Chapter 8 : Safeguard

65 16 54
                                    

Udara dingin bertiup kala Xiao Zhan berdiri di balkon penthouse miliknya, mata Xiao Zhan terpejam ketika ia memikirkan soal Bai Lu. Pertemuan dengan Bai Lu sepertinya memang takdir untuknya dan kini ia benar-benar harus melindungi gadis itu.

"Xiao Zhan!" panggil Allen yang berjalan mendekati sang dhampir.

Mendengar namanya, membuat Xiao Zhan sedikit terkejut. Namun, dengan cepat ia menoleh ke arah Allen. "Kenapa, Allen?" balas Xiao Zhan yang kemudian memutar tubuhnya menatap lawan bicaranya.

"Bukahnya kau sudah harus mulai mengawasi Bai Lu?"

"Ya, aku tahu. Tenang, Allen. Tanpa kau ingatkan juga aku pasti akan melakukannya."

"Lalu kenapa kau masih berada di sini?"

Xiao Zhan menghela napas. "Karena hal yang aku takutkan kini benar-benar terjadi. Aku dan Yunxi sepertinya akan kembali saling berhadapan."

Mendengar itu Allen terkekeh pelan lalu menghampiri Xiao Zhan. "Ya tentu saja kalian akan saling berhadapan, karena kalian memang akan selalu menjadi musuh. Kecuali kau mau menyerahkan Bai Lu dan bersekutu dengannya."

"Hal itu tidak akan mungkin terjadi, aku tidak akan mau bersekutu dengannya."

Allen kemudian menepuk pundak Xiao Zhan dan masih dengan senyumannya. "Kalau begitu kau harus segera menemui Bai Lu."

Xiao Zhan berjalan masuk ke dalam kamarnya, lalu menoleh ke arah Allen kembali sebelum ia meninggalkan kamarnya. "Kau tenang saja Allen."

Melihat itu Allen segera berjalan menghampiri Xiao Zhan kembali. "Kau yakin akan langsung menemuinya?"

"Hahaha. Tentu saja tidak. Aku hanya akan mengawasinya dari jauh sementara waktu, sampai aku menemukan cara yang bisa membuatnya lebih dekat denganku."

"Kalau begitu semangat untukmu, Xiao Zhan!"

Setelah ucapan Allen barusan Xiao Zhan pergi meninggalkan penthouse-nya dan segera menuju parkiran untuk mengambil mobil miliknya lalu menuju apartemen Bai Lu. Jam di dasbor mobil pukul tujuh malam dan seharusnya Bai Lu sedang ada di apartemennya karena ia sudah jam pulang kerjanya. Jalanan Shenzhen malam ini terlihat ramai lancar karena ini baru saja hari Kamis.

Lampu-lampu pada gedung-gedung pencakar langit terlihat mempercantik pemandangan di kota metropolitan yang menghubungkan Cina dan Hongkong. Kota sejuta lampu saat malam dan bisa dikatakan kota yang hampir tidak pernah tidur.

Perlahan mobil Xiao Zhan berhenti di sebuah apartemen yang ia ketahui adalah tempat tinggal Bai Lu. Mobilnya diparkirkan sementara itu ia berjalan menuju taman yang ada di gedung apartemen itu, taman terlihat cukup sepi dan hanya diterangi oleh cahaya lampu taman yang temaram. Terdapat juga sebuah gazebo di tengah-tengah taman tersebut.

Sejenak Xiao Zhan terdiam sambil memperhatikan keadaan sekeliling terlihat kosong, tidak ada seorang pun yang berada di sana selain dirinnya. Baru dengan kemampuannya sebagai dhampir ia segera terbang melesat menuju balkon kamar Bai Lu yang berada di lantai sembilan. Beruntung pada balkon tersebut memiliki sebuah gorden yang mampu menyamarkan sedikit keberadaannya.

Bibir Xiao Zhan sontak membentuk senyuman begitu ia melihat Bai Lu dalam kondisi baik-baik, tetapi ternyata ia tidak sendirian. Terlihat juga seorang pemuda yang sepertinya lebih muda dibandingkan Bai Lu.

"Jie⁷, please-please!" pinta Wang Yibo dan kali ini ia mengeluarkan jurus andalannya yakni memberikan tatapan memelasnya kepada sang kakak.

"Yibo! Dari sebelum-sebelumnya kau juga berkata seperti ini, jadi jangan kira Jiejie⁷ sudah lupa dengan ucapan manismu. Kau berkata bahwa ini yang terakhir, nyatanya kau masih datang memohon padaku lagi. Kali ini kau tidak kuizinkan untuk pergi," jawab Bai Lu..

Wang Yibo yang kesal berjalan menuju sofa milik kakaknya dan mendudukan dirinya dengan kasar, karena ia masih kesal tidak mendapatkan izin dan bantuan dari kakaknya. Sementara itu Bai Lu membuka bungkusan yang dibawakan oleh Wang Yibo dan langsung memakan Dimsum di meja makan.

Wang Yibo melirik Bai Lu. "Sogokanku dimakan, tapi Jiejie tidak mau bantu?"

"Yibo! Masa makanan ini mau disia-sikan? Sayang tahu! Apalagi ini kesukaanku."

Wang Yibo pun mengerucutkan bibirnya kesal sebagai tanda protes, tetapi Bai Lu tidak memperdulikan dan memilih menghabiskan makanannya saja.

Sementara itu Xiao Zhan tersenyum melihat kelakukan Bai Lu dan Wang Yibo, ia bisa sedikit lega hari ini karena Bai Lu masih baik-baik saja dan tidak terlihat juga keberadaan anak buah Yunxi di sekitar tempat ini.

Bai Lu bangkit berdiri dari meja makan dan duduk di samping Wang Yibo. "Benar tidak mau coba?" tanya Bai Lu yang dengan sengaja makan di hadapan Wang Yibo dan bahkan menyodorkan Dimsum itu ke mulutnya Wang Yibo.

Baru saja Wang Yibo ingin membuka mulutnya untuk memakan Dimsum tersebut, tetapi Bai Lu lebih cepat menarik Dimsum dan menyuapkan ke mulutnya sendiri.

"Ah ... Jiejie!" protes Wang Yibo yang terlihat lucu di mata Bai Lu.

"Ini kan tadi katanya untukku, masa kau ingin makan juga, hmm?" balas Bai Lu yang menahan tawa dengan tersenyum menggoda.

"Sudahlah Jie! Kalau begini mood-ku tidak akan membaik."

Bai Lu tersenyum lalu kembali hendak menyuapkan Dimsum itu ke mulut Yibo. "Ayo buka mulutnya a ...."

Meski wajah Wang Yibo masih terlihat belum ikhlas, tetapi ia tetap menerima suapan dari kakaknya itu. Hal itu pun memancing tawa Bai Lu, "Sepertinya ada yang sudah tidak ngambek lagi?"

Baru Wang Yibo ingin menjawab Bai Lu, ia lebih dulu terdistraksi dengan getar ponselnya dan segera saja ia membaca pesan yang masuk. Ternyata itu pesan dari Haoxuan yang mengatakan balapan mereka batal karena mendadak ada polisi yang datang untuk membubarkannya.

Segera saja Wang Yibo memeluk Bai Lu. "Xiexie¹⁰, Jiejie!" serunya kegirangan.

"Sama-sama. Tapi, kenapa sampai harus seperti itu? Kan ini hanya Dimsum."

"Ini bukan soal Dimsum, Jie⁷. Tapi ini karena Jiejie melarangku pergi, sebab jika aku pergi papa dan mama pasti tahu aku suka balapan. Teman-temanku dibubarkan oleh polisi dan mereka dibawa ke kantor polisi."

Mendengar itu, Bai Lu tersenyum bangga. "Hmm ... untung kau menurut, kan?"

Wang Yibo menganguk dan tersenyum.

Note :
7. Jiejie : Kakak perempuan
10. Xiexie : Terima kasih

Immortality ( ZhanLu Fan Fiction ) [ Open Pre-Order ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang