8.Teman Baru

57 3 1
                                    

HAPPY READING
TEMAN-TEMAN🔥

*****

Dengan perasaan gugup, Zahira mengikuti seorang gadis yang umurnya berkisar tidak jauh lebih tua dari pada dirinya.

Seorang gadis dengan nama Tia itu lantas bertanya agar memecah keheningan. "Kalau boleh tahu, nama kamu siapa?"

Zahira yang tadinya menunduk, langsung mendongakkan kepalanya lantaran mendapat pertanyaan dari seorang gadis yang mengantarnya mengelilingi pesantren. "Owh, nama saya Zahira Al-Mahira ka, panggil saja Zahira," jawabnya sambil tersenyum kearah Tia.

"Owalah Zahira. Kenalin Ira nama aku Tia," ucap Tia sambil mengulurkan tangan kanannya.

Zahira mengerjap saat Tia memanggilnya Ira, selama ini dia tidak pernah dipanggil dengan nama itu. Kalau tidak Zahira ya Hira.

Seakan tau apa yang dipikirkan Zahira, Tia langsung mengucapkan. "Nggak papa kan kalau aku panggil kamu Ira? Soalnya nama kamu panjang hehe..."

Mendengar Tia berucap kembali, Zahira langsung tersadar dari lamunannya dan langsung menjabat tangan Tia. "Ah, tidak papa. Aku senang karena mendapat panggilan baru."

"Ngomong-ngomong kamu kelas berapa?" tanya Tia.

"Aku kelas dua belas. Kamu sendiri?"

"Wahh, aku juga kelas dua belas. Semoga saja nanti kita satu kelas," terlihat mata Tia yang sungguh menunjukan binar bahagia.

"Gimana kalau kita temenan? Soalnya aku susah bergaul dengan orang baru. Apakah kamu mau?" pinta Zahira dengan hati-hati, karena takut Tia tidak menerimanya. Namun, semua pikiran buruk itu musnah saat Tia menerimanya dengan senang hati.

"Kenapa tidak? Mari kita temenan," ucap Tia sambil menjulurkan kelingkingnya dan diterima Zahira dengan senang hati.

Dengan perasaan senang, mereka kembali mengelilingi pondok pesantren. Tia pun membawa Zahira berkeliling di asrama putri dan membawanya ke asramanya.

"Kalo ini asrama aku. Namanya asrama Ummu Kulsum," ucap Tia sambil menunjuk asramanya.

"Kamu tidur disini sendiri?" tanya Zahira.

"Enggak kok, ada dua orang lagi yang nempatin. Namanya Wulan dan Khodijah. Semoga nanti kamu masuk asrama aku, soalnya tempat tidurnya masih kosong satu," jawab Tia.

"Iya, semoga aja."

Mereka kembali mengelilingi pondok pesantren yang luasnya 5 hektar. Dari masjid, kelas-kelas, asrama putri, kawasan putri, dan kawasan putra. Tentu, dikawasan putra mereka hanya melewatinya didepan saja sambil menunjuk bagian-bagian mana saja yang dapat dilalui santri putri dikawasan santri putra, contohnya kantin dan mini market yang lebih dominan ke kawasan santri putra.

"Yaudah, sekarang kamu tau kan bagian-bagian mana saja yang dapat kamu kunjungi dan tidak? Jika nanti lupa, tanya lagi aja sama aku," tanya Tia.

"Ya, mungkin sekarang aku ingat. Jika nanti aku lupa atau lupa akan peraturan yang ada kamu bisa tegur aku kok. Dengan senang hati," jawab Zahira. Dia memang sudah diberi tahu oleh Tia peraturan-peraturan yang ada di pondok pesantren Az-Zikra ini.

"Oke, sekarang kamu aku antar kembali ke ndalem. Mungkin orang tua kamu sudah nunggu untuk pamitan denganmu," ucap Tia.

Mendengar kata orang tua yang disebutkan Tia, raut wajah yang tadinya ceria kembali murung kembali. Sebenarnya dia tidak siap meninggalkan keluarga dan teman-temannya disekolah apa lagi dia tidak memberi kabar pada temannya jika dia pindah.

ZAHRA(Zahira&Rayhan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang