Ulang Tahun Kampus

28 1 0
                                    

Hari yang ditunggu telah tiba. Hari ini seluruh perkuliahan diliburkan untuk ulang tahun kampus. Di ruangan kelas terdekat dari panggung Aditya dan kawan-kawan tengah berlatih untuk pembukaan.

Terdengar suara merdu Monika yang sedang berlatih dari dalam ruangan. "Monika, kuncinya turun sedikit. Supaya gak melengking," Koreksi salah satu diantara mereka.

Monika mengangguk, ia kembali menarik nafasnya dan mencoba dari awal latihannya. Aditya sendiri tiba-tiba termangu melihat Monika, gadis itu sudah memberi segala usaha terbaiknya.

Semesta pasti melindungi sejoli...

"Bagus Mon!" Puji Aditya.

Setelah 30 menit berlalu akhirnya mereka naik ke panggung. Panggilan dari pembawa acara membuat rasa gugup Monika meningkat, gadis itu menekan dadanya agar jantungnya tidak berdetak terlalu cepat. Perlahan ia menaiki tangga di panggung dan mengambil mikrofon.

Kamu pasti bisa Monika. Ia terus mendukung dirinya, jika bukan karena dirinya setidaknya demi nama baik Nindi. Akhirnya musik pun dimulai lagu yang mereka bawakan untuk kali ini adalah 'Sejoli'.

Takkan ada yang membuat pudar
Rasa ini kepadamu...
Seperti yang dulu...

Teriakan penonton terdengar saat Monika bernyanyi. Disana ada Nindi yang rela sehat demi melihat penampilan Monika. Sementara Aditya sendiri terfokus pada Monika, entah kenapa ia jadi ingin memperhatikan gadis itu.

Semesta pasti melindungi sejoli
Turun dari langit...
Ya itu kamu...

"Monika! Sudahi patah hatimu!" Teriak Nindi dari barusan penonton. Mendengar itu banyak sorakan yang diberi pada Monika.

Sementara kau ada disini...
Kuharap itu pun kan abadi...
Rasuki kepalaku sekarang...
Tapi ku tak dapat menahan rasaku
Padamu...

Biasanya jika mendengar lagu ini Aditya akan mengingat Risti. Karena rencananya lagu ini akan Risti bawakan. Namun, ia malah teringat saat awal ia bertemu Monika. Mengingat bagaimana gadis itu menangis, dan mengira dirinya adalah tukang ojek online.

Setelah selesai tampil, Aditya mengambil alih mikrofon. "Terimakasih atas antusiasmenya. Semoga kalian dipertemukan dan menjadi sejoli yang ditakdirkan oleh langit," Ucap Aditya.

Kata-kata puitis barusan membuat sorakan dari beberapa anak jurusan teknik terpecah. Beberapa menyoraki Aditya dan Monika, betapa serasinya dua orang yang berdiri di panggung itu. Setelah beberapa sambutan akhirnya keduanya tampil membawakan beberapa lagu.

Setelah turun panggung seluruh perhatian Aditya terfokus pada Monika. Ia melihat senyuman dan tawa lepas gadis itu saat diberi banyak ucapan dan pujian atas penampilan mereka di panggung. Monika sendiri menepuk pelan pundak Aditya.

"Makasih ya Adit," Ucap Monika

"Makasih?" Tanya Aditya heran sambil menggaruk tengkuknya. Dan gadis itu menangguk lucu dan tersenyum tipis.

"Iya. Pertama, gue berhasil membuktikan gue bisa ngelawan trauma gue soal menyanyi. Dan kedua, gue puas banget ngelihat ekspresi Risti tadi!" Kata Monika sambil berkacak pinggang dengan bangganya.

"It's okay, you do your best," Sahut Aditya. Kemudian datang Nindi yang berlari ke arah keduanya sambil membawa sekotak brownies di tangannya.

Monika tersenyum, Nindita selalu tau hal favoritnya. Gadis itu bahkan lebih mengenalnya dibanding kakak kandungnya sendiri. Nindi adalah tempat cerita terbaik untuk Monika, di saat ada konflik besar maupun kecil di hidupnya.

Sayangnya, siapapun di dunia ini tidak ada yang sempurna, termasuk Nindi dan dirinya sendiri. Keluarga harmonis, dan kehidupan yang menyenangkan adalah hal yang paling Monika inginkan dari kehidupan Nindi. Namun sayangnya gadis itu, tak sempurna. Ya penyakit jantung yang ia derita adalah tantangan terbesar di dalam hidup Nindita.

Melihat gadis itu Monika kembali bersyukur dengan dirinya yang sehat. Ya, ditengah keramaian acara ulang tahun kampus tiga orang itu menikmati acara dengan makan brownies bertiga. Selesai makan Aditya izin pulang duluan. Sedangkan Monika dan Nindita masih menikmati acara walau sudah hampir tengah malam.

"Kak Monik, Kak. Tau gak muka Risti merah banget pas liat kakak nyanyi sama kak Adit! Tapi aku gak liat kak Jerry," Kata Nindita, respon dari di gadis hanya mengulum tipis bibirnya.

"Terserah aja Jerry mau gimana, ya emang sih keliatan kalau dia dihujat. Lagian, salah sendiri," Kata Monika. Ini terdengar kasar? Biarlah, Monika sangat kesal pada gadis bernama Risti itu!

Di sisi lain Aditya sedang menyalakan mesin motornya dan bersiap untuk pulang. Namun siapa yang tidak kaget di malam yang larut begini lengannya di sentuh tiba-tiba?

"Aaa!" Teriak Aditya yang kaget. Hampir saja pemuda itu memikirkan skenario horror di kepalanya.

"Maaf kak, gak sengaja," Ucap orang itu. Walau gelap, dari suaranya Adit tau itu Risti.

"Ada apa Risti?" Tanya Aditya sambil memakai helm, pemuda itu mencoba mengabaikan Risti.

"Ayo b-balikan kak," Tutur gadis itu terbata. Adit mematung mendengarnya, ia kaget dengan pernyataan Risti barusan.

Ia menghela nafas berat dan naik ke jok motornya untuk mengeluarkan motornya dari parkiran. Sebelum pergi ia menoleh pada Risti. "I forgive you. It's not mean we make up, Ris," Jawab Aditya.

Tapi gadis itu terlihat kukuh dan kembali menghadang Aditya. "Kak, dengar dulu," Lirih Risti.

"Risti, Jerry lebih baik dan lebih sempurna dari aku," Kata Aditya.

"Tapi ayah aku gak suka sama keluarga kak Jerry," Jelas Risti. Aditya meremas kuat stir kirinya.

"Itu bukan urusanku, kita gak sama Ris. Aku cuma yatim piatu miskin dan gak akan bisa bersanding sama kamu seorang anak jenderal," Jelas Aditya.

Pemuda itu melihat jam yang semakin larut dan menawarkan tumpangan pada Risti. Dalam hati dirinya berjanji ini yang terakhir, ya ini yang terakhir. Jujur di perjalanan hanya Risti yang berbicara. Gadis itu bercerita bahwa ayahnya tidak ingin Risti dekat dengan Jerry.

Gadis itu menjelaskan bahwa ayahnya berpikir bahwa ibu Jerry akan memanfaatkan ayahnya demi jabatan ibu Jerry di pemerintahan. "Kalau kamu sayang Jerry, kamu harus berjuang," Ucap Aditya saat sampai di depan rumah Risti.

Setelah gadis itu turun Aditya menarik gas laju tanpa sepatah kata pun dan menjauh. Di jalan bukannya terpikir ajakan Risti, Aditya tiba-tiba merasa bersalah pada Monika. Entah kenapa ia merasa harus menjelaskan ini pada Monika.

Saat membuka pintu rumah yang langsung menuju ruang tamu sekaligus ruang keluarga dimana ada kakaknya yang tertidur di sofa dengan televisi yang menyala. Aditya menepuk pipi kakaknya pelan untuk meminta gadis itu pindah ke kamar.

Setelah itu ia mencuci kakinya dan berjalan ke kamar. Dan melihat bahwa Monika masih online dan dengan segera ia menelpon gadis itu. Ia menjelaskan apa yang terjadi padanya dan Risti agar Monika tidak salah paham. Respon Monika? Tentu saja tertawa, mereka hanya teman seharusnya Monika tidak bereaksi berlebihan kan?

Ya gadis itu berpikir, mungkin agar Monika tau bahwa Aditya adalah teman yang baik. Dan tidak membuat Monika berpikir bahwa semua orang meninggalkan dirinya. Monika jadi kepikiran dengan kata-kata Nindi yang tertidur lelap di sampingnya.

"Kak! Kayaknya kakak sama kak Adit cocok!"

"Sesuai loh kayak lagu tadi pagi... Sejoli!"

Sial, Monika malah jadi tidak fokus bahkan saat Adit menutup telpon. Kenapa malah begini? Sudahlah, ia hanya berteman baik dengan Adit. Tidak ada yang spesial diantara mereka.

Menurut Nindi, mungkin sekarang mereka tidak ada apa-apa. Tapi, siapa yang tau rasa dan takdir yang bisa saja penuh alur ajaib?

SejoliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang