Sunyi sangat mengenal Regas, temannya yang keren itu memiliki banyak daya tarik. Semenjak Sunyi diterima di kampus yang ada di Kota, ia sudah jarang sekali berhubungan dengan Regas. Sunyi bahkan tidak terlalu paham apa yang Regas lakukan setelah lulus. Anak itu seperti hilang tanpa kabar. Atau mungkin Sunyi lah yang menghilang dalam kasus ini.
Rumah Regas sudah di depan mata, hanya tinggal berjalan 100 meter lagi dan ia akan melihat Regas. Lelaki itu sedang membuat pagar kayu di depan rumah.
"Regas!" Sunyi sudah lama tidak memanggil nama itu, entah mengapa rasanya lucu, ia bahkan ingin tertawa. Tapi tidak Sunyi pungkiri ada rasa kosong yang kemudian terisi saat melihat Regas. Teman SMA yang ia rindukan. Jika ini masa depan, di tahun 2023 bagaimana kabar Regas ya? Lelaki itu memiliki karisma yang tidak main-main. Pasti dia akan memiliki banyak pengalaman percintaan atau sedang mengencani seseorang, seperti gadis kota yang sopan atau gadis di desanya yang paling cantik.
Regas menoleh, memandang Sunyi sebentar kemudian kembali pada pekerjaannya. Tangan lelaki itu dengan sabar memaku bagian-bagian kayu yang diperlukan.
"Heh Regas!" Sunyi tidak terima dengan reaksi risih Regas. Dia jadi menyesal sudah merindukan Regas. Apa-apaan reaksi terganggu begitu.
"Ngapain?" Regas bertanya tidak berminat tanpa memandang Sunyi. Membuat Sunyi makin naik pitam. Kelakuan macam apa itu, dengan gemas Sunyi mendekat untuk menempeleng kepala Regas.
"Aduh! Apaan sih ah."
"Emang kamu gak kangen aku. Kita udah lama gak ketemu tau." Ucap Sunyi. Regas tertawa hampir terbahak.
"Dua minggu doang! Lama apanya?" Oh Sunyi baru ingat jika ia terjebak di tahun 2019. Ah sialan, kenapa jadi Sunyi menerima prank ini sebagai kejadian yang nyata.
"Regas, ini tahun berapa?" Ucap Sunyi.
Regas menghela nafas mendengar pertanyaan konyol begitu. "Gak ada kalender emang di rumahmu?"
Sunyi mendengus ikut jongkok di samping Regas, mengamati kegiatan Regas membuat pagar dari kayu dan ada beberapa bambu juga di sana. Entah untuk apa.
"Ini tahun 2023, kan?" Sunyi masih ingin memastikan sebelum bertanya dimana Pak Agas. Lagipula dilihat dari keadaan rumahnya, beliau sepertinya tidak ada.
Regas yang mendengar pertanyaan tidak masuk akal itu memilih memandang Sunyi dengan tatapan malas. Lelaki itu tau sekali kebiasaan Sunyi, suka halusinasi. Sebelum liburan, gadis itu sering bilang ingin hidup di pulau Paradise dan menjadi titan yang tidak memiliki emosi, tidak berpikir dan tidak bekerja. Sungguh impian yang luar biasa, sampai-sampai membuat Regas takjub saat mendengarnya.
"Mau apa? Bilang aja. Aku lagi sibuk."
"Ayahmu...." Sudah cukup. Regas membuang palunya. Menatap Sunyi dengan pandangan gemas lebih ke gregetan sih. Makhluk macam apa Sunyi ini. Kenapa Tuhan harus mengirimkan Sunyi di saat ia sedang memiliki kegiatan damai membuat pagar.
"Laki-laki banyak kali. Kalo kamu sama ayahku, Ibuku sama siapa?" Sunyi memicing tidak suka.
"Apa sih. Aku lagi nyari Pak Agas. Dimana beliau?" Sunyi celingukan.
"Ngapain nyariin Ayahku?" Sunyi sudah siap menjelaskan, ini akan menjadi penjelasan panjang. Tidak apa, Sunyi mungkin akan disangka gila tapi dia memang mengalami hal aneh.
"Oke, dengerin baik-baik!" Regas yang melihat wajah serius Sunyi akhirnya memilih untuk ikutan serius. Sial sekali kenapa Sunyi jadi terlihat tidak main-main begini. Apakah benar-benar ada masalah serius? Sunyi yang doyan menkhayal itu? Punya masalah serius?
"Jadi tadi pagi kan aku naik bus dari kota ke sini, trus aku turun tuh udah sampe. Udahnya aku ke minimarket beli jajan dan lanjut pulang ke rumah jalan kaki. Nah aku ketemu Pak Agas sama orang baru di rumah horor..."

KAMU SEDANG MEMBACA
Pancaroba
FanficSunyi memutuskan berlibur ke kampung orang tuanya, meninggalkan sejenak kepeningan di kota dan melupakan kesehariannya sebagai mahasiswa. keputusan itu membawanya bertemu dengan Biru, lelaki yang luar biasa cantik parasnya bagai lukisan indah yang a...