Monika Renjani

35 3 0
                                    

Sore ini Monika mencari sepupunya Nindi, mereka berjanji untuk pulang bersama karena Monika kehilangan motornya kemarin sore masuk ke bengkel. Kakinya menyusuri jalanan di fakultas pendidikan, sebenarnya Monika tidak terlalu mengenal denah kampusnya walaupun kampusnya itu tidak terlalu luas jarak antar fakultas.

Gedung di hadapannya kini tengah ramai, Monika memutar bola matanya dengan malas. Kenapa fakultas ini ramai sekali? Ia menghubungi Nindi agar mengetahui posisi gadis itu sekarang. Ternyata sepupunya itu tengah menonton keributan yang berlangsung di lantai tiga gedung jurusan pendidikan bahasa.

"Haduh Nin, cepat turun! Gausah diurusin itu," Ucapnya saat panggilan berlangsung.

Tapi Ia begitu mengenal Nindi yang haus info soal keributan. Ia menaiki tangga menuju keramaian. Yang Monika lihat hanya Ketua BEM Fakultas Teknik yang bersumpah dengan almamaternya. Ia menggeleng pelan percintaan anak kuliah itu sudah dipahami.

Tangan Monika menarik lengan Nindi yang merekam kejadian itu. Tanpa basa-basi Ia menarik gadis itu dari kerumunan.

"Pulang Nin, gue laporin lu ke mami," Ancam Monika

"Iya kak Mon. Nindi antar pulang tapi jangan bilang ke mami Nindi ngomporin orang hehe," Monika hanya mengangguk dan memakai helmnya. Setelah itu dengan enteng ia naik di jok motor Nindi dan melesat pulang bersama.

"Tadi itu sampai kak Ginanta datang sih?" Tanya Monika.

"Itu kak, cowo tadi itu putus dengan cewenya. Karena dia difitnah, dia dibela sama Kak Ginanta, karena si cewek yang selingkuh," Jelas Nindi.

Monika hanya mengangguk paham dengan penjelasan Nindi. "Kakak besok masuk jam berapa?" Tanya Nindi kali ini.

"Siang kok, besok kakak naik angkot aja," Jawab Monika

"Oke kalau gitu," Ucap Nindi lalu ia lanjut mengendarai motor dengan tenang.

Sampai dirumah Monika merasa lesu, sebenarnya ia benci untuk pulang. Alasan pertama adalah, ia adalah anak yang tidak dianggap dirumah. Monika punya dua saudara laki-laki dirumahnya, dan ya ia seperti anak tiri dirumah.

Selama ini Monika tidak pernah menuntut apapun pada orang tuanya selain perhatiannya. Terutama ibunya, entah memang Monika yang salah atau dirinya bukan putrinya ia tidak pernah memberi Monika perhatian lebih.

Setelah mengganti pakaiannya Monika melihat kalender. Ia bisa membayar biaya perbaikan motornya dibengkel besok. Jadi nanti malam ia tinggal menghitung uangnya.

Sepulang kampus tugas Monika adalah mengerjakan pekerjaan rumah. Setelah makan malam ia akan mencuci piring dan membersihkan rumahnya. Terkadang adiknya mengacaukan pekerjaannya. Tapi Monika sudah biasa akan hal itu, ia tidak bisa marah karena tidak akan ada yang mendengarkannya.

Di pukul sembilan malam Monika melewati ayahnya yang masih duduk di sofa ruang tengah dan berjalan masuk ke kamar. Gadis itu membuka lemari pakaiannya dan mencari uang yang ia sisihkan untuk membayar biaya perbaikan motornya.

Namun ia tidak menemukannya, ia menggeledah seluruh kamarnya untuk mencari uang itu. Tapi nihil, tidak ada selembarpun yang terlihat di matanya. Ia berjalan keluar dari kamarnya dengan menahan emosinya.

"Siapa yang habis masuk di kamar kakak?" Tanya Monika

Ibunya hanya menoleh pelan tanpa ekspresi. "Kayaknya adek tadi ke kamar kamu mau pinjam spidol," Jawab ibunya

Monika berjalan dan mengetuki pintu kamar adiknya hingga sang pemilik kamar keluar. "Ada apa sih kak?" Tanya adiknya.

"Kamu ke kamar kakak? Kamu buka lemari ya?" Tanya Monika, adiknya menggeleng dengan cepat untuk mengelak. "Yang buka lemari kakak mah abang! Bukan adek," Jawab adiknya

SejoliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang