Chapter 8

1.7K 223 1
                                    

Refuse.

Ed menghela nafas sambil memijat pangkal hidungnya, dia mendecakkan lidah ketika mendengar suara isak tangis.

Lyn menangis sesengukkan sampai-sampai Erwin harus mendekapnya agar sang empu merasa lebih tenang, Lyn menatap Ed dengan kedua mata sembabnya.

"Ta-tapi, ka-kak!" Kata Lyn terbata-bata.

"Diam!" Bentak Ed ketika kesabarannya sudah habis.

"Berapa kali aku harus mengatakannya?! Cepat minta maaf, kau yang salah di sini!" Lanjut Ed dengan nada tegas dan geraman tertahannya.

"Ed, jangan membentak Lyn!" Ungkap Erwin dengan nada tinggi.

Ed menggeram kesal ketika melihat kembarannya meninggikan suara, dia menunjuk wajah sang kembaran dan menatapnya dengan tatapan datar.

"Beraninya kau meninggikan suaramu kepadaku?!" Katanya dengan geraman tertahan.

"Maaf!" Gumam Erwin yang takut dengan sang kembaran yang lebih tua satu jam darinya.

Ed mendecih dan menghela nafas untuk meredakan amarahnya yang membuncah, "Tunggu hukumanmu saat kita bertemu dengan ayah besok! Lyn, cepat minta maaf!" Katanya dengan aura intimidasi yang kuat.

"Ed, sabar!" Kata seorang pemuda yang datang tiba-tiba sambil mengelus punggung lebar dan tegap Ed.

Seluruh murid yang ada di kantin segera membungkukkan badan mereka, "Salam kami kepada tuan Elliot, semoga dewa cahaya selalu memberkatimu!" Ucap mereka serentak.

Elliot Bert Leonardo-sang pemuda tadi hanya menganggukkan kepalanya, dia menengokkan kepalanya ke kiri dan menatap Iyan.

"Salamku kepada tuan Bryan, semoga dewa cahaya selalu memberkatimu!" Salam El dengan senyum menawannya.

"Sudah lama kita tidak berjumpa, bagaimana kabarmu?" Lanjut El sambil mendekati Iyan.

Iyan terkekeh dan menggapai lengan kekar El, "Iya, sudah lama sekali ya! Kabar Iyan baik, bagaimana dengan El sendiri?" Tanyanya sambil tersenyum cerah.

El terkekeh sambil mengelus rambut panjang Iyan, "Apa kau mau latihan lagi bersamaku?" Tanya El dengan nada riangnya.

Mata Iyan berbinar ketika mendengar pertanyaan El dan tanpa sadar menganggukkan kepalanya, "Iyan mau! Bagaimana kalau akhir pekan?" Tanya Iyan.

"Bagus, aku akan mengosongkan waktuku! Lalu ada masalah apa, Ed?" Tanya El sambil mengalihkan tatapannya ke arah Ed berada.

"Lyn sengaja menabrak Vio dan Lyn tidak mau meminta maaf!" Ungkap Ed.

El menatap adik dari sahabatnya dengan tatapan bertanya, "Apa itu benar Lyn?" Tanyanya.

Lyn secara spontan menggelengkan kepalanya dan kembali menangis sesengukkan, Ed menghela nafas lagi dan menggeram marah ketika melihat kelakuan adik angkatnya yang sungguh keras kepala.

"Aku sudah melihat semuanya Lyn, kenapa kau selalu menolak untuk meminta maaf?!" Tanya Ed yang sudah frustasi dengan tingkah laku Lyn.

"Bu-bukan aku kak!" Sanggah Lyn.

"Kau melihat semuanya?" Tanya El dengan nada penasaran.

"Iyan yang membantuku!" Jawab Ed.

El menganggukkan kepalanya sambil tersenyum senang ketika mengetahui inti perdebatan tersebut, "Aku tahu kau tak bisa menerima hal ini, namun kau bersalah! Jadi kau harus meminta maaf, kau sudah diajarkan oleh tuan Salvador bukan?!" Tanyanya dengan nada sarkas kepada Lyn.

"Oh, astagah! Aku lupa kalau Lyn adalah anak angkat tuan Salvador!"

"Kau benar, beraninya dia mencoreng nama baik Salvador!"

Adventure in the Novel with SystemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang