapa pil hanya dalam satu kali nafas.

"Sekarang tidur" Aldi membantu Arga untuk merebahkan dirinya.

Saat Aldi hendak pergi Arga memegang tangan Aldi.

"Jangan pergi" Pinta Arga.

"Ck siapa juga yang mau pergi, gua mau beresin yang abis lu makan. Udah lu tidur aja gua ga kemana mana" Aldi membawa piring bekas bubur ke dapur.

Setelah selesai mencuci piring, Aldi kembali kekamar dan melihat Arga yang sudah tertidur.

Aldi duduk dikursi sebelah tempat tidur dan kembali mengompres Arga.

....

Arga terbangun pada jam 3 pagi, ia teringat tadi tengah malam Akbar membangunkannya untuk meminum obat lagi.

"Ugh.. " Kepalanya masih pusing namun tidak se pusing tadi pagi. Suhu tubuhnya pun mulai membaik.

"Akbar? " Arga tidak menyangka Akbar tidur dalam posisi duduk dikursi dan Kepalanya berada di tempat tidur.

Arga mengambil handuk kompres yang ada didahinya, itu masih hangat, tandanya Akbar mungkin baru saja tertidur.

Memikirkan bahwa Akbar merawatnya semalaman membuat Arga.. Uh? Dia tidak bisa menjelaskan perasaannya.

Cahaya bulan masuk dan menerangi wajah Akbar.

"Cantik" Gumam Arga, ia lalu membelai lembut rambut pada dahi Akbar.

Dug.. Dug.. Dug..

Jantung Arga berdebar sangat cepat.

Cinta?.

"Maaf aku telat menyadarinya" Gumam Arga, ia tahu sekarang apa yang dirasakannya.

Mungkin itu cinta, Ia tak suka melihat Akbar dekat dan bermanja dengan pria lain. Ia hanya ingin Akbar melakukan hal itu padanya. Dan saat ini saat ia melihat Akbar, jantungnya berdetak hebat.

"Ya, ini cinta" Ucap Arga sembari membelai lembut pipi Akbar.

***

TatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang