BAKAL UPDATE SESUAI MOOD, HEHEHE
Judul awal: Lonely Echo
Tentang ketegangan di antara Reya dan saudara-saudaranya, dia bertekad
untuk mencari alasan dari renggang-nya hubungan mereka, dan Reya berjanji akan membuat dirinya kembali dekat dengan ket...
Reya terbangun oleh suara alarm yang tak pernah henti, menyela keheningan pagi yang sudah menjadi kebiasaannya. Keluarganya sering kali tampak acuh pada rutinitasnya, kecuali ayah dan ibunya yang sibuk. Hal ini membuatnya terbiasa dengan kesendirian.
Namun, hari ini berbeda. Angel, kakak keduanya, tiba-tiba muncul di pintu kamarnya dengan muka datarnya.
"ayo sarapan. Lo gak mau kan telat lagi hari ini? Gue malas dengar nyokap Lo marah marah lagi kalau tau anak kesayangan nya gak kita bangunin" ujarnya dengan sindiran. Reya hanya tersenyum tipis dan mengikuti Angel ke ruang makan.
sesampainya di sana, Ruang makan itu terlihat terang oleh cahaya pagi yang masuk melalui jendela besar di sudut ruangan. Sebuah lampu gantung elegan menggantung di atas meja makan kayu yang didekorasi dengan indah. Di dinding, lukisan-lukisan abstrak memberikan sentuhan artistik, orang orang yang berada diruang makan pun terdengar bercanda ria. Menciptakan suasana yang hangat.
Namun, ketika Reya memasuki ruangan seketika keheningan menguasai ruang makan itu. Ika sebagai Kaka pertama, yang memulai berbicara untuk menghilangkan keadaan yang hening ini.
"Lo duduk dekat Zidan," ucap Ika. Reya hanya mengangguk. Namun, Zidan yang tidak terima segera memberikan respons
"Kenapa harus dekat gue sih, Kak?" ujarnya dengan nada tak terima. Angel, yang sebelumnya diam, ikut berkomentar.
"Lo mau dimarahi sama bokap nyokap karena gak izinin anak tersayangnya duduk dekat lo?" sindir Angel, membuat Reya menundukkan kepalanya.
"Gue sih gak mau," sambungnya dengan wajah yang datar.
"Yasudah, lo boleh duduk dekat gue"ujarnya dengan nada rendah, mengijinkan Reya untuk duduk dekat nya.
Agar bisa berangkat ke sekolah tepat waktu, mereka cepat-cepat menyelesaikan makanan. Suasana ruang makan yang tadinya sepi kembali hidup dengan bunyi sendok dan garpu yang bergerak di atas piring.
Setelah selesai makan, mereka dengan cepat bersiap. Tas sekolah diambil, dan sepatu dipasang, menandakan kesiapan mereka untuk berangkat ke sekolah.
Perjalanan ke sekolah diisi dengan keheningan yang kembali menguasai mobil Ika. Reya duduk sendirian di kursi belakang, memandangi jalan yang sepi. Suara mesin dan langkah-langkah kaki menjadi pengiring yang hanya menambah kesunyian.
Ia mencoba mencari pelarian dengan memainkan ponselnya, tetapi pikirannya masih melayang pada ketegangan pagi tadi.
TBC
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.