Ice

Gue berjalan melewati koridor yang penuh. Murid-murid bergerombol di sini, habisnya guru-guru masih pada rapat. Yang pacaran mojok berduaan, yang jomblo ngobrol haha-hihi di bangku semen di samping koridor, yang introvert baca buku di kelasnya, yang cowok-cowok sibuk modus, dan masih banyak lagi.

Lah, gue masuk kategori mana? Pacar punya tapi enggak mojok. Idih lagian juga ogah gue mojok ama setan.

Bete gue. Setan emang itu orang. Gue lagi ngobrol sama Gempa, eh tiba-tiba nongol, pakai acara rangkul-rangkul segala. Orang kita kan pacarannya cuma mainan, masa dibawa serius. Gue kan juga berhak deket sama cowok lain.

Gue berbelok, dan masuk kelas hanya untuk melihat Solar lagi sama Hali. Ck, semua aja pacaran.

Gue nyamperin meja Gempa, dan menyelipkan buku itu di kolong mejanya. Ya Tuhan, Gempa pakai parfum sebotol, ya? Kok sampai mejanya aja masih wangi banget gini.

"Woy, Ice!" panggil Solar.

Gue menoleh, "Apaan?"

"Habis dari mana lu? Itu buku apa? Jangan-jangan lo mau nembak Gempa, ya? Wah enggak boleh gitu, enggak bisa dibiarin nih. Lu kan cewek! Enggak boleh agresif gitu dong!" cecarnva

Sotoy banget. Gini-gini gue masih cewek normal yang punya gengsi kali. "Apa sih? Jangan ngaco deh ya Lar."

Hali, yang duduk di samping Solar, mendadak angkat suara. "Gempa?" Cowok itu mengangkat sebelah alis. "Bukannya lu sama Blaze, ya?"

Sialan emang. Kenapa semua orang ikut campur banget sih?

"Ehehehe.. enggak kok, Li. Solar mah enggak usah didengerin, ya. Suka enggak jelas dia mah," komentar gue.

"Ih apaan? Lu kan-" Gue dengan cepat menyumpal mulut Solar pakai kertas, kalau enggak bisa kacau deh tuh gue sama Blaze jadiannya taruhan. Gue kan nggak mau, kelihatan konyol dan dianggap kurang kerjaan sama orang-orang karena mau-mau aja diajak taruhan sama Blaze.

"WOY WOY WOY! BU SUSI DATANG " Seisi kelas mendadak rusuh. Semua orang berlomba-lomba balik lagi ke kursinya.

"Gue ke kelas ya, Lar. Belajar yang bener. Dadah," kata Hali sambil melambaikan tangannya.

"Dahhh." Solar melambaikan tangan. "Itu tadi buku apaan, Ice?"

Gue menyambar jus alpukat milik Solar, lalu meminumnya. "Tahu tuh si Gempa, nitip sama gue."

"Wih, kemajuan dong. Seenggaknya dia tau kalau lu itu ada."

"Jahat banget!" Gue mendorong bahunya. "Dari dulu juga Gempa tahu kali bahwa seorang Ice itu ada di muka bumi ini. Masa bidadari cantik kayak gue gini enggak keliatan sih?"

Solar ketawa. "Anjir, apa lu kata dah."

Pelajaran berlangsung dengan hening. Kebanyakan murid tidur, karena demi apa pun juga ini bikin boring. Bu Susi cuma ngejelasin pakai suara datar yang lambat-lambat, bikin gue sendiri pengin tidur. Ngantuk parah, sumpah. Enggak kuat.

Tiduran bentar enggak apa-apa kali ya.

Gue merebahkan kepala di meja, ditutupin pakai buku cetak biar enggak keliatan kalau gue tidur. Bu Susi kan pakai kacamata tebal, kali aja kagak keliatan. Kan lumayan jatah bobo siang.

Eh, tapi Gempa lagi apa ya di ruang OSIS? Ada acara apa lagi ya? Kok belum ada pengumumannya?

Ya ampun, sumpah enggak tahu lagi gue harus mendeskripsikan Gempa kayak apa. Dia tuh udah perfect, sempurna banget kayak Ken di film Barbie. Serba bisa. Waketos, ganteng, cool, pinter, jago futsal, dan enggak playboy kayak Blaze. Pokoknya perfect banget, apalagi kalau disandingkan sama gue. Dunia serasa milik berdua, yang lainnya ngontrak.

BAD ROMANCE [Blaze x Ice]Where stories live. Discover now