🐼🐨🐰 : Kembar Sebenarnya

276 43 0
                                    

Matsuri matsuri~
Mainichi itoshiki nanika no
Matsuri matsuri~
Are mo kore mo ga oatari

Lagu yang terputar ditelevisi membuat Dean reflek mengangkat tangannya keatas. Mengikuti gerakan seseorang yang sedang menari didalamnya,

"Ngapain lo joget-joget?" tanya Juna.

Dean noleh lalu nyengir. "Bang Juna mau kemana?" tanya Dean balik waktu lihat Juna sudah rapih dengan pakaiannya.

"Kafe."

"Sayuran udah gue beli tadi pagi. Seperti biasa, lo potong-potongin. Nanti biar gue yang bikin gorengannya." titah Juna. Banyak yang jual gorengan di bulan puasa ini tapi Jio dan Juna lebih milih buat bikin. Makanya kalau mereka beli takjil yang dibeli selalu yang dingin-dingin.

"Dean ikut ya, Bang?"

Pergerakan Juna terhenti. "Ikut kemana?" tanyanya, lalu lanjut membenarkan tas selempangnya.

"Ikut ke kafe, bantu-bantu disana. Ya ya ya?" jawab Dean sambil tersenyum lebar.

Juna yang lihat itu jadi ikutan senyum lebar. Banyak orang yang bilang kalau Dean ini mirip sama Juna. Juna sih biasanya nggak percaya, karena yang kembar sama dia itu Jio, tapi orang-orang malah bilang miripnya sama Dean. Tapi hari ini kayaknya Juna mulai percaya sama apa yang diomongin orang-orang itu.

Juna jadi nggak rela kalau Dean tambah besar. Kalau Juna tetap mau Dean jadi kecil aja bisa nggak sih? Biar kalau kemana-mana Juna bisa gandeng atau Juna gendong. Habisnya kelakuan blangsakan Dean kalau sama kedua abangnya minim ditunjukin. Aslinya sih, ya, takut di gampar. Tapi memang sifat asli Dean itu ya kalau lagi sama abangnya itu. Kalau diluaran dia cuman so cool aja.

"Dean siap-siap bentar. Bentar kok, awas lho, Abang jangan ninggalin." peringat Dean. Bergerak mematikan tv lalu berlari menuju kamar.

"ABANG, DEAN MINTA PARFUM!"

"Elo 'kan punya Dobleh!"

"IYA TAU, TAPI DEAN MAU SAMAAN SAMA BANG JUNA!"

"Cih! Dasar bocah! Yaudah pake aja, tapi jangan banyak-banyak. Kalau banyak nanti elo gue slepet!"

"IYA, BANG!"

Juna cuman geleng-geleng kepala aja. Dia meraih kunci motor lalu berjalan menuju pintu keluar.













Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










"Abang, Dean sayang sama Abang."

Juna jengah. Berapa kali Dean ngomong begitu sepanjang perjalanan mereka ke kafe. Tadi Juna belum sempat ngegampar Dean, tapi kayaknya sekarang udah bisa karena lagi lampu merah.

"Gue gampar lo ya?"

Dean malah cekikikan. Makin pengen ngegampar aja udah.

Dean itu suka banget menjahili Juna dari dulu. Nah Junanya ini emosian kalau dijahili begitu sama Dean. Tapi Dean nggak kapok. Dia lebih memilih buat menjahili Juna daripada menjahili Jio. Soalnya kalau menjahili Jio dengan kata-kata manis gitu, kalau sama Jio bakalan ditanggapin. Jadi Dean yang pada awalnya udah siap-siap terharu sama jawaban lawannya malah berbalik jadi jijik. Mana gayanya Jio slay banget kalau udah membalas perkataan manis Dean. Dean 'kan jadi jijik abis!!!

Dari kecil yang sering jadi korban kejahilan itu sebenarnya Dean. Nah Juna ini kalau otaknya lagi bener biasanya suka jadi pahlawan buat adiknya. Alias menyelamatkan Dean dari kejahilannya Jio. Kalau misalnya otaknya lagi nggak bener ya bakalan sama aja kayak Jio kelakuannya. Nggak bakal berhenti menjahili Dean kalau Deannya belum nangis. Tapi daripada nangis Dean malah membalas mereka berdua dengan melontarkan ungkapan-ungkapan sayangnya. Tentu direspon jijik sama Juna dan dibalas dengan ungkapan sayang lagi kalau sama Jio. Ya, tapi,  gitu, ungkapan sayang Jio malah membuat Dean jijik. Udah dijelaskan 'kan alasannya diatas?

"Abang mah emang gitu 'kan? Nggak pernah sayang kalau sama Dean."

"Emang."

"Yaudah, turunin Dean disini!"

"Eh, eh, mau kemana?!" panik Juna. Nggak menyangka kalau Dean bakalan turun beneran.

"Mau naik angkot lah! Dean ke kafe sendirian aja."

"Emang lo tau kafe gue dimana?" tanya Juna bersungut-sungut. Ini memang bukan kali pertamanya Dean ikut ke kafe, tapi dia tentu nggak akan hafal sama jalan kesananya.

"Nggak." jawab Dean goblok.

Juna melengos kesal. "Naik buruan. Sebelum gue gampar beneran."

"Ngomong dulu kalau Abang sayang juga sama Dean."

"Biar apa?" tanya Juna sewot.

"Biar Dean seneng."

"Elo gue kasih seblak goceng aja udah seneng!" jawab Juna. Seperti biasa, masih sewot.

"Seblak? Yaudah, beliin kalau gitu?!!"

"Kemaren 'kan elo makan seblak?"

"Ya gapapa. Nanti pokoknya beliin ya ya ya??"

"Iya nanti gue beliin. Naik cepet! Lampu ijo tuh."

Dean langsung naik tanpa babibu.

"Bang?"

"Apalagi? Iya, nanti gue beliin." jawab Juna. Sabar banget dia ngomongnya.

"Ngomong dulu kalau Abang sayang Dean."

Brumm

"Bang Jun—"

Brumm ngeng!!

"Bang Juna, pelan-pelan woi! Ini Dean kejengkang!" teriak Dean panik.

"Bahkan gue lebih sayang elo dibanding diri gue sendiri, Dean." kata Juna pelan. Tentu Dean nggak mendengar karena Juna ngebut.

"Bang Juna, pelanin, motornya! Bangsat! Elo ngajak ribut!!!"

"Bangsat bangsat! Yang ada elo ituma yang nggak sayang sama gue! Sama Abang sendiri ngomong bangsat!"

"Minta maaf, Bang, minta maaf!!!"

Brummmm

"ARJUNA PUTRA MAHESWARI!!"
















Juna bilike :

Juna bilike :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Dean :

Dean :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Siblings [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang