Lily Putih.

72 35 12
                                    

Zera menatap pantulan dirinya pada cermin. Terakhir rambut depannya ia tarik ke belakang lalu dijepit dengan pita. Gadis itu tersenyum puas. "Cantik banget nih cewek." Zera terkikik geli kala memuji dirinya sendiri.

Gadis pemilik tinggi badan 150 itu melangkahkan kakinya keluar dari kamar.

Sekarang sudah jam delapan pagi, ia sudah siap memenuhi janjinya untuk menemui Rizky.

Zera menghela napas, kecemasan kembali menyerangnya ketika ia sudah tiba di meja makan.

"Pagi anak mama? Lho, pagi-pagi sudah cantik aja. Tumben, mau kemana?" Yunita menatap heran pada Zera, wanita itu tengah menyiapkan sarapan pagi.

Zera menarik kursi meja makan lalu segera duduk dan mulai mengambil makanan.

"Ma, Zera mau keluar jalan-jalan." Zera gugup, tapi ia berusaha untuk terlihat santai.

"Jalan-jalan kemana? Sama Rara, yah?" tanya Yunita.

Zera meraih secangkir air putih lalu meneguknya, ia kemudian tersenyum kikuk. "Belum tau, ma. Em ... sama Reza ...."

Yunita yang tengah menikmati makanannya, seketika mengangkat pandangan menatap Zera. "Reza siapa?" tanyanya kemudian.

"Teman Zera, ma."

Alis Yunita bertaut seperti tengah memikirkan sesuatu. "Mama baru tau kalau kamu punya teman cowok."

"Dia teman baru Zera, ma," jawab Zera.

"Selain sama Reza, perginya sama siapa lagi?"

"Reza doang, ma."

Yunita menaruh sendok makannya di atas piring, ini adalah yang pertama kalinya Zera meminta izin padanya untuk pergi berjalan-jalan sama seorang cowok.

Pandangan Yunita tak lepas dari Zera. "Kamu merupakan murid baru di SMA Rajawali, tapi sudah memiliki teman akrab dan itu adalah cowok? Zera, bahkan di sekolah kamu yang lama, kamu tidak pernah akrab sama satupun cowok."

Zera menelan salivanya, merasa takut ditatap seperti itu oleh sang mama. Ia kemudian melirik jam tangan yang melingkar indah di tangan mungilnya. Sekarang sudah jam delapan, Risky pasti sudah menunggunya.

"Zera, jawab mama, nak." Suara Yunita membuyarkan lamunannya.

"Karena Reza beda, ma. Dia cowok baik, gak kayak cowok-cowok yang ada di sekolah Zera dulu. Tadi malem juga aku dianterin pulang dengan selamat oleh Reza. Mama lihat ada banyak makanan di kulkas, kan? Itu Reza yang beliin. Aku gak minta, ma, Reza ngasih gitu aja," jelas Zera.

Yunita teringat sewaktu ia akan membuka kulkas tadi pagi memang ada begitu banyak makanan, tapi dia pikir itu pemberian dari ayahnya Rara, karena sahabat suaminya itu biasa membelikan Zera banyak makanan. Yunita menatap curiga pada putrinya, tidak biasanya Zera memuji seorang cowok secara langsung dihadapannya seperti sekarang ini.

"Kamu suka sama dia?" Yunita to the point bertanya.

Zera sontak mengangkat kepalanya dan menggeleng kuat. "Enggak, ma! Aku cuma nganggep dia sebagai teman. Gak lebih."

"Ra, mama gak masalah kalau kamu suka sama cowok. Rasa suka itu lumrah, nak. Tapi mama gak mau kalau kamu sampai salah milih. Jaman sekarang sulit untuk mepercayai ucapan cowok. Kebanyakan dari mereka hanya bermulut manis tapi hatinya busuk. Mama bukan berarti menjelekkan laki-laki, tapi sudah tidak jarang lagi kan banyak wanita yang dirugikan karena mulanya percaya ucapan manis dari mulut seorang laki-laki? Maka dari itu kamu harus berhati-hati, jangan mudah percaya apalagi sama orang baru," terang Yunita.

Memang benar, jaman sekarang banyak laki-laki berpenampilan seperti malaikat penolong tapi nyatanya berhati iblis. Tidak semua, tapi tidak sedikit dari golongan mereka yang hanya penasaran pada seorang wanita, hingga melakukan berbagai cara agar bisa mendapatkan hati wanita. Dan ketika rasa penasarannya terbalas, disitulah laki-laki meninggalkan wanita begitu saja.

Reza VE ZeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang