Yahya berjalan dengan penuh semangat. Dia terus melemparkan senyum kepada banyak orang yang ia jumpai.
"Ya, Yahya, kamu terlihat begitu bersemangat dan ceria. Apa yang membawamu seperti itu?" Tanya seorang teman yang duduk di anak tangga di teras rumah Sultan Salahuddin.
"Hi, Umar.. Aku akan bertemu dengan Sultan dan memberikan beberapa oleh-oleh dari seseorang." jawab Yahya dengan senyum masih terukir.
Umar melihat punggung Yahya pergi menjauh dan mengedikkan bahunya.
Seorang wanita bercadar dengan jubah hitam datang menghampirinya. "Yahya, kamu telah kembali.... Sultan berada di dalam, datang dan temui dia." ujarnya mendorong pintu aula.
Begitu pintu terbuka, dia melihat Sultan Salahuddin duduk nyaman di atas kursi besarnya. Dia memakai jubah hitam dan sorban hitam menutupi kepalanya.
"Assalamualaikum, Sultan." seru Yahya menyapa Sultan Salahuddin dan berjalan penuh semangat.
Salahuddin mengangkat Pandangannya. Dia tersenyum saat melihat pemuda penuh energi tersebut datang. "Wa'alaikumsalam..Yahya, kamu kembali lebih cepat?"
"Ya, Sultan. Aku kembali lebih awal. Karena aku rasa raja Baldwin telah menemukan dokter yang tepat di sisinya." jelas Yahya masih tersenyum.
Salahuddin memiringkan kepalanya, ada kerutan yang muncul. Dia bertanya-tanya. "Bagaimana hasilnya?"
"Hanya satu kali lihat, aku bisa mengakui bahwa perawatan nya sangat tepat. Luka itu lebih baik dan lebih baik, Sultan." ujar Yahya. "Dan mereka telah terikat dalam pernikahan, segera."
Lebih terkejut. Salahuddin menunjukan reaksi yang jarang. " Siapa tabib ini? Dari mana dia datang? Apa tujuan nya?"
Yahya tahu bahwa semua orang pasti akan menaruh curiga kepada Jinny. "Dia bernama Jinny, Sultan. Dia tidak menyebutkan dari mana datang nya, namun dia telah menulis perjanjian dengan Raja Baldwin dan tidak ada yang perlu di khawatirkan. Selain sikapnya yang sedikit sembrono."
"Bahkan bunga yang terlihat cantik terkadang memiliki racun di dalamnya. Apa kamu yakin dia begitu murni melihat Bagaimana kondisi Raja Baldwin, apakah kamu bisa membayangkan? Aku tidak menghinanya, tetapi aku khawatir padanya jika seseorang akan pergi untuk memanfaatkan kelemahan raja Baldwin."
Mendengar penjelasan Sultan, hati Yahya mulai sedikit goyah, namun kemudian dia mengingat oleh-oleh Yang diberikan oleh Jinny untuk Sultan Salahuddin. Dia segera membuka kotak kayu dan menyerahkan beberapa obat-obatan. Di setiap botol terdapat tulisan seperti anjuran juga nama dari obat tersebut.
"Sultan, ini adalah beberapa obat dari Jinny, istri dari Raja Baldwin." Yahya berjalan mendekat, menyerahkan sekotak obat kepada Sultan Salahuddin. "Dia memberikannya padamu dan ada surat di dalamnya." lanjut Yahya.
Buru-buru Salahuddin menerimanya dan mengambil surat Jinny.
"Assalamualaikum. Tuan ku Sultan Salahuddin. Aku Jinny, seorang gadis dari negeri yang jauh. Aku melakukan banyak perjalanan ke beberapa tempat dan semua jenis penderita'an tidak pernah absen untuk aku temui. Terakhir aku berpergian di sekitar selatan negerimu. Disana ada wabah baru yang muncul. Mempertimbangkan arah angin musim ini, aku khawatir,wabah tersebut tidak perlu waktu lama untuk memasuki Kerak. Sebagai pencegahan, ku harap anda sebagai sultan mau memberikan himbauan kepada rakyatnya untuk lebih menjaga diri. Gunakan air yang telah di panaskan untuk mandi dan minum. Makan semangka dan tiga biji kurma sangat aku anjurkan. Jika ada rakyat yang menderita gejala seperti demam, obat paracetamol sebagai pereda. Aku sudah memberitahu Yahya tentang penanganan kondisi lanjut. Tolong jangan berburuk sangka padaku, aku melakukan hal ini murni karena inilah tujuan utama ku menjadi seorang dokter.
.....
......
....."