Sungchan berjalan keluar dari supermarket dengan membawa dua kantong belanja besar berisi bahan makanan untuk dimasak. Sementara Chan sedang duduk di hipseat yang berada di gendongan Sungchan sembari memegang mainan di genggamannya.
"Chan laper!" ucap Chan.
Sungchan tertawa pelan. "Iya, bentar ya, nanti Papa suapin."
Setelah berjalan, Sungchan dan Chan akhirnya tiba di tower apartemen mereka. Dan pada detik itu juga, mereka bertemu dengan Minjeong yang baru keluar dari mobilnya.
"Aaaa!" seru Chan ketika melihat Minjeong.
"Halo Chan!!" sapa Minjeong balik.
Minjeong beralih menatap Sungchan. Lalu Minjeong seperti mengusap sesuatu dari matanya. "Hai, Sungchan."
Sungchan menyipitkan matanya sembari menatap Minjeong. Minjeong terlihat lesu, tidak seperti biasanya. Dan juga... mata gadis itu terlihat sembap.
"Minjeong, lo habis nangis ya?" tanya Sungchan.
"Hah... nggak kok." jawab Minjeong.
Minjeong menatap ke arah plastik belanjaan yang dipegang Sungchan. Lalu Minjeong menggambil salah satu plastiknya dari tangan Sungchan. "Lo mau ke atas kan? Gue bantu pegangin ya?"
Sungchan hanya mengangguk. Lalu akhirnya mereka bertiga masuk ke gedung apartemen mereka. Setelah sampai di lantai apartemen mereka, mereka akhirnya tiba di depan unit apartemen mereka.
"Minjeong," panggil Sungchan. "Lo yakin, lo gak papa?" tanya Sungchan.
Pada detik itu juga, Minjeong tak menjawab. Tapi gadis itu malah menangis di depan Sungchan.
ㅡ
Sungchan meletakkan dua piring nasi goreng di meja makan. Satu untuk dirinya, dan satu lagi untuk Minjeong.
"Makan dulu." kata Sungchan kepada Minjeong. Sungchan duduk di kursi, lalu lanjut menyuapi makan malam Chan.
Minjeong menghapus air matanya yang masih berjatuhan, lalu mulai menyuapi satu sendok nasi goreng yang Sungchan buat.
"Enak..." ucap Minjeong di sela isak tangisnya.
Sungchan yang sedang menyuapi Chan menoleh, lalu Sungchan menaikkan sudut kiri bibirnya. "Habisin." balas Sungchan.
Setelah beberapa menit, Sungchan beres menyuapi Chan, Sungchan akhirnya meniduri Chan di kasur. Lalu ia kembali ke meja makan, bertepatan dengan Minjeong yang baru selesai makan.
"Udah selesai?" tanya Sungchan.
Minjeong mengangguk, lalu Sungchan mengambil piring yang dipakai oleh Minjeong dan meletakannya di dekat cucian.
Sungchan akhirnya duduk di meja makan, lalu mulai menyuapi nasi goreng yang ia masak tadi.
"Udah mau cerita?" tanya Sungchan selagi mengunyah makanannya. "Kalau mau cerita, cerita aja. Gue pasti dengerin."
"Gue berantem sama cowok gue..." jawab Minjeong. "Cowok gue berniat buat berhenti kuliah. Dia tuh gak akur sama orang tuanya. Orang tuanya pengen dia ngelanjutin bisnis, orang tuanya gak mau dia jadi dokter." cerita Minjeong.
"Gue udah sebisa gue buat ngehibur dia, ngasih dia dukungan. Tapi dia bilang, gue gak ngerti dia. Gue cuma bisa ngasih dia toxic positivity." sambung Minjeong.
Minjeong menghela napasnya. "Emang gue gitu ya?"
"Lo udah berusaha sebaik mungkin buat jadi orang yang selalu ada buat dia, kenapa lo yang harus merasa bersalah?" balas Sungchan.
Minjeong mendengus pelan. "Ya karena... cowok gue gak suka."
"Kalau masalah percintaan sih, lo jangan minta saran ke gue. Karena gue sendiri aja gagal dalam percintaan gue." ucap Sungchan.
"Tapi sebagai manusia, manusia yang normal, kalo gue jadi lo, gue gak mau buang-buang waktu sama orang yang menyia-nyiakan kepedulian gue." sambung Sungchan.
Kalimat yang Sungchan lontarkan berhasil membuat Sungchan teringat akan Minju. Ketika Minju meninggalkan ia dan Chan.
Minjeong terdiam sembari mencerna kalimat yang dilontarkan Sungchan barusan. Kalimat tersebut berhasil membuat Minjeong tertohok. Tapi Minjeong akui, memang benar adanya.
Minjeong menoleh ke arah Sungchan, kala tangan pria itu tergerak menepuk puncak kepala Minjeong. Seakan-akan terkejut.
"Jangan pernah berhenti menyebarkan hal positif ke orang lain. Cowok lo bilang begitu, bukan berarti orang lain juga berpikiran hal yang sama." kata Sungchan.
Minjeong langsung tersenyum haru. "Ih Sungchan..."
Sungchan hanya tersenyum sebagai balasan. "Jangan nangis lagi." balas Sungchan.
Minjeong langsung menghapus kedua air matanya dan tersenyum lebar. Kalimat Sungchan bagaikan kata-kata ajaib yang merubah suasana hatinya. Dari sangat buruk, hingga jadi jauh lebih membaik.
Coba aja, Eric kayak Sungchan.
haiii semuaaa update dulu yuk hehehe. rindu bgt nih sama bapak sungchan dan dokter minjeong :(