Keheningan berlangsung dari perbatasan kerak, banyak orang yang tertidur, karena terpaan angin masuk dari jendela-jendela bus, Memberikan sensasi mengantuk semua penumpang.
Baldwin duduk bersahaja di kursi penumpang depan. Dia mengamati setiap gerak yang dilakukan oleh Jinny. Wanita ini begitu terampil. Menarik tuas, melepaskan, menginjak dan melepaskan, setiap pergerakan begitu alami. Dengan kecepatan seperti itu, bahkan Jinny tidak merasakan mual atau panik.
Dia tetap diam mengamatinya, tidak ingin mengganggu dan merusak konsentrasi Jinny sehingga memberikan dampak yang buruk.
"Abraham!" Seru Jinny memanggil pria kecil berusia sekitaran lima belas tahun.
Abraham yang begitu menyukai Jinny tidak pernah mengecewakannya. Begitu dia Mendengar namanya di sebutkan, dengan cepat dia berdiri di dekat Jinny. "Ya kakak perempuan. Apa yang kamu inginkan?" Tanya Abraham dengan mata yang berbinar.
Jinny, merasa tersanjung mendapatkan perlakuan yang istimewa darinya. Dia tersenyum begitu cantik saat mengatakan. "Tolong ambilkan makanan yang sudah aku siapkan di tasmu. Berikan itu kepada kakak iparmu Baldwin. Dia harus meminum obat nya tepat waktu."
Mendengar hal itu, Abraham tidak mengabaikan nya. Dia dengan tepat memenuhi keinginan Jinny.
Pandangan Baldwin sekali lagi terfokus pada Jinny. Tidak perduli bagaimana kesibukan nya, kurasa kesembuhan ku selalu menjadi prioritas utama untuknya.
Hatinya begitu senang. Seserius itu Jinny memperlakukannya, mencintainya. Apa yang telah dia lakukan di kehidupan sebelumnya? Kenapa dia begitu beruntung mendapatkan cinta dari wanita yang sangat luar biasa dan dia sangat tulus padanya, bukan?
"Kakak ipar, makanlah, dan minum obatmu." Seru Abraham menyerahkan kotak makanan yang terbuat dari kayu.
Abraham sangat penasaran. Makanan ini dibuat oleh kakak nya, seperti apa makanan yang mungkin dia buat? Apakah makanan itu benar-benar bisa di makan? Dia menunggunya. Menunggu Baldwin untuk membuka kotak bekalnya.
Mata Abraham, Tiberias dan Bailian yang berada tidak jauh darinya terbelalak. Ini sangat mencengangkan, wanita yang menurutnya sangat ceroboh dan menyebalkan memiliki sisi feminim pada sentuhan kotak makan. Makanan Baldwin terlihat begitu enak. Sangat menggugah selera. Ketiga nya menelan ludah dengan kasar. Eoh ya Tuhan kenapa kakak Jinny hanya membuat satu kotak untuk suaminya. Tidakkah dia ingin aku mencicipinya juga.
Baldwin merasakan tatapan yang panas. Dia secara alami menoleh ke sumber tatapan itu dan ya dia menemukan tiga pasang mata terus menatapnya. "Apa kamu ingin mencicipinya?" tanya Baldwin menyodorkan kotak itu.
"Hei! Kamu tidak bisa menawarkan kotak itu. Mereka bisa memakan yang lain. Aku membawa lebih banyak di dalam Tas yang lain. Abraham, ambilah disana dan makan dengan yang lain." seru Jinny masih terus fokus dengan kemudi nya.
Baldwin menatap Jinny. "Lalu Bagaimana denganmu?"
Jinny memandang lurus kedepan. "Jika kamu ingin menyuapi ku dengan sendok yang lain, aku akan memakannya. Ayo, suapi aku. Kamu lihat, tanganku sangat sibuk."
"Kita bisa berhenti untuk istirahat. . . ."
"Dan bermalam di jalan? Tidak, kita harus sampai damaskus dalam waktu dekat......"
Ucapan Jinny terhenti saat dia melihat dua siluet berkuda di depan mereka. "Wow... Wow... Siapa ini? Apakah itu Yahya?" Seru Jinny menginjak rem.
Semua orang ikut mengintip ke depan. Di sana ada kuda yang bergerak dengan panik. Mungkin karena deru dari bis membuat hewan itu merasa terancam.