[BONUS PART] D U A P U L U H L I M A

1K 65 4
                                    

Karina tidak bisa berhenti memandangi Winter, bibirnya terus melengkung membentuk sebuah senyuman manis membuat istrinya salah tingkah sendiri.

“Kamu kenapa sih? Kesambet setan sini ya?” tanya Winter heran, pipinya sudah memanas karena ditatap seperti itu oleh istrinya begitu lama.

Karina menggeleng, “enggak, cuman mengagumi cantiknya istri aku aja. Makasih ya,” jawab Karina, tangannya meraih satu tangan Winter untuk genggam dengan erat.

“Karin, udah. Kamu udah bilang makasih ke aku seribu kali hari ini.”

“Itu karena kamu udah berjuang mempertaruhkan nyawa buat melahirkan princess kita ke dunia, Sayang. Aku berterima kasih karena kamu berhasil bertahan dan masih ada disini sama aku.”

“Itu kewajiban aku, Karin.”

Karina terkekeh kemudian mencuri satu kecupan di bibir mungil Winter yang masih terlihat pucat. Orang tua mereka sudah pulang karena Karina yang memintanya, mereka akan kembali besok untuk menjenguk cucunya.

“Temen-temen kita katanya nanti sore entah malem mau jenguk kesini, Win,” ujar Karina tiba-tiba.

“Princess kita baru lahir nanti tertekan kalau ketemu manusia kayak mereka,” balas Winter. Ia tahu seberapa rusuh teman-temannya, Winter takut putrinya langsung terkena tekanan batin padahal baru lahir ke dunia.

Karina tertawa, “nanti aku bilangin deh, masuknya satu-satu.”

Winter ikut tertawa hingga akhirnya mereka berdua kompak terdiam, baru menyadari jika ada makhluk mungil yang sedang tertidur lelap di samping mereka. Untung saja, bayi mungil itu sama sekali tidak terganggu oleh suara bising yang berasal dari kedua orang tuanya.

“Nanti kita bikinin adek biar Princess kita punya temen, ya?”

Karina langsung dapat tampolan keras dari sang istri. Winter menatap Karina tajam, seakan tidak puas, Winter akhirnya menjewer telinga Karina sekuat yang dia bisa.

“Princess kita baru lahir berapa jam udah ada rencana dibikinin adek, waras enggak kamu tuh?! Kamu pikir lahiran enggak sakit?!” omel Winter.

“Aduh aduh, lepasin, sayang. Kan cuman rencana awhh!”

Beberapa saat kemudian, Winter akhirnya melepaskan jeweran nya dari telinga Karina. Terlihat telinga itu menjadi begitu merah merona membuat Winter tertawa.

“Fokus dulu besarin satu ini, biar dia dapet kasih sayang yang cukup. Enggak usah bahas yang lain dulu! Apa lagi nambah anak, kamu aja yang hamil mau?”

Karina jelas langsung menggeleng, matanya menatap horor kearah istrinya. Menemani Winter saja sudah membuat dirinya lemas bukan main. Apa lagi jika sampai mengalaminya sendiri. Karina benar-benar tidak bisa membayangkannya.

“Makanya jangan dulu, tunggu Princess kita besar nanti baru mikirin itu.”

Karina hanya bisa mengangguk mengiyakan ucapan sang istri yang mutlak tanpa bantahan.

“Kamu enggak mau tidur, gitu?” tanya Karina, matanya sekilas melirik ke arah arloji yang melingkar apik di pergelangan tangan kirinya. Hampir memasuki jam makan siang. Kalau dipikir-pikir, proses melahirkan itu lumayan lama juga.

Winter menggelengkan kepala, “enggak mau, aku baru bangun loh. Masa disuruh tidur lagi sih,” jawabnya.

Tangan mungil Winter bergerak untuk memainkan jari jemari milik Karina, membuat yang lebih tua terkekeh pelan. Lantas, Karina sedikit mencondongkan tubuhnya untuk mencium pipi gembul sang istri yang membuatnya gemas sejak wanita itu mengandung buah hati mereka.

FRIENDZONE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang