8

976 221 16
                                    

Baik Sungchan dan juga Minjeong hanya termenung sembari memperhatikan Chan yang tertidur di atas kasur rumah sakit. Mereka kini kabut dengan pikiran masing-masing.

Pada akhirnya Minjeong sudah tau kenyataanya. Jujur, Sungchan merasa lega. Walaupun ia juga merasa bersalah karena tak jujur dari awal kepada Minjeong.

"Kenapa lo gak bilang dari awal kalau Chan itu anak lo?" tanya Minjeong sembari menoleh ke arah Sungchan.

Sungchan menundukkan kepalanya. "Menurut lo, kalau lo jadi gue, apa gue bakal terus terang kalau gue udah punya anak? Kalau gue adalah seorang ayah?" tanya Sungchan.

Minjeong terdiam. Iya juga. Kalau Minjeong berada di posisi Sungchan, Minjeong mungkin juga bingung harus bagaimana.

"Istri lo ke mana?" tanya Minjeong.

"Pergi." jawab Sungchan. "Sebenarnya, gue belum nikah sama dia. Gue udah mau nikahin dia, tapi dia pergi ninggalin gue dan Chan." sambung Sungchan.

Minjeong masih gak kebayang. Sungchan yang seusia dengannya harus mengalami dan melalui semua ini.

Minjeong sering mendengar cerita kehamilan di luar nikah, dan yang Minjeong hanya tau adalah, kehamilan di luar nikah itu merugikan si perempuan.

Tapi setelah melihat Sungchan... ternyata tidak juga. Kehamilan di luar nikah itu merugikan kedua pihak. Baik si Ayah maupun si Ibu.

"Gue paham kok, kalo lo habis ini ilfil sama gue. Lo pasti jijik sama gue." kata Sungchan. "Tapi gue mohon, tolong rahasiain ini. Gue gak mau diusir lagi kayak di tempat tinggal lama. Gue cuma mau hidup tenang sama anak gue." sambung Sungchan.

"Lo... mikir gue sejahat itu ya?" tanya Minjeong. "Sungchan," panggil Minjeong. Sungchan menoleh sebagai balasan. "Gue boleh meluk lo gak?" tanya Minjeong.

Sungchan hanya diam karena dia bingung dan tak tau harus membalas apa. Kenapa sih?

Tanpa menunggu jawaban Sungchan, Minjeong langsung memeluk Sungchan lalu mengusap punggung Sungchan dengan lembut.

"Kata siapa gue jijik sama lo?" balas Minjeong. "Yang kuat ya, Sungchan. Lo pasti bisa melalui ini semua. Dan suatu saat nanti, Chan pasti bangga punya Ayah kayak lo." kata Minjeong lagi.

Sungchan hanya diam sembari dipeluk oleh Minjeong. Kaget? Pasti. Tapi mendengar kalimat yang dilontarkan gadis itu, Sungchan merasa sangat tenang.

Minjeong melepas pelukannya pada Sungchan lalu tersenyum. "You're a good father, Sungchan."

"Kalau perlu apa-apa, bilang sama gue ya??? Gue bakal sebisa mungkin bantuin lo. Dan tenang aja, gue bakal ngerahasiain ini kok." kata Minjeong.

Sungchan terkejut dengan reaksi Minjeong. Minjeong adalah orang selain Chenle yang tidak jijik kepada Sungchan dan masih mau mendukungnya. Dan gadis itu dengan berlapang dada memeluk Sungchan dan menyemangatinya.

Apa Tuhan sedang mengirimkan malaikat ke dalam kehidupan Sungchan?

"Makasih banyak, Minjeong." kata Sungchan.

Pintu ruang inap Chan terketuk, membuat Sungchan langsung menoleh ke pintu. Ternyata yang datang adalah Chenle dan juga Ningning.

"Hai, Sungchan. Chan apa kabar? Udah baikan?" tanya Chenle.

Sungchan mengangguk. "Panasnya udah turun. Kata dokter sore ini udah boleh pulang." jawab Sungchan.

"Ah... syukurlah..." balas Chenle.

Sungchan beralih menatap Ningning. Ningning cuma cengar-cengir aja sambil dadah--dadah Sungchan. "Hai, Kak Sungchan hehehe."

Sungchan kembali menatap Chenle seakan minta penjelasan, membuat Chenle menundukkan kepalanya.

"Sori ya, Chan. Gue tadi keceplosan di depan Ningning... jadi Ningning udah tau... soal anak lo..." kata Chenle.

Ningning menunjukkan cengirannya lagi. "Tenang aja, Kak Sungchan. Gue biasa aja kok, Kak. Janji deh gak akan cepu."

Sungchan menghela napasnya lalu mengangguk pelan. "Iya, gapapa." balas Sungchan. Lagi pula Sungchan tau kalau Ningning itu gak akan ngada-ngada.

"Le, mengenai uangnya, gue beneran boleh minjem uang lo dulu buat biaya rumah sakit Chan?" tanya Sungchan.

"Ya boleh lah, lo boleh bayar kapanpun lo mau." jawab Chenle. "Kuy, kalo mau bayar sekarang aja. Gue bayar pake debit aja, gue gak bawa cash." kata Chenle.

"Iya, ke kasir aja sana, Kak. Chan nanti aku yang jagain." kata Ningning.

Sungchan menganggukan kepalanya, lalu ia dan Chenle meninggalkan ruang inap menuju loket pembayaran yang ada di lantai itu.

"Saya ingin membayar biaya pengobatan atas nama Jung Chan, kamar nomor 540." kata Sungchan.

"Sebentar ya, Pak." jawab seorang Ners yang berjaga. "Maaf Pak, biaya pengobatan atas nama Jung Chan sudah dilunasi tadi pagi."

Mendengar itu Sungchan mengerutkan keningnya bingung. "Serius, Ners? Siapa yang melunasinya?" tanya Sungchan.

"Yang melunasi atas nama Bu Kim Minjeong." jawab Ners itu.

Sungchan menghela napasnya berat sembari menepuk keningnya. Dasar Minjeong. Sungguh, Sungchan jadi ingin marah sekaligus mengucapkan terima kasih.

"Kim Minjeong? Siapa itu?" tanya Chenle kepada Sungchan sembari meninggalkan loket pembayaran.

"Tetangga apartemen gue." jawab Sungchan. "Yang waktu itu ketemu di mini market." sambung Sungchan.

Mendengar itu Chenle langsung melongo. "OMG, jadi dia tau kalau lo udah punya anak????"

"Gak sengaja juga tau nya. Waktu itu di UGD Dokter nanya ke gue orang tuanya Chan kemana. Ya gue terus terang aja. Dan otomatis dia tau." cerita Sungchan.

"Aneh sih, kok dia baik banget sama lo." komentar Chenle. "Cieeeeee, bentar lagi Chan mau punya Mama baru nih?" tanya Chenle sembari menyikut lengan Sungchan.

"Gak usah mimpi." balas Sungchan.

lagi kepengen update aja sebelum sibuk hehehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

lagi kepengen update aja sebelum sibuk hehehe

𝟒𝟖𝟔 ㅡ sungchan,winter ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang