Ujung-ujung bibir Blaze tertarik ke atas, membentuk lengkungan sempurna. Mendengar ucapan Ice seolah memberinya pengalihan rasa sakit yang berdenyut di seluruh tubuhnya, juga suara berdengung dalam kepalanya.
"Jadi lo panik lihat gue digebukin?" godanya. Ice menjatuhkan tubuh Blaze di atas ranjang UKS dengan kasar karena ucapannya barusan, membuat Solar ikut terhuyung karena lengan pemuda itu mengalung di tengkuknya.
"Ck, lo pikir siapa yang enggak akan panik kalau lihat lo digebukin sama anak seangkatan gitu? Ge- er amat sih lo!" Ice menarik keluar es batu dari kulkas, diikuti perban, obat merah, serta alkohol.
"Emang kalau gue digebukin sampai mati kenapa? Toh kan untung buat lo."
Ice meneteskan alkohol ke kapas dengan emosi. "Ih, lo tuh ya, bener-bener deh. Gagal paham gue sama lo."
"Ice-" Solar hendak menyela.
Katya menempelkan kapas beralkohol itu dengan kencang ke ujung bibir Blaze dengan rasa emosi, dan membuat Blaze mengaduh kesakitan.
"Argh! Bego, sakit!" katanya. Ice hanya menatapnya datar.
"Lo tuh ya, tawuran, digebukin, berani. Giliran dikasih alkohol aja teriak. Cemen."
"Udah sini ah! Gue aja sendiri. Sama lo mah yang ada makin bonyok gue!" Blaze menyahut kesal.
"Ya udah, nih!" Ice menyodorkan kapas dan alkohol yang dipegangnya kepada Blaze. Cowok itu mulai mengobati lukanya sendiri. Ice hanya menatapnya kesal. Sesekali, gadis itu bertukar pandang dengan Solar yang merasa canggung, tidak tahu harus melakukan apa.
Solar beringsut mendekat ke Ice. Namun, tanpa sengaja, Solar menyenggol lecet di sikut Ice, membuat gadis itu mengaduh.
"Sori Ice, enggak sengaja," katanya. Ice mengangguk, lantas memutar tangannya untuk melihat letak lukanya.
Tanpa mengalihkan pandangan, Blaze berujar. "Kenapa? Lo lecet juga?"
"Dikit doang," jawab Ice.
"Nih, kasih alkohol!" sodornya. "Kalau infeksi, kudu diamputasi. Mau lo?" Blaze melemparkan botol alkohol yang sebelumnya sudah ditutup rapat kepada Ice.
Ice menangkap botol itu, lalu mengambil kapas lain untuk mengobati lukanya sendiri. Agak mengerikan, memang. Solar sampai meringis melihat Ice menepuk-nepuk alkohol pada lukanya, membayangkan rasa perih yang dialami Ice. Tapi daripada harus diamputasi?
Ice sedang menetesi lukanya dengan obat merah, saat Blaze memanggilnya. "Ice, gue boleh minta tolong enggak?"
"Apa -ASTAGA BLAZE! LO NGAPAIN BUKA BAJU DI SINI?!?!" pekik Ice, membuat Solar melonjak.
"Lo lebay banget kayak enggak pernah lihat cowok shirtless aja!" balas Blaze.
"Tolong dong, olesin nih punggung gue. Tadi kan kena timpuk. Itung-itung bales budi deh sama gue," lanjutnya sambil menyodorkan salep khusus memar.
Ragu-ragu, Ice beringsut mendekat. Dia meraih salep dengan tangan agak gemetar, lalu berjalan membelakangi Blaze dan menatap punggungnya yang ternyata bukan hanya memar di bagian itu saja, tapi juga beberapa bagian lain meski tidak sebesar memar akibat timpukan balok kayu tadi.
"Gila ya anak jaman sekarang, masa tawuran bawa kayu. Kalau kena kepala anak orang bisa mati," gumamnya.
Blaze tertawa. "Namanya juga tawuran Ice. Kalau bawa mukena namanya taraweh."
"Ck, lucu," ucap Ice sarkastis.
Dia mulai mengoleskan salep memar itu tipis-tipis. "Lo kena gebuk apa aja sih, Laze? Udah kayak jambu busuk tahu enggak? Memar sana-sini. Apa kata nyokap lo kalo lihat lo balik kayak gini?"
YOU ARE READING
BAD ROMANCE [Blaze x Ice]
RomanceSeandainya kamu jatuh cinta dengan seseorang yang punya karakter "Bad" apa yang akan kamu lakukan? Maju terus dan berharap dia bisa berubah, atau mundur teratur karena nggak pengen tersakiti? Apa alasannya? __________________________________________...