3. Karep

852 83 1
                                    

"Ebuset, ini rumah atau gedung dah, gede amat" Celetuk Aldi saat keluar dari kamarnya yang berada di lantai 2.

Aldi selama ini hidup dirumah neneknya, yang notabennya rumah jadul jaman penjajahan.

"Laper nih, rumah segede ini sepi amat yak. Orang tua si Akbar mungkin masih dalam perjalanan bisnis" Ucap Aldi sambil mencari bahan masak didalam kulkas.

"Enaknya masak nasgor kali yak pagi pagi gini" Gumam Aldi saat melihat sisa nasi dan beberapa bahan makanan.

Tanpa basa basi, Aldi mulai memotong bawang putih, merah dan sebagainya.

"Hmm~ hmm~" Kurang pas rasanya jika memasak tanpa menggumamkan seuatu.

"Bjejeng, nasgor spesial jadi de-"

"Masak apaan lu" Sahut seseorang dibelakang Aldi.

"Demi Neptunus yang agung" Aldi kaget menoleh kebelakang, terlihat disana pemuda yang lebih tinggi darinya sedang berdiri dengan tatapan mengejek.

"Apaan sih kak, ganggu Akbar masak aja" Ucap Aldi kepada kakak nya.

Rafael Febrian Ranelat, kakak kedua dari Akbar. Ia hanya lebih tua setahun dari Akbar.

"Dih, lagian tumben lu sarapan. Mana pake acara masak sendiri" Sahut El tidak percaya, ia bahkan tidak pernah melihat Akbar menggoreng telur.

"Yee.. Gua lagi pengen aja, udah minggir sana, gua mau makan" Jawab Aldi kesal.

Yang Aldi tahu hubungan keluarga ini cukup harmonis, dan tentang Akbar menyukai laki - laki keluarganya sudah mengetahuinya.

Kling

Suara piring yang diletakkan di meja makan.

"Itu nasgor apaan coba, kuning gitu warnanya" Ejek El

"Ini nasgornya gua tambahin kunyit biar sedep bau kare gitu, udah ah diem aja lu. Mendingan berangkat sekolah sana" Sahut Aldi, ayolah ia hanya ingin sarapan dengan tenang.

Hap..

El memakan nasi yang hendak Aldi makan dari sendoknya.

"Hm.. " El terdiam karena merasakan nasgor itu, rasanya enak tetapi ia enggan mengakuinya.

"Aish apaan coba, udah mah ngejek, sekarang malah dimakan. Gimana? Enak kan" Tanya Aldi sembari menatap El dengan sinis.

"B aja, sini separuhnya buat gua" Jawab El tidak tau malu mengambil piring dan memindahkan separuh nasi Aldi ke dalam piringnya

"Dih, katanya B aja sekarang malah minta setengahnya. Gaje lu" Ucap Aldi pasrah dan melanjutkan acara makannya.

"Terpaksa aja sih, gua laper. Lagian porsi lu dah kayak porsi orang sekampung. Ntar gendut si Arga gamau loh sama lu" Jawab El sambil memegang pipi Akbar.

"Gausah bahas dia, bikin ga mood idup" Sahut Aldi ketus, dan untuk masalah porsi makan, Aldi sengaja masak 3 porsi untuk dirinya sendiri. Ia merasa kelaparan setelah semua kejadian yang sudah menimpanya.

"Elah, biasanya bucin juga. Ada masalah nih pasti" Goda El kepada adiknya.

"Diem, makan" Aldi sudah tidak mood menjawab kakaknya itu.

~~~

"Lah motor gua mana, seinget gua Akbar punya motor sendiri deh" Ucap Aldi mengelilingi garasi mencari motornya.

"Nyari apaan lu? " Tanya El yang baru masuk ke dalam garasi.

"Nyari duit, nyari motor lah aish" Jawab Akbar ketus.

"Orang lu kemarin balik kerumah jalan kaki kehujanan sambil nangis gitu, kaga inget? " El tidak habis fikir, masa dia lupa dimana motornya sendiri.

Deg..

Oh iya, si Akbar kemarin pas sekolah dituduh numpahin teh anget ke baju crushnya si Arga, dan Arga otomatis ngebela crushnya daripada si Akbar. Akhirnya Akbar pulang pake motor dan sial ban motornya bocor pas banget ujan deres dan bengkelnya tutup, akhirnya motornya di biarin tuh didepan bengkel terus dia jalan kaki sambil nangis.

"Etdah sial amat lu Bar" Gumam Aldi setelah mengingat kejadian yang dialami Akbar.

"Eh.. Eh.. Tunggu, mau kemana lu" Teriak Aldi ketika melihat Kakaknya pergi dari garasi membawa moge nya.

"Ke sekolah lah, kemana lagi" El mau tidak mau berhenti karena Aldi sedang memegang jaketnya.

"Ikut~" Aldi memohon kepada kakaknya.

"Gamau, naik ojek sana" Ketus El.

"Etdah sekali doang, udah mepet ini jamnya. Bales budi dikit kek tadi udah makan nasgor gua" Aldi tidak habis fikir dengan kakaknya ini.

Deg..

Aldi teringat suatu hal.

Rafael memang Akrab dengan Akbar, tetapi itu hanya dirumah saja. Ketika berada diluar rumah atau disekolah ia pura pura tidak mengenal adiknya. Mungkin ia malu jika ketahuan memiliki adik yang sedang mengejar seorang pria.

Aldi paham, ia tidak bisa menyalahkan siapa siapa saat ini.

"Anter gua sampai jalan raya perempatan depan sekolah aja, biar gua jalan nanti ke sekolahnya" Ucap Aldi kepada kakaknya.

Karena terpaksa, El mengiyakan permintaan adiknya.

~~~~~

Sesuai dengan permintaan Akbar, El menurunkannya di lampu merah jalan sebelum masuk kesekolah.

"Thanks" Meskipun begitu Aldi tetap berterimakasih kepada El karena mau mengantarnya.

Tanpa menjawab ucapan terimakasih Aldi, El melanjutkan perjalanan ke sekolah seperti tidak terjadi apa apa.

"Etdah, awes aja lu ya" Monolog Aldi sambil berjalan menuju ke sekolah.

"SMA ALEXANDRIT, kok kayak di pelesetin yah namanya, bodoamat deh mending masuk sebelum telat" Aldi lari memasuki gerbang sekolah yang hendak ditutup.

Setelah berhasil masuk ke sekolah, Aldi berjalan mencari kelasnya. Seingat nya Akbar duduk di kelas 11-2.

Nasib sial, ia melihat tokoh pendamping pemeran utama tercinta kita Arga, saat sedang berjalan di lorong sekolah.

Oke, tenang. Jalan aja kayak gaada siapa siapa.

Tap
Tap
Tap

Mereka berdua melewati satu sama lain, tanpa ada yang menyapa.

Buset gua baddas banget anying, ngelewatin Arga tanpa nyapa.

Batin Aldi setelah melewati Arga tanpa menyapa ataupun melirik sekalipun.

Sedangkan Arga berhenti sejenak dan menoleh kebelakang.

"Hm? Tumben" Ia kebingungan karena Akbar tidak menyapanya, apakah ia masih marah karena kejadian kemarin?.

Tetapi Arga tidak ambil pusing, ia melanjutkan perjalanannya dan berfikir mungkin Akbar akan menempel padanya lagi nanti.

***

TatuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang