Gigitan kelinci

108 71 23
                                    

Usai diantar pulang oleh Alfian, Zera segera masuk ke dalam rumahnya, menyimpan tasnya di meja dan duduk di sofa seraya menghela napas lelah.

"Ehh, anak mama udah pulang ternyata," sambut Yunita-Mama Zera. Wanita dengan tatapan teduh itu duduk disamping Putri semata wayangnya.

"Gimana sekolahnya hari ini?" tanya Yunita.

Zera tersenyum dan menjawab, "baik ma, Zera punya banyak temen disana."

Yunita menghela napas dan tersenyum. Meski Zera mengatakan kalau dia baik-baik saja, tapi Yunita tak bisa menghilangkan perasaan ragu di hatinya untuk anaknya. Zera selalu seperti ini, dia type anak yang tidak mau membuat orang tuanya khawatir, Yunita berharap kali ini Zera tidak berbohong padanya.

Tangan Yunita terangkat mengusap rambut panjang milik putrinya, Zera lalu memeluk mamanya. Berada dipelukan sang mama membuat dirinya merasakan kenyamanan.

"Ganti baju, nak. Trus makan, mama udah nyiapin makanan kesukaan kamu," ujar Yunita.

Zera mengangguk lalu melepaskan pelukannya, menyambar tasnya di meja dan segera ke kamarnya untuk mengganti baju.

--

"Sial!" Rara berdecak saat mendapati hp nya berada di kasur milik Gerald.

Bukan karena dia pelit kalau misalkan Gerald meminjam HP-nya, tapi karena dia takut kalau sampai cowok itu mendapati chatingannya bersama pacarnya. Karena menurut Rara, chatingan dia ke pacarnya terlalu brutal. Kalau sampai Gerald tahu akan hal itu, bisa-bisa Rara bakal diaduin ke orangtuanya. Yang dimana rasa takut Rara tak sebanding dengan rasa malunya.

"Ngapain lo di kamar gue?" Suara bariton dari belakang membuat Rara kaget, lantas ia membalikkan tubuh dan menghadap ke sumber suara.

Gerald berdiri seraya bersedekap dada, menatap adiknya dengan satu alisnya yang terangkat.

"Harusnya gue yang nanya! Kenapa hp gue bisa ada di kamar lo?!" balas Rara.

"Gue pinjem bentar tadi," jawab Gerald, kaki jenjangnya melangkah ke kursi dekat jendela kamarnya. Ia lalu duduk, membakar ujung rokoknya dan menghisapnya.

"Dipinjem buat apaan?" Rara bertanya ragu-ragu.

Asap rokok yang dihembuskan membuat pikiran cowok itu terasa tenang. "Kepo lo, sono keluar!" titah Gerald.

"Idih! Bukannya terimakasih malah ngusir!" ketus Rara kemudian ia keluar dari kamar itu dan menutup pintu cukup keras.

--

Zera merebahkan tubuh mungilnya di atas kasur empuk miliknya, tangannya meraih benda pipih yang tergeletak di atas bantal.

Dahinya mengerut saat mendapati nomor asing pada lockscreennya. Sebagai panggilan tak terjawab.

"Nomor siapa ini ...?" gumamnya.

Ah! Paling nomor kesasar. Pikirnya lalu tidak lagi memikirkan soal nomor itu, segera membuka aplikasi WhatsApp-nya. Dan ternyata, dibagian paling atas nomor baru yang sempat menelfonnya tadi juga ngechat dia di WhatsApp.

"Oi."

Zera mengerutkan dahinya, siapa orang yang tidak punya kesopanan ini? Harusnya, kalau ngechat orang yang belum dikenal tuh dengan cara yang sopan biar dapat respon yang baik juga.

Jemari lentik Zera menari diatas keyboard membalas pesan itu.

"Siapa?"

Tak butuh waktu lama, orang diseberang sana segera membalas chatnya.

"Jodoh lo."

Sudut bibir Zera terangkat, menatap jijik pada pesan itu. Dih! Kayak udah kenal aja, jangan-jangan om-om lagi ihhh!

Reza VE ZeraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang