Chapter 4

2.3K 298 0
                                    

The Past //part.1//

Pagi hari telah tiba dan sang surya tengah bersinar dengan terang, langit biru sejauh mata memandang tanpa tertutupi oleh gumpalan awan putih.

Nampak sebuah kastil dengan menara tinggi bernuansa putih dan beratap biru, sekarang pekarangan di depan kastil tengah dipenuhi oleh orang-orang dengan jubah berwarna putih.

Tidak lama sebuah kereta kuda berwarna putih dengan lambang matahari dipintunya tengah memasuki pekarangan kastil tersebut, seorang pemuda dan dua wanita paruh baya berdiri di depan pintu masuk kastil sedang menunggu kereta kudanya.

"Bibi Luna, keretanya sudah tiba! Sampai kapan bibi akan memelukku?" Tanya seorang pemuda dengan rambut putih panjang sepinggang yang diikat menggunakan pita berwarna merah dan kedua matanya berwarna emas, sang pemuda tengah memakai seragam dengan blazer berwarna hitam.

"Astagah, bibi belum bisa melepaskan Iyan kesayangnya bibi~!" Kata Luna-sang wanita paruh baya tadi dengan nada manjanya sambil memeluk Iyan-sang pemuda tadi.

"Iyan hanya akan pergi ke Akademi, bibi! Jika hari libur, Iyan akan mengunjungi bibi!" Kata Iyan sambil membalas pelukan sang bibi.

"Apa bibi kurang puas 10 tahun bersama Iyan terus?!" Tanya Iyan sambil melepaskan pelukan mereka, membuat bibinya merengek.

"10 tahun itu sebentar sayang~!" Kata bibinya dengan manja.

"Kepala Saint! Jika anda seperti ini terus, maka Iyan akan terlambat untuk ke Akademi!" Kata seorang wanita paruh baya dengan rambut pendek sebahu berwarna putih.

"Rosè, kau mengganggu saja!" Gerutu Luna kepada Wakil Kepala Saint, Rosè van Houtten.

Rosè mendengus kesal dan Iyan terkekeh melihat kedua mentornya bertengkar, "Iyan pergi ya, bibi Luna dan bibi Rosè!" Kata Iyan yang dijawab dengan anggukkan kepala kedua wanita paruh baya tersebut.

"Jaga dirimu dan jangan sampai sakit, bibi Luna sayang Iyan selama-lamanya!" Kata Luna sambil mengecup kening dan hidung Iyan.

"Jika ada apa-apa, langsung kabari bibi atau bibi Luna!" Perintah Rosè dan diangguki oleh Iyan, dia kemudian segera memasuki kereta kuda dan kuda tersebut meninggalkan pekarangan Menara Suci Kekaisaran Olympia.

•••

10 tahun yang lalu.....

"Bibi tinggal selama sebulan kau sudah bisa menguasai itu?! Hebat!" Pekik Luna ketika melihat Iyan berhasil menyembuhkan luka sang burung dengan sihir penyembuh.

Luna menutup portal yang ada di belakangnya dan berjalan menuju Iyan, "Sihir apalagi yang sudah Iyan kuasai?" Tanyanya setelah duduk di samping Iyan.

"Sihir elemental dan perlindungan, kemudian Iyan baru mencoba sihir penyembuhan!" Ungkap Iyan sambil menggaruk pipinya yang tak gatal.

"Bagus, bagus! Kebanyakan murid di Menara Suci Kekaisaran Olympia baru bisa menguasai sihir elemental saja, bibi bangga padamu!" Kata Luna di akhiri pujian untuk Iyan.

"Semantara ini, bibi akan melatihmu di sini dan setelah umurmu 10 tahun akan bibi bawa ke Menara Suci Kekaisaran Olympia!" Kata Luna sambil memeluk Iyan dengan erat.

"Bibi sungguh rindu dengan Iyan!" Ungkap Luna sambil menciumi puncak kepala Iyan.

Iyan terkekeh dan membalas pelukan bibinya dengan sangat erat, "Iyan juga rindu dengan bibi!" Ungkapnya, membuat Luna terkekeh.

Luna melepaskan pelukannya dan menatap kedua mata Iyan dengan tatapan serius, "Ayo, kita latihan!" Ajaknya dan dijawab dengan anggukkan semangat.

•••

Adventure in the Novel with SystemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang