dua belas

3.5K 316 6
                                    


Typo*



Haikal menghela nafas pelan.

"Kenapa gw ngerasa Lo bukan Xavier?" Selidik Haikal.

Xavier tetap diam. Mau menjawab iya? Tentu saja tidak. Bagiamana reaksinya ketika mendengar kalau Xavier yang ia kenal sudah mati? Mungkin dia akan ngereog seperti kemasukan jin korin.

Lagian jika dia mengatakan, bahwa dia bertransmigrasi ke tubuh Xavier, bukan tidak mungkin Haikal akan menyebutnya gila.

"Kenapa Lo diem? Lo bukan Xavier kan? Lo siapa?" Tanya Haikal kembali.

Haikal merasa aneh saja dengan sifat Xavier belakangan ini. Anak itu terlalu pendiam dan irit bicara.

Tidak seperti sebelum sebelumnya, yang malah mirip opet kelaparan keluar kandang dan menjadi liar.

"Udah." Ujar Xavier.

Xavier melempar baju milik Haikal ketika Haikal berbalik dan mulai memposisikan dirinya untuk duduk.

Haikal menatap Xavier intens.

Xavier? Dia mana peduli. Xavier masih stay dengan wajah datar dan tatapan tajam penuh rasa lelah itu.

Haikal baru menyadarinya. Tatapan itu, tatapan yang baru pertama kali Haikal lihat dari sosok Xavier.

"Lo-"

"Woi kampret! Buka woi." Teriakan dari luar UKS menghentikan ucapan Haikal.

Haikal berdecak kesal. Kenapa harus ada pengganggu dalam kegiatan seriusnya?.

Xavier mendekat pada pintu UKS dan membuka kuncinya. Disana, ada Bian dan Pandu yang menatapnya penuh permusuhan.

Dari tadi Bian dan Pandu menggedor pintu UKS itu, dan baru Xavier buka?! Emang gak ada akhlak opet satu ini. Pikir keduanya

Xavier menatap keduanya malas. Kenapa mereka harus menatapnya seperti maling yang di kejar warga?

"Kenapa baru sekarang Lo buka anj." Kesal Bian pada Xavier. Tangannya bahkan sudah siap melayangkan pukulan pada Xavier.

"Berhenti atau gue potong tangan Lo." Peringat Xavier pada Bian yang tangannya sudah beberapa centi ingin menyentuhnya.

"Lo ngapain di dalem sama Haikal? Mau ngewe Lo hah?! Lo apain Haikal." Ujar pandu menatap Xavier garang.

Dia dan Bian dari tadi mendengar teriakkan Haikal dari luar ruangan. Makanya mereka menggedor pintu dengan sangat berutal saat mendengar suara Haikal sedikit mereda.

Pikir mereka, mungkin Xavier membekap atau menutup mulut Haikal agar tak lagi berteriak.

Ini, kenapa teman teman Xavier penuh dengan pemikiran negatif? Apakah otak mereka hanya di isi dengan pemikiran pemikiran kotor seperti itu? Dasar gila.

Xavier menatap keduanya penuh penghinaan. Tatapannya menajam dan melayangkan semburat kepingan kepingan tajam yang mampu menembus kulit mereka secara tak kasat mata.

Apakah ini yang di namakan santet? Membunuh tanpa menyentuh? Jika ini berlanjut, mungkin keduanya akan mati konyol.

"L-lo ada salah makan atau bagemana? Atau kalok enggak, keluarga bangsat Lo makin parah ngelakuin KDRT sama Lo?" Tanya pandu dengan nada bodoh nya.

Xavier masih menatap keduanya tajam, Tanpa mengalihkan pandangannya pada arah lain sama sekali.

"Hati hati Lo berdua. Dia bukan Xavier." Celetuk Haikal dari belakang.

Transmigrasi : AGAIN?! {HIATUS}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang