PEMUDA

33 19 17
                                    

10.45

Semakin lama mereka berjalan semakin bertambah juga kemacetan yang terjadi dijalan raya ini membuat hawa didalam mobil panas.

"Gimana yan? masih macet gak didepan?" Pangeran membuka suaranya berbicara pada Ian yang fokus pada ponselnya.

"Iyaa masih, tapi itu cuman sebentar.. kayaknya," jawab nya diangguki oleh Pangeran dan Sera yang ikut menyimak dibelakang.

"Masih kayaknya," Dumel Sera membuat Ian reflek menoleh kebelakang menatap Sera dengan kening berkerut.

"Gak percaya? tuh liat." ucap Ian menunjukkan status macet di ponselnya pada Sera yang nyengir lebar setelah melihat nya.

Sedangkan Prabu ia hanya menyenderkan kepalanya dikaca jendela mobil melamun menatap rumah warga yang tampak asing dimatanya.

"Aneh." Itu kata yang keluar dari mulut Prabu dengan pelan. Prabu menatap Arumi didepannya yang sedang sibuk sendiri dengan ponsel dan buku miliknya.

"Arum..." Panggil Prabu pelan membuat gadis itu menoleh kearahnya menatap Prabu dengan muka penuh tanya.

"Ya? kenapa dis?"

"Kenapa rumah disini sepi?" Pertanyaan itu keluar dari mulutnya dengan mata yang menatap keluar kaca jendela mobil.

Arumi ikut menatap ke kanan ke kiri melihat rumah-rumah warga yang tampak sepi. "Oh, aku dengar-dengar penduduk disini semua pada pindah dis." jawabnya.

"Kenapa?"

"Ada penggusuran, tempat ini mau dijadiin pabrik apa gitu. Mungkin kemacetan ini karena kendaraan alat besar didepan." ucap Arumi lalu kembali fokus pada ponsel dan bukunya membuat Prabu mengangguk paham.

"Ana sing ora nampa panggonan iki
digusur," Suara itu terdengar ditelinga nya, kalung ini bersuara lagi. Membuat Prabu hanya bisa terdiam mengernyit kan alisnya menatap salah satu seorang pemuda yang sedang berdiri di dalam jendela rumah salah satu warga disana.

Tampak seperti seorang pemuda dengan pakaian serba hitam dengan rambutnya yang setengah menutupi wajahnya, dan tangan memegang sebuah bingkai foto? dan menatap tajam lurus pada kendaraan-kendaraan yang lewat didepan rumah itu.

"Rum, semua rumah sudah ditinggalkan?" tanya Prabu lagi kepada Arumi yang mengangguk.

"Iya, semua sudah pindah dan juga sudah dipastikan oleh polisi semua kosong."

"Kenapa? Kamu lihat sesuatu?" lanjut Arum bertanya, bingung dengan raut muka yang Prabu ekspresi kan.

"Gak ada, lanjutin aja." ucap laki-laki itu, membuat Arum menghela napas pelan.

Cukup sudah Prabu tau sekarang ucapan dari kalung yang ia pakai ini. Pemuda itu akan tetap selamanya disana walaupun tempat ini akan dibangun oleh pabrik atau bangunan lain. Cukup terasa bahwa Aura gelap dan dendam laki-laki itu menguar begitu kuat.

Deg.

Mata Prabu melotot kaget saat Laki-laki itu mulai berjalan keluar rumah mendekati seorang anak kecil dipinggir jalan dan hendak mendorong anak kecil itu kejalan raya, dengan cepat ia langsung melompat ke kursi tengah membuat Sera dan Arumi kaget saat Prabu keluar dari mobil dan berlari dengan cepat menuju anak kecil dibelakang sana.

"Prabu!?" Panggil Sera dan Arum kaget, Ian pun reflek menoleh kearah mereka.

"Prabu?" gumam Pangeran menatap prabu dari kaca spion mobil.

Prabu langsung menghampiri anak kecil itu mencekal lengan nya dengan kuat menariknya menjauh dari jalan raya.

"Mana orang tua mu?" tanya Prabu tegas kepada anak kecil itu yang hendak menangis karena hampir tertabrak, ia menunjuk kearah Orang tuanya yang sedang berlari juga kearah anak ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HUTAN GHAIB Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang