Bab 14

87 6 3
                                    

Lampu api menyala, tiupan angin menggoyangkan bayangan. Jinny tidur dengan satu tangan menopang kepalanya. Dia bersenandung lirih, seperti siulan angin di musim semi.

Dari sudut lain, Baldwin duduk sembari memandang tiga keajaiban dalam hidupnya. Apakah hal ini pernah terpikirkan? Di dalam satu ruangan, tiga orang lain begitu dekat dengannya. Tanpa dia sadari., satu bulir air mata lolos dari pelupuk. Dia ingin mengatakan, ibu seseorang telah menemaniku. Aku bukan orang yang tanpa kehidupan. Aku benar-benar memiliki sesuatu di sini. Keluarga. Mereka mencintaiku. Mereka memeluk juga Mencium ku. Tahukah kamu disana, aku berada di ranjang yang sama. Tidak ada ke khawatiran. Tidak ada perasaan jijik atau apapun yang kamu khawatirkan.

Jinny masih terus bersenandung saat Baldwin mulai berdiri menghampirinya. Dia menanggalkan jubah hijau luar, meletakkan di atas lengan kursi.

"Mereka tidur dengan nyenyak."
Baldwin bergabung ke dalam selimut. Hasan dan Husein berada di bagian tengah dan mereka mengambil tepi untuk menjaga bayinya tetap aman.

Tangan Jinny menjangkau tubuh Hasan di samping Baldwin. Membelainya  dengan penuh kasih. Baldwin meraih tangan Jinny, dia membawanya ke bibir dan mencium telapak itu. "Terimakasih." ucapnya sembari menempelkan telapak tangan Jinny ke pipi yang kita tau sangat kasar.

Sudut bibir Jinny tertarik. Dia mencondongkan tubuhnya dan mencium Baldwin sekejap. "Aku mencintaimu."

Baldwin tidak memahami dari definisi "aku mencintaimu" yang sebenarnya. Dia hanya memahami bahwa kehadiran Jinny selalu dia syukuri. Apakah itu cinta? Dia tidak mengetahuinya. Aku selalu nyaman bersamanya. Aku kesulitan saat Jinny tidak memasuki pandanganku. Jinny selalu menjadi Alasan atas munculnya emosi yang beragam.

"Ayo, tidur lebih awal. Kita sudah berada di tempat ini untuk waktu yang lumayan lama. Kondisi sekitar mulai membaik. Jalur perdagangan juga sudah terbuka. Aku ingin membawamu berkeliling." ujar Jinny mendorong tubuh Baldwin agar terbaring dengan patuh.

"Ya....."

Hening berlangsung. Nafas Jinny perlahan mulai teratur, menandakan  bahwa ia telah tidur dengan nyenyak. Baldwin kembali menatapnya. Dia juga membelai Hasan dan Husein seolah tidak pernah cukup baginya untuk menatap Ketiga orang yang sangat penting. Baldwin menarik tubuh Hasan, menyesuaikan posturnya agar nyaman untuk di peluk. Ini sangat hangat. Tidak hanya tubuh tetapi juga hatinya. Tidak butuh waktu lama untuknya mengejar ketinggalan dari Jinny, Hasan dan Husein.
.
.
.
.
.
Koridor rumah salahuddin. Tiberias dan Bailian menunggu kedatangan Raja beserta keluarga kecilnya.

"Apa pendapat mu tentang kehidupan baru Raja kita?" tanya Bailian.

"Ini lebih baik dari yang aku bayangkan. Inilah yang Seharusnya terjadi, bukan? Dia layak mendapatkan hal-hal ini."

"Ya, dan dia terlihat lebih hidup. Aku menyukainya. Dia tidak lagi menyendiri seperti dulu..."

"Tetapi apakah itu menjamin dengan masa depan? Kita telah berada di Damaskus selama kurang dari satu bulan. Setelah kembali tidak akan ada lagi Orang-orang ini. Bagaimana menurutmu dia akan menjalani kehidupannya ? Dia seperti ini karena Jinny mengaturnya Tetapi saat dia kembali maka Raja juga harus kembali pada kursinya."

Mendengar hal itu, Bailian merasakan kesedihan. Dari semua pria terjelek, Baldwin adalah yang paling buruk. Tidak hanya tidak mampu hidup dengan normal, tetapi dia juga di kucilkan.

"Ku harap, Jinny Memiliki solusi dan caranya sendiri. Sungguh aku sangat menyukai raja yang saat ini. Dia begitu manusiawi."

Tiberias menerawang jauh ke langit-langit. Dia memiliki sesuatu yang mengganjal di dalam hatinya. Perasaan akan bencana yang mungkin saja terjadi. Perasaan kehilangan, perasaan seperti setelah adanya cahaya dan kembali redup. Dia tidak ingin kehilangan sosok Baldwin yang baru. Dia telah hidup menjadi normal dan ingin seperti itu terus menerus.

Menghela nafas panjang. "Percayalah, Jinny adalah harapan kita. Jika Jinny pergi, aku tidak bisa membayangkan seperti apa Yang Mulia untuk kedepannya. "

"Dia sangat mencintai Raja. Aku bisa yakin bahwa dia tidak akan pernah meninggalkan Raja Baldwin sampai kapanpun."

"Entah lah, hanya hatiku merasa gelisah.. Kita akan kembali ke Yerusalem. Tidak hanya Jinny, kita akan membawa kembali bocah Damaskus. Ini sudah menjadi pukulan telak bagi sisi Guy dan Raynald, aku sangat khawatir."

Bailian sependapat dengan pemikiran itu. Guy sangat menentang keputusan Baldwin untuk tidak memerangi muslim dan sekarang Baldwin mengambil anak dari Damaskus? Seperti membakar  kandang mu sendiri. Akan ada pergejelokan. Perpecahan antara satu sisi dan sisi lainnya akan semakin memanas.

"Maaf Membuat kalian menunggu lama." Seru Jinny menggendong Husein yang lebih kecil. Dan membiarkan Baldwin mencoba untuk menggendong Hasan.

Tiberias melompat dari duduk nya, mencoba untuk meraih Hasan. Namun Baldwin mengingatkannya untuk tidak mencoba mengusik kesenangan yang baru dia nikmati.

"Yang Mulia, jangan bertindak ceroboh. Anda baru saja merasa lebih baik, aku khawatir..."

"Dia ayahnya, biarkan dia mencoba yang terbaik"


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

STAY WITH METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang