Keluarga

22 2 0
                                    

Semenjak putus dari Jerry, hubungan Monika dan keluarganya mulai membaik. Ia selalu teringat Aditya yang bilang bahwa ia juga ingin jadi Monika yang keluarganya utuh. Walau tidak banyak berubah, seperti ibunya yang tetap mengutamakan putra sulungnya dibanding Monika dan adiknya.

Tidak masalah, sembilan belas tahun hidup seperti itu sudah membuat Monika terbiasa dengan ibunya yang memanjakan kakaknya. Siang itu Monika dan adiknya tengah berebut remot televisi karena beda pendapat.

"Udah ih, kakak lagi dong yang nonton barbie!" Ucap Monika yang berusaha menarik remot dari tangan adiknya.

"Ih kak! Rabbit Invasion lebih bagus! Lagipula adek duluan!" Kata adiknya yang tidak mau kalah.

Aksi tarik-menarik dan adu mulut terjadi hingga sang ayah datang menengahi keduanya. Adiknya mengadu bahwa ia lebih dulu menyalakan televisi dan ingin nonton kartun favoritnya. Begitu juga Monika yang menjelaskan bahwa ia ingin menonton kartun favoritnya. Sang ayah melirik sejenak ke televisi, setelah itu ia tertawa kecil dan meminta remot.

"Kartun kalian itu satu saluran, ngapain rebutan. Ya tuhan...," kekeh ayahnya. Monika dan si bungsu saling melihat satu sama lain dan merasa canggung. Lalu keduanya duduk di lantai sambil memakan cemilan bersama.

Untungnya keluarga yang sederhana ini membuat Monika bahagia apa adanya. Ia bersyukur ayahnya adalah orang yang mencintai pekerjaannya tapi selalu ada waktu dirumah. Monika tidak perlu khawatir kekurangan perhatian dari ayahnya.

"Kakak, abang udah pulang kerja?" Tanya ayahnya pada Monika.

Monika baru tahu, bahwa pemuda berusia dua tahun lebih tua darinya itu akhirnya punya pekerjaan. Ia bingung bagaimana menjawab itu, karena dia sendiri tidak dekat dengan kakaknya. Untungnya si bungsu yang sering dirumah menjawab pertanyaan ayah.

"Belum, katanya nanti malam baru pulang. Soalnya kalau hari ini toko sibuk," jelas adiknya.

Monika rasa dirinya sangat jauh dari rumah karena tidak tau kalau kakaknya itu akhirnya bekerja. Lagipula tumben sekali anak manja itu mencari kerja, Monika pikir ibunya tidak akan membiarkan putra kesayangannya menginjakkan kaki diluar rumah.

Belakangan ini Monika ingin makan soto, soalnya soto di warung Aditya sangat lezat. Dengan inisiatif Monika mengajak adiknya makan bersama di warung soto milik Aditya, namun adiknya menolak dengan alasan tugas dan hanya menitip satu porsi untuknya.

Sesampainya disana warung dalam kondisi ramai. Monika duduk di tempat yang kosong setelah memesan soto ayam dan minuman. Pesanan miliknya kini diantar oleh Aditya ke mejanya, dengan senyum manis. Entah kenapa Monika merasa ada yang aneh dengan senyuman Aditya. Ia menghempas pemikirannya ketika Aditya beranjak dan membawakan pesanan ke meja lainnya.

Monika menyadari ada beberapa hal baru, bahwa warung ini semakin luas. Dan kini ada suami Kinan yang juga ikut mengurus tempat ini. Tentunya mereka pasti akan merekrut pekerja untuk meringankan tugas. Setelah selesai Monika memesan beberapa porsi soto untuk orang dirumah.

Sesampainya di rumah, Monika langsung menuju keruang makan untuk meletakkan soto. Ia berjalan ke ruang keluarga dan melihat kakaknya tengah menonton acara gosip di televisi.

"Mama sama papa mana?" Tanya Monika. Canggung rasanya memulai pembicaraan dengan kakaknya itu. Monika kurang menyukainya karena ibunya selalu memberi perhatian lebih pada kakaknya sedari kecil.

"Kerumah mami, lagi pengen kumpul katanya. Oh iya, ke sini dulu," ucap kakaknya lalu memanggil Monika mendekat.

Ia mendudukan dirinya di sebelah kakaknya. Kemudian pemuda itu mengeluarkan dompetnya dan sejumlah uang dari sana.

"Maaf buat uang kamu sebelumnya, hari itu kakak kelilit hutang sama temen. Ini uang kamu, buat jaga-jaga," ucap kakaknya. Monika jadi tidak enak padanya, ia tiba-tiba merasa keterlaluan di malam yang terjadi beberapa waktu lalu.

"Saat kamu pergi dari rumah dan kerja di toko Nindi, abang sadar kamu kerja keras demi gak ngerepotin mereka," sambung kakaknya melihat Monika yang terdiam. Pemuda itu juga kembali menjelaskan bahwa ia merasa bahwa dirinya membuat sang ibu jauh dari Monika.

Perasaan Monika teraduk jadi satu membuat kepala dan hatinya berkecamuk. Sang kakak menepuk bahunya pelan. "Motor sekarang nanti kita bawa ke dealer, mama ada rencana surprise motor buat kamu," sahut kakaknya.

Rasanya Monika sedang bermimpi, ini benaran kakak dan ibunya yang selalu meremehkannya? Terlebih membelikannya sepeda motor baru rasanya mustahil. Monika hanya mencoba mencerna hal itu, di depannya sejumlah uang dan buku rekeningnya yang diberikan oleh kakaknya. Sang kakak telah beranjak ke dapur untuk memakan soto yang Monika beli.

Rasa sesak di dadanya dan perih di matanya, membuat mata gadis itu berkaca-kaca. Ia pikir selama ini sang ibu, tidak mempedulikannya. Ia berpikir bahwa dirinya adalah anak yang selalu dibencinya, dan hanya ada si sulung di mata ibundanya. Tanpa disadarinya sang kakak tengah tersenyum memandang adiknya yang membelakanginya.

Semenjak itu semua berubah, keluarga mereka kini adalah keluarga yang hangat, keluarga impian Monika. Kini setiap pulang kuliah, makanan telah tersaji dan semua orang menunggunya di meja makan kecuali ia pulang sore. Hubungan Monika dan kakaknya semakin dekat. Bukankah itu hal yang pantas Monika dapatkan?

Sebenarnya seluruh anggota keluarganya sadar bahwa Monika selama ini memendam perasaannya dan bebannya sendirian. Bahkan sang ibu tahu bahwa keluarga mereka telah direndahkan namun Monika menutup mulut akan hal itu.

Mereka tau, bahwa Monika dan Jerry tidak setara. Hinaan dan tatapan rendah dari keluarga Jerry ia pendam sendirian. Jika bukan dirumah ini kemana Monika harus pulang?

Malam itu Monika dan kedua saudaranya tengah makan bersama di gazebo belakang rumah. Mereka saling berbagi cerita, karena mereka sadar selama ini mereka bagaikan orang lain yang dipaksa tinggal serumah.

Hingga di bagian terakhir kakaknya bertanya tentang Jerry. Dan Monika pun menceritakan hal yang membuat hubungannya dengan Jerry harus berakhir, dimulai dari ibunya yang tidak suka karena mereka bukan keluarga berada, dan kembalinya Risti diantara mereka.

"Dengar ya Mon, kamu ini cewe hebat. Kamu bisa jadi perempuan yang memiliki prestasi dan memiliki manfaat buat orang lain. Lagipula jadi seorang akuntan perusahaan lebih berguna dari pemerintah yang makan uang rakyat," jelas kakaknya sambil meneguk sekaleng minuman soda.

"Bener kak, kakak emang pantas dapat kehidupan yang baik. Tapi di keluarga yang memandang orang dengan harta kakak gak pantas, lebih baik kakak nikah sama pemilik toko kelontong," timpal adiknya.

Monika mengangguk setuju, "bener, lagipula aku sadar kalau aku bisa berprestasi dengan kemampuanku," ucapnya dengan percaya diri.

"Eh, Mon. Soto kemarin-kemarin beli dimana?" Tanya Kakaknya.

"Ada, temenku yang punya nanti aku kasih deh nama warungnya," tutur Monika.

Inilah Monika Renjani yang baru, dengan kehidupan yang jauh lebih bahagia dibanding sebelumnya. Inilah yang menunjukan doa dari namanya, nama yang penuh kebahagiaan dan kebaikan bagaikan matahari terbit diantara kabut gunung rinjani.

Terimakasih pada tuhan yang memperbaiki hidupnya, terimakasih karena keluarganya benar-benar terasa seperti keluarga. Monika harap semua akan seperti ini seterusnya.

SejoliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang