Demi Nindi

18 3 0
                                    

Waktu yang diberikan pada band Aditya kini tinggal seminggu lagi. Jika tidak maka penampilan mereka di acara ulang tahun kampus akan dicoret oleh panitia. Aditya buru-buru mencari vokalis pegganti Risti.

Beberapa kali Aditya mendengar pembicaraan kurang enak dari pihak panitia. Bahwa masalah antara Risti dan Aditya berpengaruh. Aditya ingat saat ospek Nindi pernah menyanyi karena dihukum. Dari kelasnya ia menuruni tangga ke lantai lima untuk mencari Nindi.

Namun saat sampai disana teman sekelas Nindi mengatakan bahwa gadis itu tengah kurang sehat. Aditya tidak menyerah dengan mengirimi pesan pada gadis itu. Benar saja, gadis itu tidak bisa menerima tawaran demi menyelamatkan dirinya.

Namun saat gadis itu memberikan rekomendasi pada Aditya wajahnya menjadi puas. Ia segera kembali ke kelasnya untuk menyelesaikan kuliahnya. Setelah itu ia mengambil motornya di parkiran dan mengendarai motornya ke fakultas bisnis dan ekonomi.

Ia memarkirkan motornya dan menunggu Monika sambil meminum air mineral. Setelah lima belas menit ia melihat Monika berjalan ke arahnya.

"Monika!" Sapa Aditya sambil berlari kecil ke arah Monika.

"Ada apa Dit?" Tanya Monika.

Jika menawarkan pasti Aditya ditolak, maka dari itu Aditya mencari cara agar terlihat maksa. "Jadi gini, di ultah kampus band butuh vokalis baru. Lo gantiin Nindi ya? Dia sakit soalnya," Ucap Aditya.

"Nyanyi, maksud lo? Waduh gue ga pernah nyanyi lagi Dit," Jawab Monika dengan senyum getir.

Bukan tanpa alasan Monika punya cerita sendiri soal itu. Terakhir kali ketika ia menang lomba menyanyi tidak ada yang mengapresiasi kemampuannya, itu membuat Monika berpikir bahwa bakatnya itu tidak akan membuat orang tuanya memberi perhatian padanya.

Tentu saja, anak kecil mana yang tidak sedih ketika ibunya bersikap acuh atas pencapaiannya. Di sisi lain ia mengingat Nindi, ia berutang terlalu banyak pada Nindi. Bahkan saat ini Monika masih numpang dirumah gadis itu bila ada masalah.

Baiklah, Monika akan melawan traumanya demi Nindi. Gadis itu selalu membantu dirinya sepenuh hati. Monika menepuk lengan Aditya dengan perlahan.

"Gue bakal ganti Nindi, kasih tau aja ya jadwal latihannya," Kata Monika.

Aditya tersenyum senang. "Mon, gue traktir soto deh! Makasih loh ya!" Ucap Aditya. Monika yang tengah memakai helmnya terkekeh kecil.

"Iya Dit. Gue mau jemput adek gue dulu," Pamit Monika lalu mengendarai motornya dan meninggalkan area kampus. Begitu juga Aditya yang langsung menuju warung, disana sudah ada Ginanta dan Mbak Kinan yang tengah bercengkrama karena pelanggan belum datang.

"Udah selesai kuliahnya?" Tanya Ginanta

"Iya mbak, udah. Hari ini kakak istirahat ya, soalnya besok kan mau sidang," Ginanta mengangguk paham, adiknya begitu memikirkan kesehatannya.

Sore itu saat Aditya sedang melayani pembeli datang dua orang yang sangat ia tidak sangka. Siapa lagi jika bukan Risti dan Jerry, ia menghela nafas berat, ia masih mencoba menyesuaikan dirinya untuk saat ini.

"Eh kak Adit. Kakak kerja disini?" Tanya Risti. Jika diperhatikan dari tatapan mata Jerry dan Risti sendiri seperti ingin menertawakan Aditya yang tampil dengan kaos oblong dengan kain lap ditangannya untuk membersihkan meja.

"Gak, ini punyaku dan kakakku," Jawab Aditya. Tau rasa sakitnya ditinggalkan tiba-tiba dengan tuduhan tak beralasan? Aditya merasa perasaanya masih bergetar pada gadis itu.

Jerry hanya mengangguk dengan senyuman remeh. Ia memesan dua mangkuk soto, untuk dirinya dan Risti. Sedangkan Aditya memilih membereskan meja yang kosong dan membiarkan Kinan yang menyajikan keduanya.

SejoliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang