Hari itu kelas Sunyi digemparkan oleh kejadian pernyataan cinta yang begitu menggelikan, setidaknya bagi sebagian besar murid di kelasnya. Namun, tidak untuk Sunyi yang tampak sangat bersemangat mengabadikan momen pernyataan cinta tersebut. Omong-omong Sunyi baru saja membeli sebuah kamera dari Regas. Lelaki penggemar buku dan fotografi itu memiliki banyak koleksi kamera dan yang Sunyi pakai ini adalah salah satu koleksi Regas yang berhasil ia beli dengan harga murah. Sunyi bertepuk tangan saat tembakan cinta itu diterima dengan baik.
Sunyi menghabiskan waktu selama sebulan ini dengan kegiatan yang cukup monoton. Ia mulai merasa nyaman dengan dunia baru tapi lama juga, Sunyi bingung menjelaskan perasaan semacam itu. Ia merasa baik-baik saja akhir-akhir ini.
Sepulang sekolah Sunyi melakukan ekpedisi ke tempatnya biasa merenung, ingat sungai kecil di belakang area sekolah yang menjadi tujuan pertamanya pada hari ia terjebak di masa lalu. Entah mengapa Sunyi ingin kembali ke sana. Ia sedikitnya juga mulai melupakan perasaannya terhadap Si Guru SMP meskipun ia tetap secara rutin mengunjungi serambi rumah pria tampan itu untuk membaca buku. Minatnya terhadap membaca akan terus menyala. Tentu saja, cinta ditolak akan menjadi alasan paling konyol jika karena itu ia tidak ingin membaca lagi.
Sunyi sibuk memotret tempat-tempat bagus di sekitarnya entah itu pohon, sawah, sungai dan hal-hal lain yang menurutnya perlu diabadikan. Regas berjalan menuntun sepedanya mendapati Sunyi yang sedang tergila-gila menggunakan kamera baru.
"Gak ke serambi?" Tanya Regas, lelaki itu sudah berganti pakaian dan memang niatnya mau ke rumah Biru, membaca buku.
"Hari ini gak dulu, mau foto-foto!" Teriak Sunyi, mereka berada dalam posisi yang lumayan jauh memang, setelah itu Regas mengangguk dan menaiki sepedanya. Meninggalkan Sunyi dengan kegilaan sesaatnya terhadap kamera baru.
Melihat kepergian Regas, Sunyi jadi mengingat obrolan keduanya beberapa hari lalu saat jam kosong dan Sunyi memutuskan untuk menyelinap ke gedung SMP. Tapi tanpa disangka aksinya itu diketahui Regas, sebagai siswa OSIS tentu Regas melarangnya untuk melanjutkan aksi menyelinap tersebut dan berakhir mereka berdua menghabiskan waktu di belakang gedung SMA.
"Ngapain ke SMP? Bumi sakit?" Regas bertanya, ia baru kembali setelah membeli minuman botol untuk keduanya, dengan mengancam akan memberikan poin besar jika Sunyi kabur membolos, Sunyi benar-benar tidak berani berkutik dari tempatnya.
Sunyi melirik Regas, berpikir apakah temannya ini perlu untuk ia beritahu mengenai perasaan naksirnya terhadap Biru. Setelah menimbang-nimbang Sunyi akhirnya memutuskan untuk memberitahukan hal tersebut. Lagipula Regas adalah teman dekatnya.
"Mau liat gebetan"
"Anak SMP? Yang bener aja? Gila ya?" Sunyi mendengus, ia meminum air mineralnya.
"Gurunya, Pak Biru" Kali ini Regas hampir tersedak, ia terkejut. Tidak, sangat terkejut sampai-sampai tidak tau harus memberi reaksi seperti apa. Sunyi tertawa saja, mencairkan suasana tangannya menepuk bahu Regas santai.
"Ih biasa aja dong. Kan cuma naksir..." Sunyi berpikir mungkin akan sangat memalukan jika ia mengatakan bahwa Sunyi sempat menyatakan cinta dan berakhir ditolak, sehingga gadis itu menelan bulat kata-kata itu untuk dilontarkan. Sunyi tidak akan membuat dirinya malu lebih dari ini.
"Naksir yang masuk akal dikit dong, umur dia udah tua." Regas memang tipe orang yang blak-blakan tanpa diminta sehingga hal ini sudah menjadi lumrah jika Regas memberi komentar dengan ceplas ceplos. Sunyi tertawa lagi, dalam hatinya menyetujui hal itu. Tapi pesona lelaki dewasa selalu luar biasa di mata Sunyi. Mau bagaimana lagi.
"Semangatin aku dong" Sunyi tidak memiliki upaya pembelaan apapun setelahnya.
"Semangat" Regas menjawab setelah beberapa kali menghela nafas. Mungkin ini akan menjadi kisah cinta paling beresiko untuk Sunyi. Siapa juga yang akan membayangkan terjebak di 4 tahun lalu dan mendapatkan kesempatan bertemu pria tampan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pancaroba
FanfictionSunyi memutuskan berlibur ke kampung orang tuanya, meninggalkan sejenak kepeningan di kota dan melupakan kesehariannya sebagai mahasiswa. keputusan itu membawanya bertemu dengan Biru, lelaki yang luar biasa cantik parasnya bagai lukisan indah yang a...