15

313 33 0
                                    

Setelah beberapa tahun hidup dalam kesulitan, akhirnya Sungchan merasakan ketenangan dalam hidupnya.

Pertemuan kembali dengan Ibunya waktu itu bagaikan keajaiban di hidup Sungchan. Berkat Ibunya, Sungchan kini tidak perlu repot-repot menitipkan Chan ke tempat penitipan anak lagi karena Ibunya sudah membayar baby sitter untuk mengurus Chan selama Sungchan berada di kampus.

Tapi meskipun begitu, Sungchan sebisa mungkin mengurus Chan secara langsung. Jika seluruh urusan di kampus sudah selesai, Sungchan pasti akan langsung pulang untuk mengurus anaknya.

Hanya ada satu kebimbangan yang kini mengendap di lubuk hati Sungchan. Yaitu perasannya kepada Minjeong.

Entah sejak kapan, Sungchan merasakan sebuah gejolak yang aneh terhadap gadis itu. Sungchan sudah lama tidak merasakan gejolak ini dan hampir lupa bahwa... ini adalah gejolak cinta.

Sungchan akui, ia jatuh cinta kepada Minjeong.

Sekuat apapun Sungchan menahan perasaannya kepada gadis itu, namun pada akhirnya Sungchan gagal. Sifat baik gadis itu, senyum dan tawanya, dan perlakuan manisnya kepada Chan berhasil membuat Sungchan luluh.

Tapi hal itu juga membuat Sungchan sedih di saat bersamaan.

Apakah memungkinkan jika Sungchan dan Minjeong... bersama?

Tidak usahkan itu. Apakah Sungchan... boleh jatuh cinta kepada Minjeong dengan kondisinya sekarang?

Sungchan terlalu pusing memikirkan itu dibandingkan pusing memikirkan ujian akhir semester yang akan dihadapinya hari ini.

Karena Bu Narti, baby sitter-nya Chan sudah tiba, Sungchan akhirnya bisa berangkat ke kampus untuk ujian. Ketika Sungchan sudah berada di dalam lift, ia mendengar derap langkah yang terburu-buru menuju lift yang membuatnya langsung menahan pintu lift itu.

Sungchan melihat Minjeong masuk ke dalam lift. Begitu kedua bola mata mereka bertemu, Minjeong menunjukkan cengirannya kepada Sungchan. "Pagi, Sungchan!"

Suara gadis itu begitu serak meskipun tertutupi dengan intonasinya yang ceria. Bibirnya pucat. Bagian bawah matanya terlihat lebih hitam dari biasanya. Dari situ Sungchan merasa kalau Minjeong habis bergadang. Atau jangan-jangan... tidak tidur?

"Pagi." Sapa Sungchan sambil tersenyum simpul.

"Ujian pagi juga? Bareng aja yuk ke kampusnya!" ajak Minjeong.

"Gak ngerepotin?" tanya Sungchan.

Minjeong mendengus pelan. "Kalo ngerepotin aku gak akan nawarinnn!"

Sungchan tertawa pelan. Iya juga, sih. "Yaudah iya, makasih ya."

Setelah keluar dari lift dan gedung apartemen, mereka menghampiri tempat di mana mobil Minjeong terparkir. Begitu hendak masuk ke dalam mobilnya, tiba-tiba Minjeong terhuyung. Untung saja dengan cepat Minjeong berpegangan pada pintu mobilnya.

"Kamu nggak tidur, ya?" tanya Sungchan yang menyadari Minjeong yang hampir jatuh tadi.

"Tidur, kok." Jawab Minjeong sambil mengucek matanya. "Satu jam."

Sungchan menggelengkan kepalanya lalu merebut kunci mobil Minjeong dari tangannya. "Aku aja yang nyetir."

Minjeong mengerucutkan bibirnya. "Maaf ya, malah jadi ngerepotin kamu."

Sungchan kini duduk di kursi kemudi, sedangkan Minjeong duduk di kursi depan tepat di sebelah Sungchan. Begitu Sungchan menjalankan mobilnya, Sungchan baru sadar kalau sedari tadi Minjeong sudah tertidur. Meskipun terlelap, tapi mulut gadis itu menyuarakan igauan aneh.

𝟒𝟖𝟔 ㅡ sungchan,winter ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang