Chapter 17 : The Matchmaker

39 7 30
                                    

Meski Bai Lu merasa malas, tetapi ia tetap pergi ke salon tempat Zhenni bekerja dan merapikan penampilannya. Melihat Bai Lu yang datang ke salon membuat Zhenni tersenyum dan menyambut sahabatnya itu.

"Lulu! Kau ada kencan dengan Xiao Zhan, kah?" tanya Zhenni yang segera mengajak Bai Lu untuk duduk di kursi salon.

Bai Lu menggeleng lemah dengan wajah yang murung.

"Lalu ada apa?" tanya Zhenni kembali.

"Aku hanya menuruti mama, ia ingin mengenalkan aku dengan anak temannya dan aku disuruh datang ke restoran miliknya. Sebenarnya aku sangat malas, tetapi aku mencoba untuk menyenangkannya."

"Lalu ... bagaimana dengan Xiao Zhan kalau kau akan dijodohkan?"

Bai Lu mengangguk lemas. "Tapi, mamaku bilang bahwa aku boleh menolaknya, makanya aku setuju."

Zhenni tersenyum dan menepuk pundak Bai Lu. "Kalau begitu tidak ada salahnya kau datang, kalian mungkin bisa menjadi teman, kan?"

"Ya itu yang aku pikirkan."

"Ya sudah, sekarang aku siapkan dirimu yah. ".

Zhenni kemudian mulai merapikan penampilan Bai Lu, sebab sang gadis tentunya tidak terlihat maksimal setelah pulang bekerja. Tidak terlalu berlebihan, hanya membuat penampilannya lebih segar setelah pulang bekerja.

 Tidak terlalu berlebihan, hanya membuat penampilannya lebih segar setelah pulang bekerja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sudah! Kini kau siap dengan acaramu. jiāyóu¹³!"

Bai Lu mengangguk dan tersenyum sebelum bangkit berdiri. "Terima kasih yah, Zhenni. Kau sudah menenangkan aku juga."

"Ya, itulah gunanya teman bukan?"

"Hmm ... sampai jumpa, Zhenni."

Zhenni mengangguk dan melihat Bai Lu perlahan meninggalkan tempat kerjanya.

Dari salon Bai Lu pergi menggunakan taksi menuju restoran milik keluarganya, jalanan Shenzhen terlihat ramai lancar dan juga terlihat sangat cantik dengan berbagai layar LED yang bercahaya menerangi malam.

Perlahan mobil mulai melambat begitu sampai di depan gedung restoran, Bai Lu membayar ongkos taksi sebelum ia masuk ke dalam restoran. Ia juga menarik napas sebelum kakinya terus melangkah masuk. Suasana restoran Chinese food itu terlihat ramai seperti biasanya, sementara itu gadis bermarga Bai itu terus melangkah menuju ruangan VIP.

Perlahan pintu dibukanya dan ia terus melangkah masuk sampai matanya menangkap sosok yang tidak asing sedang duduk di meja bersama Tang Wei. Langkah Bai Lu seketika langsung terhenti, ia mematung sambil melihat sosok atasannya yang kali ini terlihat tanpa kaca mata dan tersenyum ke arahnya.

 Langkah Bai Lu seketika langsung terhenti, ia mematung sambil melihat sosok atasannya yang kali ini terlihat tanpa kaca mata dan tersenyum ke arahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Deng Wei

"Nah! Itu anak yang kita tunggu datang juga. Ayo sini, Lulu. Biar Mama kenalkan dengan Deng Wei anaknya teman Mama," kata Tang Wei yang melambaikan tangan kepada Bai Lu yang masih setia mematung.

Mendengar namanya dipanggil membuat Bai Lu segera sadar dan ia pun tersenyum canggung di hadapan semua orang yang ada. Ia pun mengambil kursi kosong di samping Tang Wei, lagi-lagi gadis itu kembali melemparkan senyuman.

"Bai Lu?" panggil Deng Wei yang ikut melemparkan senyuman.

"Iya ... Deng Xiānshēng¹?" sahut Bai Lu spontan.

Mendengar itu Tang Wei dan Nyonya Deng saling melihat satu sama lain dengan pandangan kebingungan. "Lulu, kau tidak salah memanggil Deng Wei begitu?" tanya Tang Wei.

Bai Lu yang bingung harus menjawab apa hanya bisa menundukkan kepalanya.

"Itu mungkin karena Bai Lu sudah terbiasa seperti itu memanggilku. Bai Lu adalah salah satu karyawan di perusahan milikmu, Ma, Āyí¹⁴," jelas Deng Wei yang semakin membuat seluruh penghuni ruangan itu terkejut.

"Jadi ... kalian sudah saling mengenal sebelumnya?" tanya Teng Wei.

Bai Lu kali ini yang mengangguk.

Melihat itu Tang Wei dan Nyonya Deng pun terkekeh. "Bagus kalau begitu, kami jadi lebih tenang kalian tentunya sudah tidak akan terlalu canggung, kan?" tanya Nyonya Deng kali ini.

Deng Wei dan Bai Lu hanya bisa mengangguk pelan. Sementara itu Bai Lu hanya bisa merutuki keputusan untuk datang ke sini. Ia takut Deng Wei akan merasa bahwa ia juga menginginkan perjodohan ini atau malah sebenarnya Deng Wei sudah tahu?

"Deng Wei, kenapa kau tidak bercerita kalau kau memiliki seoerang karyawan yang cantik di kantormu," goda Nyonya Deng.

Deng Wei mendengar itu hanya bisa tersenyum canggung. "Aku tidak pernah menduga ini, Ma. Ternyata anak teman Mama yang ingin Mama kenalkan adalah karyawan di kantorku. Lagian tadi Mama pakai acara sok misterius tidak memberitahukan namanya padaku."

"Ya Mama pikir, kau juga tidak akan kenal jika Mama sebut namanya. Tapi, nyatanya kalian malah saling kenal. Apakah ini yang dinamakan jodoh?"

Bisa dilihat Deng Wei sedikit tersipu malu sambil menatap Bai Lu. Sementara Bai Lu terlihat sangat kikuk, ia masih ingat bagaimana sikap atasannya itu dan kini mereka malah dijodohkan oleh masing-masing orang tua mereka.

Pintu ruangan tersebut kembali dibuka, para pelayan mulai mengantarkan makanan untuk mereka semua. Begitu makanan tersaji di atas meja, Tang Wei pun lebih mengajak semuanya untuk makan malam dulu sebelum kembali berbincang.

Selera makan Bai Lu menguap entah ke mana karena ia melihat Deng Wei berada di depannya dan juga malah berbincang begitu akrab dengan Tang Wei.

"Lulu, tidak biasanya kau makan begitu sedikit padahal ini semua menu favoritmu," tanya Tang Wei yang melihat Bai Lu hanya makan sedikit.

"Tadi aku sudah sempat makan cemilan di salon, jadi aku sudah tidak terlalu lapar," sahut Bai Lu yang sebenarnya berbohong ia bahkan tidak makan apa pun sore tadi.

Usai semua makan utama disajikan kini tinggalah makanan penutup dan bagi Bai Lu pertemuan ini terasa begitu lama. Ia segera selesai dan mengatakan pada Tang Wei bahwa ia menolak perjodohan ini.

"Mama, ingin tahu apakah kalian cukup dekat di kantor?" tanya Nyonya Deng yang sontak membuat Bai Lu terkejut.

"Hubungan kami hanya sebatas atasan dan bawahan saja tidak lebih," jawab Bai Lu cepat.

Mendengar itu Deng Wei hanya bisa mengangguk mengiyakan ucapan Bai Lu, meski selama ini Deng Wei sudah berusaha mendekati sang gadis, tetapi ia tahu bahwa perasaannya tidak sedikit pun berbalas.

Mendengar jawaban dan Bai Lu dan juga Deng Wei hanya bisa membuat kedua ibu itu menarik napas. 

Note : 

1.  Xiānshēng : Tuan
13. jiāyóu : Semangat
14. Āyí : Tante/Bibi

Immortality ( ZhanLu Fan Fiction ) [ Open Pre-Order ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang