Chapter 5

2.2K 274 2
                                    

The Past //part.2//

"Ba-ba-bagaimana bisa di-dia memiliki dua divine beasts?!" Tanya seorang wanita yang dari tadi berdiri di depan mimbar.

Iyan yang masih di dalam gendongan Rosè segera menatap sang empu yang tengah menyeringai, "Ugh, seramnya~!" Batin Iyan.

"Bibi, apa yang dimaksud dengan ucapannya?" Tanya Iyan sambil bermain dengan kucing putihnya.

"Uji coba kali ini untuk mengetahui seberapa beruntungnya kamu, air yang ada di dalam mangkuk itu bertujuan untuk memurnikanmu dan tanda bahwa kamu telah menjadi bagian dari Menara Suci Kekaisaran Olympia!" Kata Rosè menjelaskan.

"Divine beasts itu hanya bisa dimiliki oleh orang-orang yang memiliki darah suci, bibi Luna pernah bilang ini kepada ayahmu dan dia tidak peduli!" Kata Luna yang baru saja keluar dari portal emasnya.

Iyan menatap Luna dengan tatapan sedihnya, "Ah, aku lupa! Dasar mulut bodohku ini!" Omel Luna dalam hati.

Luna berjalan menuju Iyan dan mengambil alih gendongannya, "Kamu terberkati, sama dengan bibi!" Katanya.

Iyan menatap Luna dengan binar kebahagiannya, "Iyan sama seperti bibi?!" Tanyanya antusias dan dijawab dengan anggukkan kepala Luna.

"Bagaimana dengan hasil yang lain?" Tanya Rosè kepada dua orang yang tengah berdiri di depan mimbar.

Seorang pria dengan gugup melihat catatannya dengan tergesa-gesa dan seorang wanita hanya menyikut temannya, "Ah, begini! Semuanya sudah melewati tahap pemurnian dan semuanya lulus, tetapi ada satu anak yang belum datang!" Ungkap sang pria.

"Siapa?" Tanya Rosè dengan penuh intimidasi.

"Uh, ah itu!" Gagap sang pria.

"Bryan Emanuel Salvador!" Lanjut sang pria dengan gugup.

"Siapa yanga namanya Bryan Emanuel Salvador!" Tanya Rosè dengan penuh intimidasi sambil menatap kerumunan murid baru yang ada di dalam aula.

Iyan mengangkat tangannya yang gemetaran dan matanya yang berkaca-kaca, "I-it-itu nama Iyan!" Katanya dengan terbata-bata.

Seluruh pasang mata menatap Iyan dengan tatapan tak percaya, Rosè mengehela nafasnya dan menatap Iyan dengan lembut.

"Maafkan bibi!" Kata Rosè sambil mencium kening Iyan membuat seluruh orang yang ada di sana terbelalak terkejut akan hal yang terjadi sekarang.

"Jangan sentuh Iyanku, brengsek!" Kata Luna sambil mengumpat.

"Jangan pernah mengumpat di depan Iyan!" Seru Rosè dan dibalas dengan nada mengejek Luna.

•••

4 tahun yang lalu.....

Sekumpulan pemuda-pemudi tengah berjalan di sebuah hutan yang dipenuhi oleh pepohonan tinggi dan semak belukar, nampak seorang pemuda yang memimpin di depan sedang membuka jalan dan di belakangnya seorang pemudi tengah berbicara.

Sang pemuda yang menjadi pemimpin jalan berdecak kesal karena tingkah pemudi di belakangnya, "Kana! Bisakah kau berhenti berbicara?!" Tanyanya dengan suara tinggi.

"Nye-nye-nyee~!" Ejek sang pemudi, Arkana Smith Vincentus.

Seorang pemuda satu lagi yang berdiri di belakang Kana terkekeh, "Iyan, kau mendukung Kana!" Kata sang pemuda yang memimpin jalan dengan nada sedihnya.

"Kau juga sama berisiknya dengan adikmu, Al!" Kata seorang pemudi lainnya yang berdiri di belakang Iyan.

"Setidaknya aku tau tempat!" Sinis sang pemuda yang memimpin jalan, Albarack Smith Vincentus.

Adventure in the Novel with SystemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang