ICE
Gue enggak ngerti. Gue sama sekali enggak ngerti kenapa mendadak jadi dodol begini. Kenapa gue setuju setuju aja sama tantangan Blaze? Apa kata orang orang coba, kalo gue mendadak kelihatan berduaan sama cowok kayak dia? Astaga, gue abis kepentok dimana, sih? Ya ampun.
"Heh!" Suara Solar mendadak ada disebelah gue, bikin gue terlonjak kaget. Gue memukul bahunya pelan. "Enggak usah ngagetin, bisa gak, sih?"
Solar terkekeh. "Sorry" ujarnya. "Itu apaan sih rame rame? Pake lirik lirik lu segala? Ada gosip apa sih?"
Mampus, Ice. Kelar hidup lu. "Eng... itu... mana gue tau, coba aja tanya sendiri sama mereka." Jawab gue gugup. Eh bentar, jangan ditanya deh. Ntar kalo Solar tau kan berabe. Bisa bisa gue diledekin habis habisan sama dia.
"Kenapa sih lu? Habis ngeliat Gempa sama cewek?" Tanya Solar dengan keheranan.
Gue membenarkan letak poni gue sebelum gue menjawab pertanyaannya. "Enggak, enggak apa apa."
Solar menatap gue dengan curiga selama beberapa saat, sebelum mengalihkan topik pembicaraan. "Eh, tau gak? Tadi gue gak sengaja papasan sama Blaze. Ya tuhan, ganteng amat. Enggak kuat hati hayati melihatnya."
"Idih! Yang kayak gitu lu bilang ganteng? Yang ganteng itu kayak Gempa kali! Gila pemuda harapan nusa, bangsa, negara, dan agama banget, Lar" balas gue, melirik ke arah Gempa yang sedang menyelesaikan lagu di mejanya. Sumpah demi apapun juga Gempa udah pacar-abel banget. Berbanding terbalik banget sama Blaze.
Kalo Blaze tuh, ganteng sih, hm, lumayan. Tapi bolot. Udah gitu, berandalannya keterlaluan banget. Kan malu, punya pacar yang kerjanya bikin onar terus. Ya walaupun cuman pura pura, kan tetep aja. Malu maluin.
"Yaudah sih, ganteng itu relatif. Selera cewek itu beda beda." Protes Solar.
"Ya tapi yang kayak gitu tuh, enggak banget deh, Lar."
Solar mendelik "Idih, terserah lu deh."
"Ehem, Ice ada?" Suara Blaze terdengar dari pintu. Gue kemudian menoleh. Di sana ada Blaze yang kali ini tidak bareng dengan Taufan dan Fang, dan dia udah bawa bawa tas segala. Wah, gue harus cepat cepat kabur dari sini.
Blaze berjalan ke arah gue dengan senyum. Manis sih, sempet bikin gue lupa dunia untuk sesaat. Tapi kemudian, remasan kuat tangan Solar menyadarkan gue dari semuanya.
"Yuk, balik!" Katanya. Gue menoleh ke arah Solar dengan tatapan wajah yang penuh tanya.
"Enggak usah, gue dijemput." kata gue bohong. Gue enggak begitu yakin Blizzard bisa jemput gue, mengingat tugas tugas kuliahnya numpuk. Tapi daripada gue balik sama nih kuruyuk, mending gue balik jalan kaki sampe gempor.
Blaze menaikan tampang alisnya dengan sok ganteng. Ih amit-amit. Dosa apa gue sampe kejebak sama makhluk kayak begini?
Seriously, dude. My life is a nightmare.
"Siapa yang jemput lu? Udah batalin aja, lu balik sama gue!" katanya, memerintah.
Gue berusaha menunjukkan ekspresi terganggu padanya "Idih, emangnya lu siapa? Gue bisa balik sama siapa pun yang gue mau. Dan itu obviously, bukan lu."
Tepat saat itu, handphone gue berdering. Gue membaca ID peneleponnya: Blizzard
Emang ya, doa anak shaleh itu didengar. Gue dikasih jalan untuk menghindari Blaze. Gue senyum meremehkan kepada Blaze, yang langsung dibalasnya dengan tatapan sinis.
Tanpa memperdulikan tatapan itu, gue mengangkat telepon itu. "Halo?" sapa gue. Di seberang sana, suaranya berisik banget, kayak lagi konser.
"ICE!" Blizzard berteriak. Ya maklumlah, kalo enggak gitu suaranya enggak bakal kedengaran.
YOU ARE READING
BAD ROMANCE [Blaze x Ice]
RomansaSeandainya kamu jatuh cinta dengan seseorang yang punya karakter "Bad" apa yang akan kamu lakukan? Maju terus dan berharap dia bisa berubah, atau mundur teratur karena nggak pengen tersakiti? Apa alasannya? __________________________________________...