🐼🐨🐰 : Tamu Tak Di Undang

614 46 0
                                    

Sekarang tepat pukul sembilan pagi. Tapi Jio sedari tadi belum mendengar suara gedubrak gubrak yang biasa terdengar dipagi hari disusul ocehan Juna dan dibalas omelan pedas dirinya.

"JUNA, BANGUN, ANJIR! BUKANNYA LO BILANG MAU BANTU-BANTU MASHIHO DI TOKO ROTINYA?!"

Nggak ada jawaban.

"JUN?!"

Jio mematikan keran air di wastaffel.

"JUNA?!"

Jio, kesal.

"ARJUNA?!"

"Wah bener-bener tuh orang!"

Jio cepat-cepat menyelesaikan cucian piringnya. Lalu dengan langkah besar dia menuju kamar Juna lalu mengetuk pintu dengan nggak sabaran.

"JUNA?!"

Jio memutar knop pintu dengan kasar. Lalu mengetuk lagi, memutar knop pintu lagi, mengetuk lagi. Kegiatannya berhenti saat Jio ingat kalau rumah ini masih rumah cicilan. Kalau pintu ini rusak, alamat di bogem mentah-mentah dia sama Heksa.

Oke, kali ini Jio mencoba untuk memelankan gerakannya. Masih seperti tadi, memutar juga mengetuk pintu berulang kali. Tapi lama kelamaan dia merasa ini sia-sia. Karena Arjuna disini bukan sosok 'Arjuna' pahlawan dan sipemanah tangguh itu. Tapi sosok yang dikit-dikit nyambat, dikit-dikit manyun, dikit-dikit nyengir, yang hidupnya di dedikasikan untuk tidur. Dengan jaminan orang-orang yang membangunkannya akan merasa dongkol karena sumpah demi apapun Juna itu kebo.

Sekali lagi. Kalau Jio nggak ingat ini rumah masih cicilan. Udah didobrak sama Jio daritadi.

"JUN-"

Pintu terbuka menampilkan Juna dengan rambut acak-acakannya dengan mata yang setengah terbuka. Disusul protesan sebagai berikut,

"Apaan dah lo? Teriak-teriak udah kayak dihutan aja. Ini masih pagi jingan." kata Juna santai. Benar-benar pakai intonasi yang sangat santai saat mengucapkannya tapi malah membuat Jio naik pitam mendengarnya.

Bener kok ini masih pagi, tapi, dahlah!

"Mandi sana! Lo liat nggak sekarang udah jam berapa?! Bukannya lo ada janji sama Mashiho hari ini?!" Jio kacak pinggang.

Kameranya ditaruh dimana? Jio mau melambaikan tangan. Nggak kuat harus begini perkara bangunin Juna tiap pagi.

Juna menggaruk kepalanya yang tiba-tiba gatal. Lalu menguap membuat Jio reflek memundurkan kepala seraya mengibaskan tangannya didepan wajah.

"Paansi, lebay! Mulut gue wangi surga tau!" Juna tersinggung. "Sama pewangi pakean lo aja masih wangian mulut gue!"

Jio mendelik. "Buru mandi anjim! Jangan sampe tuh kursi makan melayang ke muka lo ya?!" Jio mendorong Juna sekuat tenaga membuat Juna agak sedikit limbung kebelakang.

"Alah, lebay lo!" kata Juna kayak orang mabuk. Bukan. Dia bukan mabuk beneran, cuman emang palanya masih pusing aja. Maklum baru bangun tidur nyawanya belum kumpul semua. Apalagi hal yang pertama dilihat- ini kata Juna pribadi ya- 'Muka ngeselin Jio yang boleh banget buat kita tampol', katanya.

Suara pintu diketuk mengalihkan atensi Jio sama Juna yang masih berdiri diambang pintu kamar Juna.

"Tuh buka tuh!"

"Buruan mandi, sat!"

"Kayaknya nanti gue mau protes deh ke Ibu sama Bapak. Protes, buat ganti nama lo dari Arjio Putra Maheswari jadi Arjio Putra BAWELLLLLLLLLLLL Maheswari!" effort banget Juna waktu nyebut kata 'Bawel' nya sampai itu lidahnya naik nyentuh langit-langit mulut.

Siblings [completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang