Sagittarius - 2

43 8 11
                                    

Mentari tampak begitu bahagia menyapa bumi pagi ini, sinarnya merambat ke segala penjuruh menyapa hijaunya pepohonan dan beningnya embun pagi, sinarnya juga berhasil menembus jendela kamar minimalis bernuasa putih elegan milik seorang  gadis yang ...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mentari tampak begitu bahagia menyapa bumi pagi ini, sinarnya merambat ke segala penjuruh menyapa hijaunya pepohonan dan beningnya embun pagi, sinarnya juga berhasil menembus jendela kamar minimalis bernuasa putih elegan milik seorang  gadis yang terlelap dimimpi indahnya. Sepersekian menit gadis itu mengerutkan kening tanda ia terusik dengan cahaya yang kini mulai menghangat di kedua pipinya.




Tok tok




Bersamaan dengan suara itu ia mulai membuka mata lalu menguceknya pelan, berusaha mengembalikan kesadarannya yang masih tertinggal separuh dialam mimpi.

"Nai... sarapan dulu," kata Rabiah dibalik pintu.

Samar samar gadis itu menoleh kearah pintu menyingkap selimut birunya lalu bersandar sebentar. "Iya bun bentar... Naila cuci muka dulu," sahutnya sedikit berteriak.

"bunda tunggu di bawah," balas Rabiah kembali ke lantai bawah.

Sementara Naila mencepol asal rambut gelombangnya yang sangat berantakan lalu berjalan memasuki kamar mandi disudut kamarnya. Tiba disana ia menatap pantulan wajahnya dibalik cermin wastafel, mengamati kantung matanya yang sedikit gelap akibat keseringan begadang nonton drakor.

Tak mau berlama-lama ia pun dengan cepat menggosok gigi lalu memakai facial wash dari brand ternama yang selalu menjadi favoritnya. Selesai dengan rutinitas rutinnya itu ia segera menemui keluarganya di ruang makan untuk sarapan.

Saat menuruni anak tangga terakhir ia dapat melihat pemandangan hangat yang selalu ia syukuri, seluruh keluarganya telah berkumpul di meja makan menunggu kehadirannya.

Dengan antusias ia berlari dengan wajah sumringah. "Pagi ayahku yang paling ganteng... sedunia," sapanya dengan nada heboh, merangkul lengan pria paru baya yang sedang mengunyah nasi goreng.

Pria itu ikut tersenyum lebar menanggapi ulah putrinya. "Oh jelas. Soal kegantengan ayah mah gak bisa diragukan lagi, buktinya bunda kalian yang secantik ini aja sampe tergila-gila sama ayah, iyakan bun?" ucapnya kelewat PD dan berakhir menggoda istrinya yang hanya merespon dengan kedikan bahu. Membuat Naila tertawa pecah.

"Hahaha.. kasian gak direspon sama bunda," ledeknya menyenggol lengan Suaib membuat sendok yang dipegangnya terjatuh keatas piring dan menimbulkan dentingan keras.

"Nai jangan kelewatan!" Tegur Aditya memperingati dengan nada ketus andalannya.

"Apasih lo bang, ayah aja gak protes tuh! Sinis Naila tak terima sebab Suaib juga menanggapinya dengan tawa tak mempermasalahkan prihal sendok jatuh.

"Kamu kayak ga tau aja Nai, bunda kamu kan gengsian akut jadi dia malu buat nanggepin," kata Suaib berniat melerai sebelum perdebatan keduanya merembes kemana-mana.

Dan ya, usaha Suaib berhasil. Naila kembali fokus ke topik utama. "Bun... masa ayah ngatain bunda gengsian?" katanya memanas-manasi Rabiah yang terlihat menikmati sarapannya.

KonstelasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang