[BONUS PART] D U A P U L U H E M P A T

1.1K 93 8
                                    

Karina menghela nafas, ini sudah terlalu larut- tidak, lebih tepatnya sudah pukul dua dini hari. Ponselnya pun mati karena kehabisan daya. Padahal, ia janji pada Winter hanya akan pergi sebentar saja dan segera kembali pulang. Tapi Karina malah terlarut dalam pesta, minum-minum, dan mengobrol bersama para rekan-rekan kerjanya.

Tubuh Karina bersandar pada badan mobil, berusaha menetralkan rasa pening yang mendera kepalanya. Ia memang punya toleransi alkohol yang tinggi, maka dari itu ia berani meminum banyak, namun sepertinya Karina hilang kendali untuk yang satu ini.

Karina mengusap kasar wajahnya, rasa pening di kepalanya makin menjadi. Ia tidak mungkin kembali mengemudi dengan kondisi seperti ini, yang ada bukannya sampai ke rumah, Karina malah akan sampai pada kematiannya.

"Harusnya gue nggak minum, anjing," geram Karina dengan suara serak, ia khawatir dengan Winter yang tengah hamil besar di rumah. Wanita terkasihnya itu sendirian tanpa ada yang menemani dan Karina malah seenak jidat mabuk-mabukkan.

Karina memejamkan matanya sejenak, berusaha menetralkan nafasnya yang memburu, wajahnya memerah. Karina harus mempertahankan kesadarannya saat ini.

"ANJING?! KAR, LO NGAPAIN DISINI?!"

Karina kenal suara itu, wanita itu lantas membuka mata dan benar saja, Renjun berdiri dengan setelan jas lengkap didepannya. Walau penampilannya juga sedikit berantakan.

"Abis ikut party sama rekan kerja, terus gue kebanyakan minum."

Renjun jelas terkejut mendengarnya, "bini lo lagi hamil tua, dan lo malah kayak gini? Mana tanggung jawab lo, hah?" nada bicaranya mulai meninggi, sepertinya pria itu tersulut amarah.

"Gue.. nggak sengaja, gue terlalu terbawa suasana," ujar Karina lirih seraya menunduk dalam, kepalanya benar-benar sakit.

Renjun menghela nafas, berusaha meredam amarahnya sekarang. Ia mendekati Karina dan mulai memapahnya menuju mobil Renjun, masalah mobil Karina, akan ia ambil besok.

Setelah membawa Karina masuk ke dalam mobil, Renjun langsung mengemudi meninggalkan tempat itu menuju rumah Karina.

"Bisa-bisanya lo mabuk? Gue tau lo bukan orang bener, tapi seenggaknya ngertiin kondisi istri lo sekarang," omel Renjun, matanya fokus menatap jalanan didepan, sesekali melirik Karina yang memejamkan mata. Namun, Renjun yakin sekali teman nya itu tidak tertidur.

"Udah gue bilang, gue kebawa suasana. Gue punya toleransi tinggi jadi rasanya rugi kalau cuman minum dikit, tapi gue kelepasan. Gue juga lupa waktu," balas Karina, ia mengakui perbuatannya kali ini salah. Harusnya dari awal Karina tidak datang ke pesta itu.

"Anjing lo, istri lo udah deket due date. Harusnya nggak usah dateng bisa kan? Kalo kayak gini, menurut lo Winter nggak akan marah?"

"Berisik. Jangan bikin gue makin pusing."

Mobil Renjun berhenti tepat di pekarangan rumah Karina. Pria itu kemudian memapah tubuh Karina yang lemas menuju pintu utama rumah, lalu menekan bel. Ini sudah pukul tiga pagi, semoga Winter masih terjaga dari tidurnya.

Tidak butuh waktu lama, pintu terbuka menampakkan Winter dengan raut wajah yang begitu resah. Wanita itu jelas panik saat mendapati Renjun membawa Karina yang sudah lemas.

"Eh? Ini kenapa?!" tanya Winter panik, ia segera meminta Renjun untuk mendudukkan Karina di sofa. Winter sudah menunggu sedari tadi sampai tidak bisa tidur, ia khawatir karena Karina tidak kunjung pulang, ponselnya pun tidak bisa dihubungi.

"Kasih ceramah, Win. Gue nemuin dia berdiri di pinggir jalan dalam kondisi mabuk, mirip jablay," adu Renjun, berusaha memanaskan suasana. Pria itu langsung duduk di single sofa dan menaikkan satu kakinya.

FRIENDZONE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang